Yang Hilang dalam Debat Kedua Jokowi vs Prabowo

Senin, 18 Februari 2019 | 15:11 WIB
Yang Hilang dalam Debat Kedua Jokowi vs Prabowo
Peneliti Auriga, Syahrul Fitra (Suara.com/ Aldie Syaf)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua calon presiden, Jokowi dan Prabowo Subianto, banyak mengumbar retorika mengenai persoalan energi, sumber daya alam, pangan, lingkungan hidup, dan infrastruktur dalam Debat kedua Pilpres 2019 yang  digelar KPU di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (17/2/2018) malam.

Sesudahnya, tim sukses kedua capres itu saling klaim kemenangan. Juru Bicara TKN Jokowi – Maruf Amin, Aceh Hasan Syadzily misalnya, mengklaim Jokowi memenangkan debat kedua tersebut dengan skor 6-0 karena.

Sebab, menurut politikus Partai Golkar tersebut, Jokowi menguasai masalah dan menyampaikan capaian keberhasilan.

"Sementara Prabowo hanya bicara normatif dan banyak mengakui keberhasilannya Jokowi dalam banyak hal," kata Ace, Senin (18/2/2019).

Baca Juga: Sibuk, Meldi Keponakan Dewi Perssik Belum Siap Diperiksa

Dalam pemaparan visi dan misi menurut dia, Jokowi memaparkan visi dengan menjelaskan capaian dan langkah yang lebih konkret dan realistis.

Sementara Prabowo, menurut dia, bicara soal kemandirian namun tidak menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan untuk mendukung ke arah terwujudnya kemandirian tersebut.

"Prabowo melangit, Jokowi membumi. Prabowo bicara soal kemandirian namun tidak menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan untuk mendukung ke arah terwujudnya kemandirian tersebut," ujarnya.

Sementara Jubir BPN Prabowo – Sandiaga, Ferry Juliantono mengatakan klaim kemenangan 6-0 itu tidak berdasar. Sebaliknya, ia menglaim justru dalam debat tersebut Prabowo menang telak 6-0.

Dia menjelaskan, dalam debat tersebut Prabowo menegaskan tidak ingin impor karena beberapa komoditas pangan bisa diproduksi di dalam negeri.

Baca Juga: Ini Barang-barang Pribadi Bamsoet yang Ludes Dilalap Si Jago Merah

"Untuk mengatasi harga di tingkat konsumen tidak harus dengan impor dan sebenarnya untuk menyediakan harga yang terjangkau tidak harus impor namun memotong mata rantai produksi," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI