Kalau dilihat sebagai satu negara, maka harus dibandingkan dengan negara lain. Kalau membandingkan, saya cenderung ke India.
Indonesia dan India sama-sama negara berkembang dan banyak daerah miskin. Tapi kualitas pendidikan di India relatif lebih baik.
Salah satu buktinya, 30 persen kebutuhan dokter di India bisa dicukupi oleh lulusan-lulusan program kedokteran mereka sendiri.
Dalam bidang sains juga mereka lebih jago. Bill Gates pernah mengatakan, 30 persen yang bekerja dalam dunia teknologi informatika itu adalah orang India.
Baca Juga: Makan Cokelat Setelah Mie Goreng Bikin Meninggal, Hoaks atau Fakta?
Ini kontras dengan Indonesia, meski dalam segi geografis serta kebudayaan hampir sama. Tapi mereka bisa menyelenggarakan pendidikan yang sangat murah.
Kalau soal kesejahteraan guru di Indonesia, bagaimana menurut Anda?
Ada dua jenis guru di Indonesia, PNS dan non-PNS. Kalau guru PNS, kesejahteraannya seragam di seluruh daerah. Meski ada sejumlah kasus seperti guru-guru di Jakarta yang pendapatannya di atas Rp 10 juta. Kalau di daerah lain, rata-rata pendapatannya Rp 8 juta, itu bersih ya.
Nah, guru non-PNS ini kesejahteraannya beragam. Kalau mereka mengajar di sekolah maju dan favorit, mungkin pendapatannya lumayan. Tapi meskipun lumayan, tetap di bawah guru PNS. Lumayan itu ya kurang lebih Rp 5 juta sampai Rp 7,5 jutaan. Tapi jarang yang sudah mencapai Rp 10 juta.
Kalau guru honorer bagaimana, tuntutan utama mereka diangkat sebagai PNS?
Baca Juga: Jadi Pembicara Nasional, Rocky: Yang Kasih Saya Sertifikat Siapa?
Sebenarnya gagasan mengangkat guru honorer menjadi PNS sudah ada sejak zaman Presiden SBY. Waktu itu, pengangkatan guru honorer menjadi PNS adalah janji kampanyenya. Maka, saat itu ada pengangkatan guru honorer menjadi PNS sekitar 269 ribu orang.