Perawat RSPI, Maulia Hindun: Keinginan Menolong Kalahkan Takut pada Corona

Kamis, 26 Maret 2020 | 07:20 WIB
Perawat RSPI, Maulia Hindun: Keinginan Menolong Kalahkan Takut pada Corona
Maulia Hindun Audhah, perawat di RSPI Sulianti Saroso. [Suara.com / Muhammad Yasir]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketika melayani atau mengobservasi pasien (kasus dugaan corona), apa saja yang biasanya dilakukan, dan komunikasi seperti apa yang dijalin?

Yang pertama sih, kita lakukan pengkajian dulu, apa sih yang dikeluhkan, ada riwayat perjalanan dari mana gitu, ada riwayat kontak. Setelah pengkajian, ya udah, kita lakukan pemeriksaan tanda-tanda vitalnya, tensinya, semuanya kita periksa. Setelah itu, kalau kita mau melakukan tindakan, kita jelaskan dulu (bahwa) kita akan melakukan ini, mau ambil darah untuk lab, hasilnya berapa lama. Kan kalau untuk lab itu agak lama pemeriksaannya, bisa dua jam. Jadi terkadang pasien suka jenuh kan, "Kok nggak ada hasil?" Gitu. Jadi dari awal, biar pasiennya nggak jenuh dan tenang juga, udah kita jelasin. Jadi nanti jam segini hasilnya, jadi pasien lebih tenang.

Apa yang paling sering ditanyakan pasien?

Ya, itu, (soal) hasilnya (pemeriksaan) kapan. Terus, "Gimana ya nanti ke depannya, saya akan seperti apa suster? Nanti perawatan di dalam seperti apa?" Gitu. Paling nanti kita jelaskan.

Baca Juga: Sopir Bus Jurusan Bogor Positif Virus Corona di Wonogiri

Apakah pasien sering mengeluhkan soal kondisi psikis mereka? Seperti Pasien 01 dan 02 yang mengaku sempat depresi, lantaran identitasnya sempat dibuka ke publik oleh media?

Banyak. Dari awal pasien datang juga udah (sering mengeluh). Padahal dia cuma gejala demam, sesaknya enggak. Dia datang, "Suster, saya sesak, saya sesak". Ya udah, kita tenangkan dulu. Saya periksa ya. Nanti kalau pemeriksaannya bagus, kita arahkan ke posko screening. Jadi nggak semua masuk IGD kan, karena kita (untuk) pasien-pasien yang kritisnya lumayan.

Soal APD, itu kan sekali pakai buang ya? Terus, sehari Anda bisa berapa kali ganti APD?

Kalau APD, karena nanti stoknya semakin menipis kan, jadi kita udah diatur. Jadi yang dinas pagi dan operan malam itu siapa, sampai jam berapa. Udah, nanti dia keluar, gantian dia pakai APD minimalis untuk pasien yang datang dengan keluhan yang ringan. Jadi yang di dalam aja yang full. Itu nanti kita udah jadwal tuh, siapa aja. Jadi biar nggak terlalu banyak juga pemakaian, ya udah, kita jadwal. Nanti pas di luar, kita sehabis mandi habis ganti semua, baru kita nangani pasien yang di luar dengan APD yang minimal. Tapi kita tetap pakai N95, cuma pakai barak scort (pakaian perawat) doang yang biasa.

Pertama kali ditugaskan merawat pasien Covid-19, itu kapan? Arahan atasan sendiri seperti apa?

Baca Juga: Kronologi 2 Perempuan Anggota Ombudsman RI Dinyatakan Positif Virus Corona

Awal-awal yang merebak mulai banyak itu, kurang lebih Februari. Jadi kita ada Karo dan Katim, terus dijelaskan kondisinya seperti ini, gitu. Karena kebetulan kita ini kan rumah sakit infeksi, jadi kita sudah terbiasa lah sakit-sakit yang kaya MERS-Cov. Jadi diingatkan sama atasan, ya udah, kita terima aja. Awalnya ya, sempat takut-takut. Cuma kan sebelum kita pakai APD, masuk ke ruangan juga kan ada IPCN. Jadi dia memastikan, kita benar nggak nih pakai APD-nya. Jadi sama dia, kita dibantu makai masker, (sudah) bener nggak. Jadi sebelum masuk dipastikan dulu, kita benar atau belum memakai APD. Kalau benar, baru boleh masuk.

Jadi IPCN juga memantau. Insyaallah aman sih. Salah satu keuntungan kerja di rumah sakit infeksi, ya, seperti itulah, dibandingkan di rumah sakit lain. Itu sisi positifnya.

Pernah menangani pasien dalam kondisi kritis?

Ya, kalau yang agak-agak kritis gitu sih, lumayan ya. Jadi (biasanya) segera kita koordinasikan. Kasihan sih kalau kondisinya tuh jelek, jadi kita biar dapat penanganan cepat. Ya, jadi gerakan kita juga mesti cepat. Walaupun kita pakai pakaian APD, sepatu boot, kan jalannya lumayan susah ya. tapi karena pasiennya kritis, ya kita mesti sigap menangani pasiennya biar tertolong.

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara, menjaga ketat ruang pasien yang berstatus suspect virus corona, Jumat (24/1/2020). [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]
Suasana di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, di masa-masa awal adanya pasien suspect virus corona, 24 Januari 2020 lalu. [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]

Anda kerjanya shifting (mengikuti pembagian shift kerja)?

Iya, dibagi tiga. Kebetulan saya Katim (Kepala Tim), jadi (masuk) pagi terus. Dari setengah 8 sampai jam 4 sore. Kalau yang shift setengah 8 sampai setengah 3, setengah 3 sampai jam setengah 9, terus setengah 9 sampai jam setengah 8 pagi.

Semenjak menangani pasien Covid-19, volume pekerjaan Anda tentu semakin bertambah. Bisa diceritakan seperti apa?

Ya, karena satu, kita menghadapi pasien yang tidak biasa, yang rata-rata dalam keadaan sesak. Kedua, panik juga. Terus, kita pakai APD yang sepatu boot-nya berat dan (model) baju astronaut, ya, lumayan capek. Jadi pergerakannya juga lumayan kan.

Tadi Anda sempat menyebut, ada pasien yang sampai "parno" nggak mau disentuh. Bisa diceritakan?

Iya, sangat. Jadi dia itu mungkin karena dasarnya, karakter dia takut, terus sakit gini kan, semakin jadi stres kan. Jadi dipegang sedikit aja, dia, "Aduh suster, mau diapain? Mau diapain?" Jadi kita ajak bercanda aja. "Udah bu, santai aja" Gitu. Dia udah ketakutan pas mau diambil darah. Pas udah diambil darah, dia bilang, "Udah?" Saya bilang, "Sudah. Apa mau diambil lagi?" "Jangan, jangan suster!" Hehe, gitu lah, kita ajak bercanda biar nggak stres. Itu sih trik kita.

Anda sudah berkeluarga, dan apakah memiliki anak?

Sudah, anak satu, perempuan kelas 5 SD.

Reaksi dari anak Anda bagaimana, mengetahui bahwa ibunya merawat pasien Covid-19?

Hm, dia sempat kan kemarin sekolahnya diliburkan. Dia terus ngeh, dan bilang, "Umi kerjanya di rumah sakit itu ya (RSPI)? Aku nggak mau dekat-dekat Umi ah, takut ketularan." Gitu kata dia.

Sampai sebegitunya?

Iya. Karena kan dari gurunya dijelaskan begini-begini, karena ada wabah ini makanya diliburkan. Jadi dia, "Ih, Umi ya. Udah, aku nggak mau dekat Umi, nanti ketularan Umi." Gitu. Kebetulan teman-teman saya juga gitu. Dia sampai rumah jaga jarak lah sama anak kecil, (karena) rentan gitu. Jadi ya, begitulah.

Cuma kalau dari keluarga, dari suami, dari orangtua juga, alhamdulillah sih ngedukung.

Bagaimana cara Anda meyakinkan anak supaya tidak terlalu khawatir?

Ya, paling kan, sekarang ini banyak ya di media sosial, kayak petugas (itu) lagi pakai baju astronaut. Saya jelaskan, "Umi kalau kerja itu pakai baju seperti ini, (terus) sebelum pulang Umi mandi dulu, cuci tangan. Jadi nggak usah khawatir. Ya, insyaallah kita sama-sama berdoalah, supaya tetap sehat." Gitu aja sih ngejelasinnya ke anak.

Lebih jauh, perawat pasien corona di RSPI ini mengungkap kepasrahan dirinya dan sang suami, andai dirinya tertular... dan bagaimana dengan rekannya sesama perawat? Baca laman berikut!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI