“Jadi kalau dulu semua perlu dimiliki sendiri, dikuasai sendiri, sekarang tidak lagi. Sekarang kalau bisa justru saling berbagi peran. Atau, kalau dulu semuanya ingin dikerjakan sendiri, pada era disruption tidak lagi seperti itu. Sekarang eranya kita bekerja bersama-sama. Kolaborasi, berotong royong.”
Namun, pelaku bisnis di Indonesia kini tengah gamang dalam menghadapi femonena tersebut. Rhenald mengungkapkan, ada kekhawatiran pada banyak usaha nasional yang berpotensi gagal memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi baru akibat disrupsi dan pergeseran ke era digital.
Hal ini lantaran lemahnya pemahaman dunia usaha terhadap maraknya resistensi dari pelaku-pelaku usaha lama terhadap perubahan.
Lewat kajiannya, Rhenald menunjukkan sejumlah peristiwa shifting (pergeseran) yang terjadi dalam berbagai bidang usaha, mulai dari industri pelayanan keuangan dan perbankan, mainan, pariwisata, esteem economy, hiburan, asuransi, hingga pendidikan dan kebudayaan.
Baca Juga: Mulanya Dikira Tumor, Ternyata Lintah Hidup di Tenggorokan Wanita Ini
"Ketika pendapatan masyarakat meningkat, sejumlah produk akan menjadi barang inferior. Dan ini menunjukkan kegagalan para CEO dalam membaca shifting dan terperangkap dalam a blame trap karena terlalu percaya pada pernyataan pelemahan daya beli," ungkapnya.
Menurutnya, yang terjadi saat ini bukanlah daya beli yang turun, tapi selera masyarakat yang berubah. Ini menjadi salah satu bentuk shifting.
Jika daya beli benar turun, harusnya yang terjadi seluruh lini penjualan akan melemah -seperti saat krisis moneter 1998, sementara yang saat ini terjadi adalah sebuah shifting cara berbelanja, sebuah perubahan channel.
Lantas, bagaimana pembacaan Profesor Rhenald mengenai peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku bisnis di Indonesia ketika peranan teknologi digital semakin merebak pada tahun 2019?
Erick Tanjung, Jurnalis Suara.com, mewawancarai Rhenald Kalasi seusai sang profesor berdiskusi di Kantor Staf Presiden, Senin (7/1/2019). Berikut hasil wawancara khusus tersebut:
Baca Juga: Vanessa Angel Seminggu Sekali Wajib Lapor, Hari Ini yang Kedua
Terjadi perpindahan platform ekonomi dari analog ke digital. Perpindahan ini adalah lompatan besar dalam ekbis, bagaimana di Indonesia? apa saja kekurangan dan kelebihannya?