Bagaimana cara Anda mencari driver dan apa saja syarat untuk bekerja di Difa Bike?
Saya memasuki komunitas-komunitas difabel yang ada di Jogja untuk mencari pelanggan sekaligus mencari driver yang terjamin. Awalnya Februari 2015 itu hanya tiga motor, hingga pas rilis di Desember 2018 kami mulai dengan 10 motor.
Pelanggan saya awalnya difabel tuna netra dan kursi roda, orang umum belum saya pikirkan awalnya.
Saya cari di komunitas karena saya harus mendapatkan driver terbaik. Sebab difabel itu sama kayak orang biasa, saya nggak mau dapat driver yang aneh-aneh. Beberapa difabel juga ada yang nakal. Tapi kalau ambil dari komunitas saya berani jamin mereka difabel yang terpantau, makanya saya memprioritaskan driver harus dari Jogja untuk mempermudah pemantauan.
Selain masalah driver nakal, masalah apa lagi yang muncul dalam menjalankan Difa Bike selama empat tahun ini?
Baca Juga: Selain Sienta, Toyota Siapkan Kijang Khusus Difabel ?
Masalah lain lagi ketika harga dan trip tidak bisa ditebak, ini kan awalnya misi sosial. Jadi terkadang dibayar seikhlasnya sama difabel, ya mau gimana lagi. Lalu saya mulai terapkan tarif, program city tour dan kargo, mulai mikir orang umum, jadi biar driver ini bisa menghasilkan tanpa mengesampingkan misi sosialnya tadi.
Saya sendiri bukan aktivis difabel, saya harus belajar juga tentang karakteristik difabel. Kompleksitasnya itu banyak sekali di tahun-tahun awal kami mendirikan, dan dari awal ini non-profit tapi saya harus menghidupi juga mereka, belum lagi merawat motor. Saya cari donatur, sponsor, kami juga terima hibah, CSR, dan sebagainya untuk menghidupi Difa Bike ini.
Apakah ada rencana membuka cabang di tempat lain?
Sementara baru di Jogja, tapi sekarang saya sudah sosialisasi di Kota Solo. Mulai mendekati beberapa komunitas disana untuk mencari driver yang bagus di Solo. Sekarang mulai cari juga donatur di sekitar solo, kan perusahaan di sana banyak.
Difa Bike juga mendorong masyarakat lokal untuk belajar jangan hanya memberi difabel tetapi juga membantu mereka berkembang dan mandiri.
Baca Juga: Kisah Ojol Difabel Difa Bike Yogya: Berawal dari Penggembala Bebek
Sementara kota lain sudah mulai berminat, seperti Surabaya, dan Bandung, mereka sudah mulai mempersiapkan infrastruktur, yang paling menghambat ini ya infrastruktur dan dana untuk memulai. Kami juga membuat standar operasional, driver kami lengkapi identitas, jaket, motornya kami modifikasi biar driver dan penumpang nyaman.
Bagaimana penggunaan aplikasi Difa Bike?
Kami sudah menggunakan aplikasi Difa Bike sejak 2017 awal, tapi kebanyakan karena sudah berlangganan mereka langsung menghubungi via telfon atau whatsapp, beberapa difabel yang kesulitan mengakses handphone tetap bisa menghubungi melalui bantuan komunitasnya untuk mengorder kami.
Memang sedikit sulit menggunakan Aplikasi ini karena kami tidak sebesar ojek online yang sudah ada karena mereka punya uang untuk mengundang orang mengunduh aplikasinya lewat promo-promo.
Bagaimana respon moda transportasi lain di Jogja terhadap kehadiran Difa Bike?
Ya awal-awal pasti ada gesekan sedikit, sempat dimaki-maki karena dikira profit oriented, tapi setelah kami jelaskan bahwa ini non-profit ya mereka memberi ruang untuk kami berkarya mengembangkan difabel.
Meski sebenarnya yang paling menghasilkan adalah layanan City Tour dan kargo, kami tetap mengutamakan penumpang difabel yang ingin beraktivitas sebagai bentuk komitmen jiwa sosial kami. Kargo dan City Tour ini hanya untuk menghidupi dapur kami saja.
Menurut anda, apakah kota Jogja sudah ramah terhadap kaum Difabel?
Sangat, kota paling ramah difabel itu Jogja. Selain Jogja itu Solo, kota lain sangat tidak ramah, menganggap difabel itu aib. Bahkan bersentuhan dengan difabel itu kayak momok seperti bertemu makhluk lain.
Motor Difa Bike sendiri sudah mendapatkan izin resmi dari pemerintah?
Kalau izin bentuk modifikasinya kami sudah memenuhi standar undang-undang disabilitas, yang belum punya izin adalah sama dengan ojek online. Grab dan Gojek juga belum ada ijin, karena kami memang satu bidang di sana.
Kami sedang menunggu regulasi yang bisa mengsahkan roda tiga menjadi transportasi umum plat kuning. Contohnya di Medan becak motor bisa plat kuning sama dengan kami.
Berapa pendapatan para driver Difa Bike dalam satu bulan?
Jadi dalam sebulan, driver mendapatkan sekitar Rp 1,2 juta sampai Rp 1,4 juta per bulan. Sementara belum bisa mengejar untuk sesuai dengan Upah Minimum Kota (UMK) Yogyakarta.