Suara.com - Pakar Tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief menyebut penyebab tsunami Selat Sunda masih menyisahkan banyak tanya. Tsunami Selat Sunda yang menerjang Pandeglang di Provinsi Banten dan Lampung Selatan sebagai peristiwa berbeda.
Sebab, tsunami terjadi tanpa diawali dengan gempa bumi. Dugaan sementara, tsunami Selat Sunda terjadi karena longsoran Gunung Anak Krakatau.
Catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau.
Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 2013. Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).
Baca Juga: Gubernur Lampung: Masyarakat Tetap Waspada, Tsunami Bisa Datang Kapan Saja
Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava. Pada tahun2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian.
Hamzah Latief menilai peristiwa tsunam Selat Sunda sebagai peristiwa yang langka terjadi. Ilmuwan perlu turun tangan meneliti peristiwa tersebut. Apa saja yang perlu dilakukan? Apa yang menyebabkan tsunami Selat Sunda terjadi?
Berikut wawancara lengkap Suara.com dengan Hamzah Latief:
Tsunami Selat Sunda yang menerjang Pandeglang dan Lampung Selatan berbeda, tanpa ada gempa terlebih dulu. Bagaimana analisa Anda?
Itu diakibatkan Gunung Anak Krakatau. Tapi secara mekanisme, belum tahu. Akibatnya bagaimana? Apakah karena letusan atau karena pertemuan antara lava panas dengan air. Sehingga terjadi gelombang.
Baca Juga: Takut Tsunami Susulan, Warga Pesisir Lampung Selatan Mengungsi ke Sekolah
Tapi clear, tsunami itu dari Gunung Anak Krakatau.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan perlu penelitian untuk meyimpulkan kalau tsunami tersebut diakibatkan oleh Krakatau. Karena saat rekaman getaran tremor tertinggi Gunung Anak Krakatau yang terjadi bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Bagaiamana menurut Anda?
Nah itu dia, kalau PVMBG saja yang mengawasi Krakatau masih bingung, bagaimana kami yang tidak memiliki data.
Tetapi kalau di-inverse dari data pasang-surutnya yang ada jelas tsunami itu sumbernya dari Krakatau. Kemudian yang tidak kita ketahui terkait mekanismenya. Apakah itu longsoran bawah laut atau fenomena seperti ini.
Kalau Anda pernah lihat ada orang menggoreng ikan waktu minyak panas baru kita masukan ikannya itu kan kaya meledakkan. Nah ini sebaliknya, ada air di sekitarnya keluar lava panas bertemu dengan air dan bisa menimbuklan seperti bom air 'water bomb'
Akibat perpindahan panas dan itu bisa mengekspansi air untuk bergerak. Nah tetapi ini memang perlu penelitian, artinya kita memang perlu ke sana. Kalau memang itu benar ada longsoran apa ada perubahan batimetri (kedalaman air) atau tidak.
Seharusnya tsunami yang diakibatkan oleh vulkanik Krakatau bisa terditeksi atau tidak oleh PVMBG? Karena kalau BMKG mengatakan hanya bisa menditeksi tsunami yang diakibatkan oleh gempa atau tektonik.
Jadi kalau begitu coba tanyakan ke mereka, dari mana tsunami itu bisa terjadi? Sebenarnya kalau PVMBG diperlengkapi dengan alat, early on sistem dan sebagainya, seharusnya bisa terditeksi.
Tetapi kan mereka tidak memasang alat di situ.
Kemudian kalau yang punya BMKG itu karena yang diteksi hanya gempa (tektonik) tidak ada diteksi vulkaniknya ya mereka tidak bisa menditeksi tsunami tersebut.
Tetapi kita melihat kenyataannya tsunami itu terjadi dan setelah dianalisis ternyata sumbernya dari Krakatau kan kita bisa inverse balik ternyata sumbernya dari Krakatau.
Sekarang kita hanya tinggal mencari tahu mekanismenya di Krakatau itu seperti apa, karena terus terang kalau kita berbicara tentang pembangkit tsunami akibat gunung api itu paling tidak ada delapan sampai sepuluh mekanisme yang bekerja di sana dan itu perlu kita pelajari memang.
Delapan mekanisme itu apa saja?
Di antaranya kaldera, kolapse, ledakan, horisontal explosion, banyak sekali. Tetapi lebih ke arah teknis intinya.
Anda mempunyai simulasi yang berisi prediksi tsunami yang diakibatkan dari letusan Gunung Anak Krakatau. Tsunami itu juga diprediksi akan sampai ke Jakarta. Bisa Anda paparkan?
Oh jangan cerita ke sana. Saya nggak mau. Itu bisa membuat panik orang banyak. Intinya simulasi itu hasil rekonstruksi 1883.
Ketika tsunami 1883 itu juga terjadi tanpa didahului gempa?
Iya, memang kalau vulkanik tidak ada gempanya. Artinya memang aktivitas gunung tersebut lah yang harus dipantau.
Nah kemarin itu kenyataannya ada tsunami setelah diteliti sumbernya dari Krakatau. Nah pertanyaannya, seperti apa cara kerja fenomena yang terjadi di sana sehingga dapat membangkitakan tsunami? Itu masih spekulatif.
Saya tidak mau, biarkan saja parah ahli itu pada berspekulatif. Ini saja masih dalam perdebatan.
Sekali lagi saya tegaskan ini perlu penelitian. Saya juga mau belajar dan perlu mempelajari semua historinya.