Makanya Plan Internasional Indonesia bekerja sama dengan komunitas lokal membuat Sanggar anak. Kegiatannya macam-macam, kami melakukan pemberdayaan bagi mereka, bagaimana anak-anak ini punya keahlian dalam bidang pariwisata dan sebagainya. Itu adalah salah satu bentuk mencegah, tak hanya kampanye, tapi apa yang bisa kita berikan bekal untuk anak-anak ini.
Sampai 2018, di Lombok Barat dan Lombok Tengah, kami sudah membantu 3.680 anak-anak rentan eksploitasi.
Di Lombok ini marak terjadi pernikahan usia anak, bahkan dianggap hal yang lazim bagi masyarakat. Apa kendala dalam pencegahannya?
Iya, banyak kendala sebetulnya dalam pencegahan pernikahan usia anak di lapangan. Kendala terberatnya saat pendampingan adalah ketika kita dihadapkan dengan tradisi yang sudah berlagsung lama di masyarakat.
Baca Juga: Hakim Tolak Ekspesi Terdakwa Merry Purba, Ini Alasannya
Mayoritas anak yang nikah dini memanfaatkan tradisi “Merarik” atau kawin lari. Merarik adalah tradisi masyarakat Lombok, seseorang yang menikah harus menjalani prosesi “Merarik”. Nah banyak kasus, anak-anak yang masih duduk di bangku SMP dan SMA menyalahgunakan tradisi itu untuk nikah dini.