Suara.com - Jumlah milenial di Indonesia 90 juta milenial. Itu merujuk dari data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Febuari 2018 lalu. Milelial itu berusia antara 20 tahun sampai 34 tahun.
Sementara, ada lagi data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan milenial menyumbang 23,95 persen dari total populasi Indonesia pada 2018 (265 juta jiwa). Diprediksi pada tahun 2019, jumlahnya bertambah jadi 23,77 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa.
Jumlah seperlima milenial ini jadi rebutan kubu Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, serta Joko Widodo atau Jokowi – Maruf Amin. Kedua calon, saling klaim pro milenial.
Berbagai cara untuk menggaet kelompok milenial, salah satunya dilakukan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Diaz Faisal Malik Hendropriyono atau Diaz Hendropriyono. Dia dan partainya pendukung Jokowi.
Baca Juga: Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga Diundang Tes Baca Alquran
Lelaki berusia 40 tahun ini jadi orang nomor 1 di PKPI sejak 13 Mei 2018 menggantikan sang ayah, AM Hendropriyono. Kini, PKPI menempatkan diri sebagai partai kalangan milenial.
Di Pilpres 2019 ini, Diaz Hendropriyono bertugas menggaet milenial untuk mendukung Jokowi. Di luar itu, dalam jangka pannjang Diaz Hendropriyono pun ingin kalangan milenial melek politik.
Kekinian, Diaz Hendropriyono mempunyai kampanye #DengarYangMuda. Apa itu?
Suara.com menemui Diaz Hendropriyono belum lama ini untuk bebincang soal milenial di dunia politik. Berikut wawancara lengkapnya:
Apa latar belakang Anda berfokus meraup suara milenial untuk Pilpres 2019?
Baca Juga: Lagi, Kubu Jokowi dan Prabowo Belum Sepakat Jadwal Debat Pilpres Kelima
Saya memang dari dulu, semenjak jadi relawan Pak Jokowi tahun 2012, waktu menjadi relawan untuk pencalonan beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dan juga sebagai Ketua Umum Kawan Jokowi, organisasi relawan tahun 2014 untuk mendukung Pak Jokowi.
Memang lebih kepenggarapan kepada kalangan milenial. Khususnya sekarang ini, milenial kalau kita lihat umurnya dari 17 sampai 38 tahun angkanya bisa mencapi 52 persen dari penduduk yang ada. Bahkan angkanya demikian tinggi.
Jadi ini adalah generasi yang menurut saya mempunyai pengaruh besar untuk menentukan nasib bangsa ini. Perlu adanya tokoh-tokoh yang memperkenalkan kepada kalangan tersebut menggenai apa yang telah dikerjakan Pak Jokowi selama empat tahun terakhir.
Bagaimana cara Anda meraup dukungan milenial di Pilpres 2019?
Cara jitunya, paling tidak kita harus juga menampilkan milenial untuk bicara di hadapan milenial. Tidak bisa, misalnya saya bicara sendiri.
Mungkin bahasa saya juga berbeda dengan bahasa yang seharusnya disampaikan kepada para pemuda ini.
Maka dari itu dari #DengarYangMuda, kami membawa tiga profesional gamers. Ada Yudi Kurniawan, Monica Carolina, dan Kevin Susanto. Monica dengan nicknamenya Nixia, Kevin nicknamenya Xccurate.
Mereka adalah profesional gamers yang berhasil sukses berlaga di ajang internasional di era Pak Jokowi.
Jadi tadi kita menampilkan mereka, dan meminta mereka untuk sharing pengalaman apa yang mereka lakukan selama ini? Perannya pemerintah terhadap industri ini bagaimana yang mereka rasakan?
Tapi, bagaimana jika milenial tidak juga melek politik dalam Pilpres 2019 nanti?
Kalau yang dilakukan setelah Pilpres 2019 berlangsung apa yang akan saya lakukan menurut saya itu sudah telat. Seharusnya apa yang kita lakukan sebelum Pilpres 2019. Jadi sebelum Pilpres 2019 kita harus mengingatkan kepada pemuda ini bahwa mereka merupakan suara yang besar dalam menentukan arah bangsa.
Kita harus memberikan perhatian-perhatian kepada mereka, mengingatkan bahwa nasib bagsa ini mau tidak mau harus diakui memang ada di tangan mereka. Mereka lah masa depan bangsa ini.
Jangan sampai nanti, misalkan kejadian seperti saat peristiwa Brexit (Britain Exit) misalnya, anak mudanya tidak mau ikut berpartisipasi. Jadi yang menentukan pilihan masa depan itu adalah orang-orang tua.
Begitu pun dengan pemilihan Donald Trump di Amerika, karena anak mudanya tidak berpartisipasi jadi pemilihan presiden kemarin ditentukan oleh orang-orang yang tua.
Padahal, baik di Inggris atau di Amerika masa depannya milik para pemuda. Jadi jangan sampai itu terjadi di Indonesia. Masa depan ini milik anak muda, mereka harus berpartisipasi aktif dalam menentukan pilihan.
Seperti apa kaum milenial masa kini?
Sebenarnya kalangan milenial ini kalangan pemuda bukan hanya sekarang punya peran yang besar untuk menentukan nasib bangsa. Dari jaman dulu, sejarah indonesia itu selalu ada pemuda yang menentukan nasib bangsa ini.
Bahkan sebelum Budi Utomo, tahun 1908 waktu itu mungkin mereka-mereka ini sudah berumur tapi mereka mulai percaya nantinya bangsa Indonesia ini rodanya akan dijalankan oleh para pemuda.
Sebelum 1908 juga banyak pahlawan-pahlawan ini yang masih muda. Sultan Hasanuddin misalnya. Menjadi Raja Goa itu masih umur 20-an tahun. Kita lihat Christina Martha Tiahahu masih 17 tahun. Jadi banyak contoh-contoh dimana bangsa ini arahnya ditentukan oleh para pemuda.
Tahun 1928 juga demikian, pada tahun 1945 ada Soekarno dan Muhammad Hatta masih merusia 43-44 tahun. Jenderal Sudirman menjadi seorang Jenderal dipilih menjadi Panglima umurnya 29 tahun, meninggal 34 tahun.
Tahun 1998 bagaimana kita bisa menyaksikan para pemuda turun ke jalan untuk mengubah sistem yang saat ini kita nikmati. Saya rasa, dengan 2018 dan ke depannya demografi Indonesia mengatakan demikian. Sebanyak 66 persen sampai 68 persen orang Indonesia ini masih dalam usia produktif, ini yang dinamakan bonus demografi sampai tahun 2030.
Maka dari itu, apa yang saya rasakan menurut saya, sama dengan apa yang dirasakan oleh pendahulu-pendahulu kita di tahun-tahun sebelumnya. Bahwa mau tidak mau, harus diakui pemuda memang selalu menjadi penentu nasib bangsa ini.
Seberapa yakin milenial saat ini mampu mengubah politik di indonesia?
Mengubah atau tidaknya politik di Indonesia itu tergantung partisipasi para pemuda.
Kalau partisipasi mereka masih rendah, saya rasa mereka tidak akan membawa banyak perubahan. Walaupun, jumlahnya banyak tapi tidak ikut berpartisipasi. Yang kita inginkan adalah dengan jumlah mereka yang banyak, bisa ikut berpartisipasi.
Tapi dengan adanya figur-figur tertentu, saya rasa dengan adanya Pak Jokowi juga bisa membuat minat para pemuda ini untuk nantinya ikut menentukan nasib bangsa ini di 2019.
Jika begitu, apakah generasi milenial ini harus terjun langsung ke politik praktis? Misal masuk partai politik?
Terlibat atau tidaknya para pemuda dalam politik, menurut saya ketika mereka tidak mau, mungkin tidak apa-apa. Asalkan mereka bisa memilih tokoh-tokoh atau politisi - politisi yang sebenarnya bisa mewakili kepentingan-kepentingan para milenial.
Misalkan, kalau kita lihat dari studi yang ada, kepentingan interest milenial ini apa? Yang nomor satu, 25 persen selalu mengatakan lapangan kerja. Apakah ini berarti kita harus mempunyai pemimpin yang milenial untuk bisa mengedepankan kepentingan mereka?
Menurut saya nggak juga. Tetapi kita harus memilih pemimpin-pemimpin yang mengerti, Pak Jokowi adalah salah satu pemimpin yang mengerti apa yang diinginkan oleh para milenial.
Pak Jokowi sudah menciptakan lapangan pekerjaan lebih dari 2 juta lapangan pekerjaan tercipta setiap tahunnya, lebih dari apa yang dijanjikan saat kamoanye Pilpres. Kampanye Pilpres janjinya 2 juta pertahun. Sekarang sudah rata-rata ada 2,4 juta sampai 2,8 juta.
Tingkat pengangguran pun sudah menururn. Tingkat pengangguran di kalangan milenial sudah menurun sekarang di angka 19 persen. Jadi menurut saya, kalau para pemuda tidak mau terjun ke politik, pintar-pintarlah memilih tokoh-tokoh mana yang lebih mengedepankan kepentingan - kepentingan kalian.
Apa harapan Anda untuk generasi milenial saat ini?
Harapannya saya, Indonesia ini akan menjadi negara yang lebih baik, bangsa yang lebih baik di bawah kepemimpinan Bapak Jokowi. Oleh karena itu para milenial lebih bijak dalam memilih pemimpin, jangan sampai memilih pemimpin yang bisa merusak keberagaman bangsa Indonesia. Jangan sampai memilih pemimpin yang bisa menggunakan keberagaman kita untuk mencapai sebuah tujuan politik semata.