Itu apakah (pemilik) kapalnya sendiri melakukan kekerasan terhadap ABK, atau bagaimana?
Ini yang panjang ya. Kalau kita bilang indikasi, jadi banyak faktor ya; bisa makanan, bisa kekerasan, bisa minuman. Saya ingin tarik garis besar, meninggal dunianya karena badannya bengkak. Jadi kemungkinan, ini ada kekerasan juga, tapi kekerasan itu tidak berpengaruh besar. Mungkin di awal bekerja, soalnya mereka 18 orang ini, mereka mendapatkan kekerasan semua. Tapi indikasi kuatnya bukan di sana ya.
Jadi total sekarang yang masih hidup 14, itu sekarang ada (di) Busan. Empat hari lagi mereka akan pulang ke Indonesia, itu kalau nggak salah.
Ceritanya bagaimana mereka bisa sampai ke Korsel?
Baca Juga: 14 WNI ABK Kapal China Terdampar di Korsel, Bingung Pulang ke Indonesia
Kalau terlantar sebetulnya tidak, hanya tidak diurusi. Persoalan ini bukan cari siapa yang salah. Semuanya pun salah, termasuk pemerintah juga salah.
Jadi mereka itu berangkat dari Indonesia dulu ke Korea Selatan, dijemput ke Korsel itu dengan kapal collecting. Mereka berangkat ke laut lepas, jadi bukan ke China.
Ketiga almarhum itu dibuang jenazahnya di lautan lepas semuanya. Jadi kapal ini berlayar ke Pasifik, ke Laut Kuning, jadi panjang rute mereka. Yang atas nama Sefri itu meninggalnya di Samoa, dibuang di sekitar laut Samoa.
Jadi, ini yang disebut mafia. Kita sulit untuk memecah, memetakannya. Jadi yang sebatas saya tahu dulu saja ya.
Jadi mereka itu datang dari Korea, melangkah ke laut lepas, setelah itu mau dan akan mendarat dulu di Samoa, setelah itu nggak jadi. Ini kapal Long Xing 629 ini, almarhum Fattah dan Sefri ini meninggalnya di Long Xing 629, karena mereka dioper kapal. Rencananya kan mereka mau dibawa ke darat katanya, ya toh. Ternyata meninggal di perjalanan, dibuang di tengah laut itu.
Baca Juga: Jasad 3 WNI ABK Longxing Dibuang ke Laut, Meninggal Dengan Tubuh Membengkak
Itu (Long Xing 629) bukannya kapal ilegal ya?