KH Agus Muadzin, Pengasuh Ponpes Nurul Ulum yang Siap Serba "New Normal"

Senin, 13 Juli 2020 | 13:58 WIB
KH Agus Muadzin, Pengasuh Ponpes Nurul Ulum yang Siap Serba "New Normal"
KH Agus Muadzin, Pengasuh Ponpes Nurul Ulum. [Suara.com / Farian]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi begini, masyarakat yang bikin jajan ada 24 orang. Si A jajannya ini, si B jajannya ini. Dan mereka itu punya MoU dengan pondok. Punya MoU, jadi tidak ada campuran apa pun, dan ditandatangani bermaterai. Kita punya seperti itu.

Berarti sudah terkonsep dengan baik?

Ya, sudah sejak beberapa waktu lalu. Anak ndak boleh jajan di luar pondok, karena tidak jelas. Jadi sampai kita menata yang seperti itu.

Dari sisi pengeluaran berarti ada tambahan? Bagaimana pondok mensiasati itu?

Baca Juga: Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Klaster Baru COVID-19

Selama pondok masih bisa untuk menutupi kekurangan, pondok akan tetep jalan. Ketika nanti pondok barangkali ada kekurangan, kita melibatkan wali santri, gitu. Wali santri biar paham. Memang anak nanti sebelum masuk, (itu) wali santri kita undang. Walaupun hanya 50 (orang) selama dua hari karena penumpukan massa itu, tetapi harus dipahamkan wali santri, bahwa nuansa seperti ini, nanti cara kita ngolah seperti ini, biar nggak rancu. Wali santri itu yakin gitu lho, bahwa pondok ini siap (hadapi Covid-19). Anaknya di pondok, nanti ketika anak-anak sudah masuk, guru-guru ketika keluar-masuk pondok harus melewati bilik disinfektan. Ada nanti, di situ ada. Jadi memang kita siapkan secara profesional.

Staf pengurus dan pengajar Ponpes Nurul Ulum Blitar. [Suara.com/Farian]
Staf pengurus dan pengajar Ponpes Nurul Ulum Blitar. [Suara.com/Farian]

Lalu bagaimana pengaturan atau proses santri masuk ke pondok?

Jadi, kelas 8 dan 9 itu masuk dulu, karena ini sudah terbiasa. Karena (mereka) ini sudah mengerti pondok. Setelah ini nanti pulang, maka kelas satu yang baru masuk. Jadi kelas yang kelas satu ini butuh sosialisasi yang luar biasa, karena barusan SD, barusan MI. Jadi cara mereka hidup di pondok belum paham. Mereka masih pada situasi yang baru, apalagi dalam kondisi situasi pandemi Covid-19. Mengingatkan anak pakai masker luar biasa (sulit), membudayakan PHBS masih butuh penanganan yang luar biasa. Jadi di pondok ini ada yang namanya murokhib. Murokhib itu pendamping. Santri ini didampingi oleh murokhib, pendamping ini. Lha mereka itu yang mengingatkan. Satu kamar satu pendamping. Sehingga bagaimana mereka bermasker, bagaimana mereka cara mandi, bagaimana cara mereka makan, itu nanti akan dikawal oleh ini (murokhib).

Santri dari luar daerah kan banyak, bagaimana pondok melindungi uztadz/uztadzah? Apakah nanti pondok menyiapkan APD untuk uztadz/uztadzah dalam mengajar?

Kalau uztadz mengajar seperti ini, guru sudah kita beri jarak. Satu meteran sudah. Kemudian di samping itu, ya itu tadi. Ketika keluar-masuk pondok melewati bilik itu tadi. Mereka yang sakit pilek ndak boleh ngajar. Itu lho. Pokoknya yang tubuhnya itu tidak fit, ndak boleh ngajar. Cukup ada tugas yang nanti dilanjutkan oleh teman-teman (sesama uztadz/uztadzah) yang sehat itu tadi.

Baca Juga: 2 Anak Perempuan Medis COVID-19 Positif Corona, 1 Kampung di Blitar Ditutup

Pondok dikenal sebagai tempat untuk melatih kebersamaan, seperti dulu ada makan bersama. Artinya, kini nilai kebersamaan yang dulu sering ditanamkan akan berubah?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI