Tapi lokasinya di mana?
Yang ditunjuk oleh kami ada di Kecamatan Sobang, karena memang selama ini lokasi tanah yang belum pasti. Sehingga kami mendorong, memberikan usulan kepada Pemprov Banten, apakah baiknya di Perhutani sehingga kita bisa ruislag (menukar status tanah). Lahan Perhutani kan tidak menggunakan biaya yang sangat besar, sehingga bandara di Banten Selatan (diharapkan) bisa menggunakan lahan Perhutani.
Dan sudah banyak tahapan yang kami lakukan, (termasuk ke) Kementerian Kehutanan dan LH dan juga ke Perhutaninya. Sehingga mudah-mudahan menjadi jalan, agar pemerintah pemerintah pusat tidak terlalu lama menunggu lokus mana yang akan dipilih di Banten.
Kalau pengelolaannya (nanti itu) Provinsi Banten. Kami hanya memfasilitasi, pun kalau jadi, efek dominonya kepada masyarakat kami, kesejahteraannya, perputaran ekonominya.
Baca Juga: Prof Adi Utarini: Berantas DBD Perlu Gerakan Luas dan Terus-menerus
Kenapa Pandeglang harus dipilih? Anda tampaknya bersemangat sekali agar Pandeglang punya bandara?
Kan harus ada sisi keadilan tadi. Kalau Banten Utara itu, Tangerang sudah mapan, nggak usah dibantu pemerintah juga sudah maju. Investor dan industri semua ke sana, dan ekonomi sudah lebih dari cukup. (Tapi) Banten ini kan punya delapan kabupaten/kota. Dulu bisa berpisah dengan Jawa Barat (dengan) menjual kemiskinannya Pandeglang dan Lebak, sehingga bisa berpisah dengan Jawa Barat karena dianggap tidak adil dan tidak memperhatikan Banten, khususnya Pandeglang dan Lebak.
Sekarang usia Provinsi Banten sudah 19 tahun, sementara masyarakat Banten Selatan masih banyak yang miskin, karena ada ketimpangan tadi, (antara) "si kaya" dan "si miskin". Jadi, bagaimana (agar) pemerintah bisa melakukan pemerataan dalam pembangunan. Saya berharap bandara ini adanya di selatan, sehingga orang Lebak mau keluar kota naik pesawat tidak harus ke tempat yang terlalu jauh, tapi bisa dijangkau. (Dari) Serang juga bisa ke sini, atau pun orang Lampung dan Sukabumi yang dekat dengan Pandeglang, kan dengan mudah punya alternatif.
Sehingga (diharapkan) hiduplah perekonomian masyarakat kami. Nelayan kami makmur, petani kami juga yang biasanya memproduksi sayur-mayur, tapi (kelak) sudah dengan packaging yang cantik. Banyaklah kuliner-kuliner, kafe, ojek-ojek online begitu, jadi semua bangkit. Backpacker juga bisa mencari destinasi wisata kampung, jadi bisa hidup semua lah. Insya Allah, Bumdes bisa memberikan produk unggulannya yang bisa kita jual sebagai tuan rumah. Jadi kami persiapkan dalam dua tahun ini. Kita punya suvenir yang bisa dijual, yang cantik seperti kita bisa lihat di Bandung.
Mendengar kabar baik dari Menteri Perhubungan akan membangun bandara, saya tentunya bergegas kepada Bapak Gubernur (melalui) Sekda Provinsi. Karena ini juga (menyangkut) nama baik Gubernur Banten. Alangkah baiknya untuk menunjuk penempatan lokasinya bandara di selatan itu ada di Pandeglang, sehingga masyarakat sejahtera apabila ada aksesibilitas proyek strategis nasional bandara. Tentunya wisatawan asing yang mau ke Ujung Kulon itu akan ngantri, karena cantik sekali panoramanya. Ada Pulau Panaitan yang ada tempat surfing. Kelasnya dunia, tapi (karena) aksesnya belum ada, siapa yang mau ke sini.
Baca Juga: Miris, Warga Pandeglang Harus Ditandu 5 Kilometer Akibat Jalan Rusak
Kalau Serang kan daerah lintasan, sehingga orang bisa ke mall, ke MOS, jajan dulu beli oleh-oleh di Serang, baru ke Pandeglang. Para investor juga belum bisa buat mall ke sini, karena daya beli masyarakat masih kecil. Jadi kami mengajak media dan juga para aktivis, LSM, untuk bisa membantu kami bersuara ke pusat. Sehingga pusat yakin bahwa Pandeglang kondusif, kompak masyarakatnya, punya daya saing, sehingga bisa menjadi perhatian tidak hanya nasional tapi juga dunia.