Wawancara Alexander Gurning, Pianis Klasik Dunia: Bangga Jadi Orang Batak

Arsito Hidayatullah
Wawancara Alexander Gurning, Pianis Klasik Dunia: Bangga Jadi Orang Batak
Ilustrasi wawancara. Alexander Gurning, pianis klasik dunia berdarah Batak. [Foto: Instagram @alexgurning / captured. Olah gambar: Suara.com]

Alexander Gurning, pianis dunia yang sudah tampil di berbagai pentas ini memang cinta Indonesia, terutama Parapat, kota di tepi Danau Toba yang merupakan daerah asal ayahnya.

Apakah Anda masih ingat kapan pertama kali tampil di konser tingkat dunia? Dan bagaimana rasanya?

It was very very nervous. Sebenarnya pertama kali tampi di pentas dunia saat berumur 15 tahun. Tapi, seingatku, saat itu saya tidak terlalu nervous. Saya hanya ingin bermain dan menikmatinya.

Tetapi ketika usia 20 tahun, saya masih ingat saat itu harus tampil di Jepang untuk pertama kali. Itu solo-concert. The music hall penuh. Ada sekitar 5.000 orang. Ketika saya buka pintu, bersiap menuju panggung, saya lihat ribuan orang. Tiba-tiba saja nafas saya seperti terhenti. I could not breath and went back stage again. Butuh waktu 10 menit untuk menenangkan diri sebelum tampil. I take big deep breath and went back to the stage.

Di atas panggung, saya masih perlu 30 menit untuk betul-betul enjoy what I am doing on stage. Lalu, segalanya berjalan lancar. Saya kembali bisa menikmati permainan piano di panggung. Konser ini berlangsung selama 1,5 jam. Saya rasa penonton puas. I think people enjoy it. Ya, it is successful.

Baca Juga: Siapa Samuel Silalahi? Pemain Keturunan Batak Gabung ke Timnas Norwegia, Seharusnya Bisa Duet dengan Marselino Ferdinan

Ada rencana untuk menggelar konser di Jakarta?

Sebenarnya saya ada rencana menggelar konser di Jakarta bersama pemain selo asal Korea Selatan. Dijadwalkan digelar Juni ini. Tapi karena pandemi, konsernya diundur. Mereka menjadwal ulang untuk digelar bulan November. Itu pun belum tentu, masih melihat situasi. But, it will happen anyway. Mungkin tahun depan. Saya pasti akan datang. Saya rindu masakan Indonesia, Batak khususnya.

I’d love to come. It would happen soon!

Saya juga pernah menggelar konser terbatas di Jakarta sekitar 2 atau 4 tahun lalu. Pertama di sebuah sekolah musik dan kedua, di pusat kebudayaan Belanda di Jakarta, Erasmus Huis. Saya juga belum lama main piano dengan sejumlah musisi batak di Hotel Inna, Parapat.

Jadi, pertama main di Indonesia saat usia saya sekitar 42 tahun, barangkali.

Baca Juga: Gelandang Serang Berdarah Batak Dipanggil Timnas Norwegia, Seberapa Rugi Timnas Indonesia?

Mengapa butuh waktu lama untuk bermain di Indonesia. Padahal saat konser di Jepang, usia Anda masih 20 tahun?