Wayan Suparta: Iklim dan Cuaca untuk Umat Manusia

Sabtu, 23 November 2019 | 12:55 WIB
Wayan Suparta: Iklim dan Cuaca untuk Umat Manusia
Wayan Suparta (Suara.com/Peter Rotti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi misalkan mengukur hujan, kan mestinya menggunakan takungan seperti itu, berapa mili. Sekarang kita sudah menggunakan GPS, tidak lagi menggunakan seperti itu.

Bidang Anda kan Iklim dan cuaca, ini bidang yang sebenarnya “tidak laku” di industri, mengapa Anda mau menggeluti bidang perubahan iklim?

Memang bidang perubahan iklim bukan bisnis ya, tapi biasanya lebih kepada policy, kebijakan. Jadi saya mempunyai talenta seperti ini; kalau kita bisa memprediksi cuaca atau iklim dengan tepat, maka nelayan, petani, pilot, atau beberapa agency-agency lain bisa memperhatikan namanya early warning system, sistem peringatan dini. Saya sebenarnya fokusnya di early warning system, peringatan dini, sebelum itu terjadi. Itu konsep yang ingin saya fokuskan sebenarnya.

Jadi sebelum terjadi marilah kita menyiapkan sesuatu dengan, contohnya saya meneliti cuaca, kalau sudah terjadi kan bagaimana, kan sudah terjadi, beda kan, kita harus mempersiapkan sebelum terjadi. Misalnya kebakaran, bagaimana kita mempersiapkan sesuatu sebelum terbakar, sama, bagaimana kita mempersiapkan sesuatu sebelum terjadi bencana. Ini hubungannya dengan bencana sebenarnya kalau perubahan iklim. Bencana buatan mau pun bencana yang tidak buatan seperti gelombang panas, tsunami, banjir itu kan bukan buatan.

Baca Juga: Wayan Suparta Bicara Tentang Perubahan Iklim yang Melanda Indonesia

Tapi ada juga banjir itu karena buatan, nah ini bagaimana kita mengantisipasi. Dan yang paling penting sebenarnya dengan temuan-temuan saya itu bagaimana menyadarkan masyarakat, mind set dia, terhadap perubahan cuaca. Misalnya gini, masyarakat dilarang pergi kesuatu tempat karena tempat itu panas, itu satu, tapi mereka ngeyel pergi.

Kemudian nelayan dilarang menangkap ikan di perairan ini, karena perairan ini lagi panas, tapi karena mereka tidak punya pengetahuan, mereka pergi saja kan?

Akhirnya pergi tidak dapat ikan, kenapa? Ikannya memang jauh, karena itu panas, menjauh, dia ke lokasi lain. Kalau dia mengikuti saran kita, maka mereka akan hemat bensin tidak pergi kan. Hemat bensin, hemat tenaga, hemat waktu, nah nanti kita juga meramalkan ‘oh di tempat-tempat sana itu ada ikan’ mereka terus pergi ke sana dengan GPS, jadi mereka mereka bisa melakukan itu dengan bensinnya dapat, ikannya dapat, contohnya itulah aplikasinya.

Jadi paling tidak bisa membuat kesadaran, jadi menurut saya ini penting, kenapa ini penting karena kalau di Indonesia ini mereka meremehkan cuaca. Tapi kalau di Eropa, mereka tuh rajin sekali mendengarkan radio; nanti ini hujan, nanti ini mendung, nanti ini badai. Masyarakat itu aware sekali, jadi ‘oh nanti ada hujan’, mereka tidak jadi pergi, kan gitu. ‘Di sini nanti ada macet’, mereka tidak pergi, gitu loh. Tapi di sini (Indonesia) mereka ngeyel. Nah itulah namanya mentalitas, mentalitas masyarakatnya itu perlu disadarkan. Memang tidak secara langsung, tapi itulah kuncinya sebenarnya.

Biografi singkat Wayan Suparta

Baca Juga: Aktivis Lingkungan Desak Pemerintah Atasi Perubahan Iklim

Wayan Suparta lahir di Klungkung, Bali. Sejak 2012 dia menjadi Associate Professor di Space Science Centre (ANGKASA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Sejak 4 April 2017 sampai 16 Juni 2017 dia diangkat sebagai profesor penuh de facto di sana. Kini, Wayan pulang ke Indonesia dan berkarir menjadi pengajar di Univestitas Pembangunan Jaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI