Suara.com - Anak-anak adalah masa depan bangsa, begitulah diktum umum yang berlaku di dunia. Namun, seiring itu, mereka juga kerap menjadi korban eksploitasi pihak lain untuk kepentingan seksual maupun ekonomi.
Tak terkecuali di Indonesia, di mana tingkat eksplotasi terhadap anak masih banyak terjadi. Kekinian, perang terhadap eksploitasi anak masih dilakukan di Indonesia, yang juga dilakukan oleh para penyintas.
Salah satunya adalah Fitri Noviana. Dia adalah penyintas sekaligus Project Manager Program ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial Anak) Plan Internasional Indonesia.
Fitri anak bungsu dari dua orang bersaudara, kakaknya laki-laki. Bapaknya beretnis China, sementara sang ibu beretnis Sunda yang dulu tinggal di Sumedang, Jawa Barat. Perjalanan hidupnya sangat memprihatinkan karena sejak kecil, dia korban perdagangan anak.
Baca Juga: Hakim Tolak Ekspesi Terdakwa Merry Purba, Ini Alasannya
Sang ayah wafat ketika Fitri masih kecil. Sedangkan Ibunya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan kondisi ekonomi yang serba kekuarangan.
Pada tahun 2003, saat Fitri berusia 13 tahun dan duduk di kelas 1 SMP di Sumedang, sang ibu dibujuk oleh seorang calo dari Malaysia untuk mau melepaskan Fitri bekerja di luar negeri dengan iming-iming uang.
Fitri dijanjikan bekerja kantoran di Malaysia, dan tetap bisa berkomunikasi dengan Ibunya. Sang Ibu akhirnya kepincut. Ia melepas Fitri kepada calo dengan imbalan uang.
Setiba di Malaysia, ternyata Fitri diekploitasi. Pagi sampai petang ia disuruh bekerja mencuci piring di sebuah restoran bernama Mama Jerman.
Malam harinya, Fitri dipaksai mengenakan pakaian seksi dan dijual kepada om-om hidung belang. Ia mengakui, setiap malam dikasih minuman yang sudah berisi obat-obatan yang membuat hilang kesadaran.
Baca Juga: Terdakwa Korupsi Sebut Partai Nanggroe Aceh Dukung Jokowi - Ma'ruf Amin
Pagi harinya, ia kembali dipaksa bekerja mencuci piring di restoran. Pada usia 13 tahun itu, ia mengalami ekspoitasi seksual komersial selama 8 hari. Hari ke sembilan ia berhasil bebas setelah bertemu seorang sopir pejabat KBRI di Malaysia yang sedang makan di restoran tersebut.