Hamzah Latief: Langka, Tsunami Selat Sunda Harus Diteliti Lebih Dalam

Senin, 24 Desember 2018 | 07:00 WIB
Hamzah Latief: Langka, Tsunami Selat Sunda Harus Diteliti Lebih Dalam
Pakar Tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief. (Dok Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan perlu penelitian untuk meyimpulkan kalau tsunami tersebut diakibatkan oleh Krakatau. Karena saat rekaman getaran tremor tertinggi Gunung Anak Krakatau yang terjadi bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Bagaiamana menurut Anda?

Nah itu dia, kalau PVMBG saja yang mengawasi Krakatau masih bingung, bagaimana kami yang tidak memiliki data.

Tetapi kalau di-inverse dari data pasang-surutnya yang ada jelas tsunami itu sumbernya dari Krakatau. Kemudian yang tidak kita ketahui terkait mekanismenya. Apakah itu longsoran bawah laut atau fenomena seperti ini.

Kalau Anda pernah lihat ada orang menggoreng ikan waktu minyak panas baru kita masukan ikannya itu kan kaya meledakkan. Nah ini sebaliknya, ada air di sekitarnya keluar lava panas bertemu dengan air dan bisa menimbuklan seperti bom air 'water bomb'

Baca Juga: Gubernur Lampung: Masyarakat Tetap Waspada, Tsunami Bisa Datang Kapan Saja

Akibat perpindahan panas dan itu bisa mengekspansi air untuk bergerak. Nah tetapi ini memang perlu penelitian, artinya kita memang perlu ke sana. Kalau memang itu benar ada longsoran apa ada perubahan batimetri (kedalaman air) atau tidak.

Seharusnya tsunami yang diakibatkan oleh vulkanik Krakatau bisa terditeksi atau tidak oleh PVMBG? Karena kalau BMKG mengatakan hanya bisa menditeksi tsunami yang diakibatkan oleh gempa atau tektonik.

Jadi kalau begitu coba tanyakan ke mereka, dari mana tsunami itu bisa terjadi? Sebenarnya kalau PVMBG diperlengkapi dengan alat, early on sistem dan sebagainya, seharusnya bisa terditeksi.

Tetapi kan mereka tidak memasang alat di situ.

Kemudian kalau yang punya BMKG itu karena yang diteksi hanya gempa (tektonik) tidak ada diteksi vulkaniknya ya mereka tidak bisa menditeksi tsunami tersebut.

Baca Juga: Takut Tsunami Susulan, Warga Pesisir Lampung Selatan Mengungsi ke Sekolah

Tetapi kita melihat kenyataannya tsunami itu terjadi dan setelah dianalisis ternyata sumbernya dari Krakatau kan kita bisa inverse balik ternyata sumbernya dari Krakatau.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI