Kalau unsurnya nilai ekonomis, salah. Ya, saya minta maaf ya, bukan berarti nggak bersyukur. Tetapi kalau dihitung dari sudut ekonomi, pemasukan sebagai artis jauh lebih besar ketimbang anggota DPR. Bayangkan, anggota DPR saja kalah dengan anggota DPRD DKI. Artinya, bukan ke situ tujuan kami. Maaf. Walaupun bisa diperdebatkan, kenapa saya terjun ke dunia politik. Kalau orang bilang karena sudah tidak laku, belum tentu. Karena saya bisa melakukan (pengembangan karier) diri sendiri kan. Begitu juga dengan Mbak Desi, begitu juga dengan Bang Dede Yusuf. Nah artinya, tentu lebih kepada panggilan. Karena ya, bahasanya "politik itu kejam". Kejam waktu, kejam disiplin, artinya kita mengejamkan diri. Harus siap dengan segala macam konsekuensi. Kalau nggak, jangan. Kalau tanggung-tanggung, jangan.
Artis atau kaum artisan sudah sejak lama terpaut dengan politik di Indonesia, bahkan sejak era pergerakan kemerdekaan. Apakah Anda tahu itu?
Betul, betul, betul. Jangan dipersempit (bahwa) artis itu hanya bintang film atau penyanyi. Seniman panggung, penyair, para pujangga, mereka juga masuk kelompok artis atau kelompok seniman. Jadi memang sejak dulu sudah kental. Bahkan dikatakan Soekarno juga seorang seniman, walaupun dia bukan pemain panggung. Tapi dia pernah menciptakan tonil (panggung sandiwara), menciptakan panggung. Artinya seperti itu gitu lho.
Ada pula yang bilang kaum artisan jangan ikut berpolitik, sebab akan menciderai karyanya. Anda sependapat atau tidak?
Baca Juga: Ini Pesan Terakhir Benyamin Sueb Untuk Rano Karno
Nggak juga. Kalau dikatakan apakah setelah menjadi anggota dewan kita tidak boleh terjun ke dalam dunia keartisan, tidak ada aturannya. Yang tertulis untuk mengikat itu tak ada. Artinya, di saat kita bisa membagi waktu, tak ada masalah. Karena sekarang ini yang kita tahu, arahan dari Ketua Dewan (DPR), rapat itu dari Senin sampai Kamis. Jumat, Sabtu dan Minggu lebih banyak kunjungan ke daerah. Artinya, Jumat, Sabtu dan Minggu itu waktu kosong. Nah, kalau memang ingin dimanfaatkan (dengan kegiatan artis), ya hari itu. Makanya yang di anggota dewan dari artis itu kan bintang film, penyanyi dan pelawak. Jadi dia bisa. Kecuali ada peraturan yang tertulis dalam tata tertib, misalnya tidak boleh, dengan begitu kita harus menerima konsekuensi tidak boleh. Tapi selama nggak ada aturan sih, nggak ada masalah.
Apa penilaian Anda terhadap kaum artisan di DPR? Apakah benar hanya diperlukan saat voting?
Mungkin bukan voting barangkali ya, tapi lebih pada suara ya. Mungkin awalnya artis itu ditarik untuk vote getter. Tapi kan nggak banyak artis yang berhasil. Banyak artis yang nyaleg lho, tapi banyak yang gagal, di setiap partai. Saya di PDI Perjuangan artisnya juga banyak, tetapi yang kepilih tidak 100 persen. Jadi kembali lagi ke pemilihan di masyarakat. Masyarakat punya hak memilih. Dia punya perspektif sendiri melihat dan memilih seorang artis. Itu realitanya.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Djaja Buddy Suhardja, mengaku pernah memberikan sejumlah uang kepada Anda (sewaktu jadi Wakil Gubernur). Itu diungkap Djaja saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, terkait sidang lanjutan kasus korupsi alkes Banten dan Tangerang dengan terdakwa Tubagus Chaeri Wardana. Tanggapan Anda?
Betul, sudah saya jawab itu. Ini kan sebetulnya masalah lama yang sudah saya jawab berkali-kali dengan teman-teman media maupun hukum. Artinya, biarkan saja kasus ini berjalan. Ini kan nggak selesai pada waktu itu. Kita serahkan ke proses hukum saja.
Baca Juga: Jenazah Ria Irawan Tiba di Rumah Duka, Banyak Rekan Artis Ikut Melayat