Nah, kalau kita lihat, masa polisi berbalasan petasan sama massa? Kemudian, kita tidak menutup mata ada massa yang melempar, memprovokasi dan lain-lain, tapi kan ada juga massa yang tidak. Harusnya yang menjadi perhatian polisi, ada orang-orang yang melakukan itu, orang-orang yang tidak perlu ditangkap.
Kedua, kasus salah tangkap dan pemukulan untuk orang-orang yang bukan massa aksi, itu sebuah indikasi bahwa kekerasan yang dilakukan Kepolisian sudah berlebihan.
Temuan YLBHI dengan Kontras, hasil investigasinya bagaimana?
Sudah ada tim, meskipun itu baru bersifat pemantauan ya. Kami sebutnya pemantauan, makanya namanya temuan awal.
Baca Juga: Ini Senjata Karabin Perusuh 22 Mei Sedianya untuk Bunuh 4 Pejabat Negara
Adakah temuan salah tangkap? Ada berapa?
Iya, ada laporan. Tapi kita belum mendapatkan angkanya, karena masih membuka pos pengaduan LBH Jakarta, LBH Pers, dan Kontras. Tapi sebelum membuka pos sudah ada temuan-temuan itu.
Publik menilai massa kemarin memiliki pola yang sama dengan kerusuhan 1998. Pendapat Anda?
Sebetulnya bukan hanya 1998, tapi ada kasus '96. Dan di kasus '96 itu adalah suatu pertarungan politik, pada waktu itu yang menjadi korban adalah PDI, dan kemudian ada kambing hitam yaitu PRD (Partai Rakyat Demokratik). Jadi kesamaan itu bukan hanya dengan 1998, tapi jauh ke belakang lagi, ke tahun 1974 (juga). Sehingga tidak bisa dengan sangat mudah kita mengatakan dalang di baliknya sama, bukan itu.
Baca Juga: Wahyudi Djafar: Data Pribadi Seseorang Tidak Boleh Dibuka Semena-mena
YLBHI pernah mengatakan seperti itu, tapi bukan itu maksudnya, karena itu sangat terlalu dini. Kita perlu penyelidikan, investigasi, dan seterusnya. Yang kami maksud adalah ini ada sebuah amuk massa, dan kalau dilihat polanya ini bukan massa yang spontan.