Bupati Bantul Suharsono: Soal Agama Camat Disuruh Ganti, Saya Hadapi!

Rabu, 23 Oktober 2019 | 07:11 WIB
Bupati Bantul Suharsono: Soal Agama Camat Disuruh Ganti, Saya Hadapi!
Ilustrasi wawancara sosok Bupati Bantul, Suharsono. [Suara.com / Foto: Eleonora / Olah gambar: Aldie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bagaimana sih upaya Anda mengembangkan potensi Bantul yang selama ini dianggap "ndeso" menjadi modern?

Saya harus bisa membaca wilayah saya. Kebetulan saya kan asli orang Bantul. Misalnya Parangtritis, sejak saya SD sampai kuliah sampai kerja sampai pensiun, masih seperti itu, kalah dari tempat-tempat wisata Gunung Kidul. Makanya, awal saya menjabat, (jajaran) saya ajak naik motor, (melihat) di mana tempat-tempat yang berpotensi untuk kita kembangkan di sektor pariwisata. Itu Parangtritis kalau kita benahi ke barat sama situ, itu bagus sekali. Ya, cuma, kurang perhatian dari pemerintah. Makanya, seluruh SKPD saya ajak naik motor. Ya, ada yang kira-kira potensi untuk wisata, itu saya benahi. Ya alhamdulillah, yang dulunya tidak bisa untuk lewat mobil, jalannya aja jelek, sekarang mobil sudah bisa masuk. Seperti Mangunan, kan sekarang berkembang.

Lha ini, program saya tahun depan ini, yang dari utara, daerah Pegunungan Cinomati, itu juga mau ta' lebarkan jalannya. Lalu lintasnya biar cepat jalan lingkar ke Dlingo itu. Saya sudah matur Ngarsa Dalem, mau dibikin connected dengan Wonosari. Jadi nanti yang wisata ke Wonosari bisa mampir ke Bantul atau sebaliknya. Itu sudah rencana ke depan, sudah di-Acc semuanya. Sekarang dalam proses. Istilah Jawa-nya, baru pripik-pripik aja hasilnya sudah signifikan.

Saya menjabat tahun pertama itu, untuk PAD dari retribusi Rp 12 miliar per tahun. Sekarang berapa? Rp 31 miliar. Sangat drastis sekali. Baru pripik-pripik, apalagi (kalau) sudah saya benahi semua. Saya yakin menjanjikan itu.

Soal industri kreatif di Bantul, bagaimana potensi dan pengelolaannya?

Orang-orang Bantul ini punya kreativitas yang tinggi. Contohnya di kerajinan. Untuk industri makanan, misalnya pisang, bonggol pisang aja bisa jadi kerupuk. Penemu pertama sampai diminta untuk audiensi di Italia itu. Makanya saya buatkan di Gabusan itu, rencana semuanya saya tampung di situ. Nanti bus-bus yang mau ke Parangtritis, saya minta untuk transit di situ, untuk memperkenalkan industri maupun kuliner yang ada di Bantul. Jadi misalnya, mau makan sate klathak Pak Pong, enggak usah Pak Pong, nanti bapaknya Pak Pong mau buka di situ. Untuk pedagang kecil-kecil, untuk menambah ekonomi rakyat, monggo. Yang penting kebersihan. Buka bersih, tutup juga bersih.

Tiap-tiap 17 kecamatan sudah saya berikan truk baru-baru semua untuk mengangkut sampah di wilayah masing-masing, karena saya suka kebersihan. Jadi bagaimana Bantul itu bersih dan artistiklah. Makanya saya selalu agak rese. Saya sudah wanti-wanti, kalau ada kantor lurah misalnya, ada sarang laba-labanya, saya suruh lepas bajunya, saya suruh untuk ngepel. Ruangan harus bersih. Seperti ruangan saya ini, bunga-bunga semua saya beli sendiri, tidak minta kantor. (Intinya) Bagaimana caranya saya betah di kantor.

Acara Recycle Fashion Carnival (RFC) yang diramaikan kalangan pelajar dan generasi muda di Bantul tahun 2018 lalu. [Dok. Pemkab Bantul]
Acara Recycle Fashion Carnival (RFC) yang diramaikan kalangan pelajar dan generasi muda di Bantul tahun 2018 lalu. [Dok. Pemkab Bantul]

Bagaimana pula dengan program pelestarian budaya di Bantul?

Bantul itu pusatnya seniman seluruh Indonesia. Karena apa? Institut Seni Indonesia ada di Bantul. Senimannya banyak sekali. Nanti tiap malam Minggu ada pentas seni di Gabusan, seperti THR zaman dulu. Sekarang mau saya pindah ke Bantul. Baru saya pindahi pelan-pelan.

Baca Juga: Herlambang Wiratraman: Tanpa Penyeimbang, Potensi Otoritarianisme Menguat

Untuk mengembalikan budaya Jawa, khususnya Bantul, seniman Bantul perlu kita hidupkan kembali. Makanya selama saya menjabat awal itu, dulu Dinas Pariwisata dan Budaya itu jadi satu. Tapi setelah saya menjabat, dalam waktu singkat, ya enam bulan, saya pisahkan. Dinas Pariwisata sendiri, (Dinas) Kebudayaan sendiri. Biar fokus memikirkan peran dan bidangnya masing-masing. Kemudian (Dinas) Budaya itu anggarannya juga banyak, karena bisa menyerap anggaran Danais atau Dana Istimewa; dari provinsi itu Rp 1 triliun lebih. Supaya warga Bantul bisa mengembangkan bakat seni itu tadi. Dalang banyak di sini. Anak-anak SD juga sudah pintar karawitan.

Terkait generasi muda khususnya lagi milenial, bagaimana Anda memandangnya dengan segala permasalahan mereka, dan apa saja yang perlu ditekankan pada generasi ini?

Untuk pejabat-pejabat di daerah, sekarang banyak (dari) anak-anak muda. Itu contohnya. Makanya, ayo semangat belajar, nanti menjadi pejabat baik dari tingkat bawah sampai tingkat atas. Harapan saya, anak-anak Bantul (jadi) pintar-pintar, bisa bekerja dari tingkat bawah di kelurahan, sampai kabupaten, provinsi; bahkan anak-anak Bantul (mudah-mudahan) bisa jadi menteri atau Presiden sekalian, karena Presiden Soeharto itu kan asli orang Bantul.

Makanya saya beri anak-anak muda semangat, support; belajar, belajar, belajar. Jangan mau kalah dari orang-orang tua, karena saya (juga) tidak akan seterusnya menjabat di sini seperti senior-senior semuanya. Sesuai dengan peraturan pemerintah, menjabat itu maksimum itu kan dua kali atau dua periode. Makanya saya cukup dua kali saja, memberi kesempatan bagi anak-anak muda siap-siap menggantikan saya.

Dan setelah saya, tidak akan mencalonkan anak saya, apalagi istri saya. Kerjaannya masak, kok dijadikan bupati. Oh, tidak. Saya seperti itu, walaupun istri saya dinilai bagus. "Pak, nanti setelah Bapak dua kali, Ibu ya Pak. Ibu juga bagus" (kata pendukung). Ya, memang istri saya kan biasa... istri polisi kan di Bhayangkari, jadi bisa meladeni ibu-ibu pejabat maupun dari masyarakat. Ya, lebih sregep istri saya, aktif juga, sama dengan saya. Tapi saya jawab "tidak". Bantul ini bukan milik saya. Saya memberi kesempatan anak-anak muda. Saya beri semangat (untuk) siap-siap mengganti saya dan pejabat-pejabat semuanya, senior-senior semuanya.

Ojo do (jangan pada -Red) loyo, ojo do males. Jangan sampai melakukan hal negatif, misalkan narkoba, miras, main judi, sabung ayam. Dengan sikap saya yang keras, alhamdulillah sekarang berkurang banyak sekali, karena saya turun sendiri. Yang saya tadi bilang, (pernah ada) 27 orang meninggal karena miras, saya turun sama Kapolres. Setelah saya ikut terjun, saya nggerebek sama dari (satuan polisi) narkoba, satu truk bahan campuran untuk diminum itu. Saya tangkap bersama anggota (satuan) narkoba. Setelah itu, enggak ada yang berani. Tapi saya yakin masih ada, tapi umpet-umpet. Ta' (saya) kejar terus itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI