Bernardus Wisnu Widjaja: Kesempatan Mendesain Ibu Kota untuk Acuan Dunia

Jum'at, 30 Agustus 2019 | 08:36 WIB
Bernardus Wisnu Widjaja: Kesempatan Mendesain Ibu Kota untuk Acuan Dunia
Bernardus Wisnu Widjaja, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB. [Antara/Olah gambar Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Titiknya ada di perbatasan antara Penajam dan Kutai Kartanegara. Wilayahnya itu dekat pantai. Jadi yang perlu diperhatikan ke depan dalam pembangunan ibu kota baru ini adalah tata ruangnya. Jadi harus dibedakan antara banjir dan bencana banjir. Bencana banjir itu kan disebabkan karena perilaku manusianya. Jadi nanti di ibu kota baru itu, perlu diedukasi juga masyarakatnya, jangan ada lagi perilaku membuang sampah sembarangan dan tidak ramah lingkungan.

Peta Pulau Kalimantan di tengah-tengah Indonesia. [Shutterstock]
Peta Pulau Kalimantan di tengah-tengah Indonesia. [Shutterstock]

Jadi ini kesempatan sangat bagus, bagaimana kita mendesain ibu kota yang menjadi acuan oleh negara-negara di dunia, ibu kota yang ramah lingkungan. Citra ini yang kita bangun dalam pembangunan ibu kota baru. Akan sangat bagus lagi nanti dibangun hutan kota di sana. Hutan kota yang ditanami tanaman dan pohon-pohon asli Kalimantan, seperti Eboni, Ulin dan sebagainya.

Ada tiga hal dalam mitigasi bencana. Pertama, perlu mencegah risiko baru. Kedua, risiko yang sudah ada dipetakan tadi, mesti dikurangi risikonya dengan cara tidak ditempati untuk pemukiman atau lainnya. Kita tata sungai-sungainya dan edukasi perilaku orang-orangnya. Ketiga, dibangun ketangguhan ketahanan masyarakat dari potensi bencana. Orang-orangnya harus diedukasi perilakunya agar ramah lingkungan.

Bisa Anda jelaskan keunggulan dan kelemahan wilayah calon ibu kota baru ini?

Baca Juga: Dahlan: Ibu Kota Baru Begitu Cepat, Saya Pembenci Birokrasi Sangat Senang

Nanti bisa dilihat detailnya di web inarisk.bnpb.co.id. Ini yang mengisi datanya berbagai institusi, lembaga. Kami menyediakan platformnya. Di sana terlihat jelas peta potensi bencananya daerah di seluruh Indonesia, termasuk (daerah calon) ibu kota baru.

Bisa Anda jelaskan ketersediaan air tanah di sana? Apakah sudah layak untuk sebuah ibu kota atau bagaimana?

Di sana debit air tanah tidak terlalu besar. Di sana wilayahnya dekat dengan pantai. Di atas, (di) wilayah pegunungan, ada debit air, tapi tidak terlalu besar. Menurut saya kita ambil air permukaan.

Jadi untuk air di sana, masyarakat jangan menggunakan air tanah. Jadi pemerintah lah yang harus mengelola dan menyediakan air untuk masyarakat. Bisa dari air PDAM.

Bagaimana dengan transportasinya, seperti penerbangan dan pelayaran. Apakah bandara dan pelabuhan di sana sudah cukup memadai untuk sebuah ibu kota negara?

Baca Juga: Jhon Gobai: Penyebutan "Monyet Papua" Bagian dari Penjajahan Berkepanjangan

Di wilayah ibu kota baru ini ada dua bandara yang letaknya berdekatan. Kedua bandara itu, (yaitu di) Balikpapan dan Samarinda, cukup aktif penerbangannya. Mungkin tinggal diperluas saja. Begitu juga dengan pelabuhannya, di sana pelabuhannya juga aktif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI