Wayan Suparta: Iklim dan Cuaca untuk Umat Manusia

Sabtu, 23 November 2019 | 12:55 WIB
Wayan Suparta: Iklim dan Cuaca untuk Umat Manusia
Wayan Suparta (Suara.com/Peter Rotti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saya juga punya sensor yang bisa mendeteksi kilat. Kalau ada kilat berarti berpotensi untuk hujan, kan gitu. Memang benar, di kawasan Antartika Peninsula itu memang ada hujan, tapi hujannya tidak seperti di sini (Indonesia), memang ada hanya sedikit, tapi ada hujan. Kalau di Antartika yang di New Zealand itu memang tidak ada hujan. Selama lima kali ke sana tidak ada hujan.

Apakah dari serangkaian penelitian yang di hasilkan, apakah sudah ada yang di terapkan di Indonesia?

Penerapan secara langsung itu belum ya, karena itu sifatnya masih konsep. Tapi kalau dalam bentuk policy atau kebijakan itu sudah ya. Tapi kalau dalam bentuk produk atau paten itu belum. Saya memang belum mematenkan semua hasil yang saya peroleh di sana karena agak rumit.

Karena saya memikirkan kenapa saya tidak patenkan, karena kalau saya patenkan, karena saya di situ sifatnya kontrak, kalau saya pergi juga, saya tidak bawa apa-apa. Akhirnya beberapa hasil itu saya tidak patenkan, tapi saya cuma publish dalam beberapa jurnal, buku, company proceeding, itu saja yang saya lakukan untuk mengabadikan hasil penelitian. Seperti wawancara di koran-koran, seperti itu saja.

Baca Juga: Wayan Suparta Bicara Tentang Perubahan Iklim yang Melanda Indonesia

Apakah suatu saat alat itu bisa dipakai di Indonesia atau di Malaysia?

Bisa, karena penelitian itu masih di luar jangkauan. Maksudnya masih belum nyambung dengan yang ada sekarang. Itu terlalu ke depan. Contohnya, bagaimana kita mengukur uap air dengan GPS, itu kan terlalu ke depan.

Sementara GPS digunakan untuk mencari lokasi. Bagaimana kita bisa aplikasikan ke dalam perubahan iklim. Kan jarang. Padahal sinyal GPS itu gratis sebenarnya, kita tinggal menyediakan alat penerimanya saja. Dan itu murah.

Tapi di sini, ada jenisnya ada yang meneliti itu. Teman saya dari ITB memang ada yang meneliti. Biasanya hal-hal seperti ini diperlukan oleh BMKG, tapi kalau BMKG tidak memerlukan , yasudah. Tapi kalau BMKG memerlukan untuk mengimprove, atau memperbaiki, atau mengupdate dia punya model mungkin bisa di pakai.

Apakah teknologi BMKG sudah menjangkau ke situ?

Baca Juga: Aktivis Lingkungan Desak Pemerintah Atasi Perubahan Iklim

Belum, kita di sini masih kopensional dan beberapa sekarang sudah mengarah ke artificial intelligence (AI) sudah mulai sekarang, jadi mereka sekarang namanya sudah kena revolusi industri 4.0 ya. Mau tidak mau mereka harus berubah. Tidak terpaku pada metode kopensional. Kan sekarang ini beberapa tempat masih menggunakan metode kopensional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI