Ya, kayak (di) pengasingan lah, kayak dipenjara. Ya, merana. Hari kayaknya terasa panjang banget, apalagi kalau malam. Posisinya juga sakit demam, dan saya memang tidak mau ada TV. Ya, saya berusaha untuk tidur. Tapi kan karena saya mengkonsumsi banyak vitamin, jadi ya, agak sulit tidur jadinya.
Badan rasanya bagaimana sih waktu itu?
Waduh, badan ngilu-ngilu semua. Lidah enggak bisa merasakan makanan. Habis makan rasanya mual, mau muntah. Tapi sayang, jangan sampai dimuntahin, karena makan masuknya saja susah, jangan sampai keluar lagi. Jadi saya bertahan untuk tetap makan. Apa saja yang dikasih sebenarnya sama saja buat saya, karena rasanya sudah sama, tidak ada rasa. Jadi kalau ditanya mau makan apa, ya, apa saja sebenarnya.
Tapi di minggu kedua saya mulai ada rasa. Saya pengen makan nasi goreng atau mie ayam, saya minta dibelikan itu. Jadi hari-hari saya jalani dengan disiplin, makan semua vitamin yang ditentukan oleh dokter.
Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Romantisnya Andrea Dian Rayakan Ultah Bareng Suami
Ada pantangan makan atau lainnya?
Pantangan enggak ada. Cuma saya tidak makan apa pun yang di luar yang dianjurkan.
Saat keluarga tahu Anda positif, bagaimana tanggapan lingkungan di rumah?
Ya, enggak tahu lah. Kan saya enggak bersinggungan dengan dunia luar lagi. Tapi yang pasti setelah ibunda meninggal, ada data di kelurahan, dari puskesmas juga menghubungi. Kemudian kita dikirimin petugas disinfektan untuk semprot rumah kita. Ya, saya yakin tetangga semua tahu, melalui kelurahan, melalui RT/RW, pasti tahu lah. Tapi kita sudah mengisolasi diri. Jadi kita tidak berhubungan dengan dunia luar, dunia luar tidak masuk ke kita. Pokoknya kita benar-benar membatasi. (Untuk) Kebutuhan logistik kita, ada pegawai dari usaha, kita minta tolong untuk logistik diantarkan ke rumah. Jadi tiap pagi diantar ke depan gerbang, diambil logistik, telur, sayuran dan macam-macamlah. Jadi orang luar yang belikan, taruh di depan rumah.
Istri dan anak support-nya bagaimana?
Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Pasien 7 Tahun di Bantul Tulis Pesan Mengharukan
Sangat, pasti. Istri terutama, karena kebetulan dia tidak demam. Dia tiap hari memompa semangat saya dengan, "Kamu harus tetap sembuh. Anak semua pengen kamu segera sembuh, biar bisa kumpul sama-sama lagi." Ya, dia baru kehilangan ibunya. Dia pengen, minta saya jangan sampai saya menyerah, karena dia enggak sanggup lagi kalau sampai saya meninggal. Bisa hancur hatinya mungkin (karena) dalam waktu bersamaan ada dua orang yang disayanginya pergi, dia nggak akan mampu mungkin. Jadi dia terus pompa (semangat) saya agar cepat sembuh, dan itu yang membuat saya semakin semangat untuk sembuh.