Vedi R Hadiz: Populisme Islam dan Kaum Oligarkis pada Pilpres 2019

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 25 Februari 2019 | 07:20 WIB
Vedi R Hadiz: Populisme Islam dan Kaum Oligarkis pada Pilpres 2019
Vedi R Hadiz, Ilmuwan sosial Indonesia yang menjadi Professor of Asian Studies di Asia Institute, University of Melbourne, Australia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Islam kembali beranjak naik ke pentas politik nasional, setelah sempat berada di pinggiran pentas selama puluhan tahun pada era Orde Baru. Sejak era awal reformasi hingga kekinian, kekuatan kelompok Islamis perlahan mulai mewarnai dan terus mencoba mendominasi.

Kebangkitan Islam politik di Indonesia pada zaman reformasi kali pertama ditandai dengan bermunculannya partai-partai politik dengan beragam varian, dan tampil sebagai peserta Pemilu 1999.

Dalam prosesnya, organisasi politik Islam arus utama yang mampu bertahan hingga kekinian adalah, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang (PBB).

Namun, di luar parpol-parpol tersebut, ada pula organisasi-organisasi massa berbasis Islam yang mampu tampil sebagai grup penekan alias pressure group. Misalnya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Tak hanya itu, kekinian, terdapat ormas Islam lain yang cenderung baru juga muncul ke pentas politik sebagai kelompok penekan seperti FPI, GNPF Ulama, dan beragam varian organisasi 212.

Kelompok Islam politik yang disebut belakangan justru paling banyak disorot oleh media-media massa. Sebab, di satu sisi, mereka mampu memobilisasi massa secara besar dalam demonstrasi-demonstrasi yang bertujuan politis.

Tapi di lain sisi, ada pula yang menilai kelompok-kelompok tersebut tak memunyai visi dan misi yang jelas, atau hanya sebagai kendaraan politik pragmatis.

Terbaru, kelompok-kelompok tersebut menggelar acara bertajuk Munajat 212 yang dinilai banyak pihak bernilai politis menjelang Pilpres 2019, dan disorot negatif karena terdapat insiden intimidasi terhadap jurnalis.

Acara yang diadakan di Monas pada hari Kamis (21/2/2019) tersebut dinilai politis, karena turut dihadiri sejumlah politikus pendukung Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Baca Juga: Sudah Pilih Jokowi, Warga Tabanan Bali Tolak Sandiaga

Terlepas dari penilaian itu, kiprah kelompok Islam politik yang relatif baru lahir tersebut mampu unjuk gigi seperti melalui aksi berjilid-jilid yang menyerang Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama—calon gubernur petahana DKI Jakarta pada Pilkada 2017.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI