Tidak menutup kemungkinan Anda akan mengangkat isu lain...
Sangat tidak menutup kemungkinan.
Dan saya juga baru berkarya dari 2012 sampai 2018 ini, kurang lebih 7 tahun dan itupun bukan berarti 7 tahun sangat intens ada maju mundurnya gitu. Mungkin baru sangat intens dari tahun 2015-an lah. Sehingga masih sangat dini untuk bicara kalau saya akan berhenti pada dua hal isu tersebut.
Bagaimana tantangan mengangkat isu kehidupan Islam dan perempuan yang dianggap masih tabu?
Baca Juga: Hasil Studi LIPI: Media Sosial Punya Peran Krusial Picu Intoleransi
Tantangan saya dalam berkomedi utamanya adalah bagaimana bersikap adil terhadap apapun yang saya angkat. Artinya, kita tidak bisa kemudian berbicara sesuatu yang kita tidak punya cukup referensi.
Karena bagaimanapun juga, komedi itu berargumentasi. Sehingga, referensi itu dibutuhkan, penting juga untuk mendukung apa yang kita sampaikan, yang terpenting adalah kita harus mengerti objek lelucon itu siapa? Dan posisi objek lelucon itu di struktur sosial kita bagaimana? Supaya kita tidak terjebak dan terkesan mengolok-olok orang yang sudah pada posisi seperti di bawah diinjak-injak dan makin kita injak lagi kan tidak seperti itu.
Itu tantangannya.
Mana yang lebih sulit, menyampaikan materi komedi dengan isu kehidupan islam dan perempuan di dalam negeri dengan tradisi timur atau di negara lain dengan tradisi barat?
Pengalaman saya tampil di dalam negeri dan di luar negeri itu mengajarkan saya bahwa meskipun rasanya lebih bebas berbicara di negara-negara yang memang demokrasinya sudah jauh lebih matang dan jaminan terhadap kebebasan berekspresi itu lebih luas.
Baca Juga: Mual Setelah Minum Susu, Bisa Jadi Anda Intoleransi Susu
Meskipun seolah-olah lebih nyaman tampil di luar negeri karena hal-hal tersebut, sebenarnya tanggungjawabnya kebih besar karena harus berhati-hati untuk tidak terjebak berada pada posisi yang menjadi muslim role models.
Tidak ada yang jelek menjadi muslim role models, tetapi kalau kita melihat wacana di luar negeri saat ini, menjadi muslim role models atau dieluh-eluhkan menjadi perempuan muslim yang pemberani dan sebagainya, itu seolah-olah meneguhkan stereotipe bahwa muslim terutama muslim perempuan itu secara umum tertindas. Jadi kalau ada yang berani berbicara dikasih tepuk tangan yang gemuruh dan mendapatkan apresiasi yang terkadang berlebihan.
Ya itu sih, meskipun rasanya lebih bebas berekspresi tetapi kita perlu hati-hati untuk tidak terjebak dalam wacana tersebut. Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak meneguhkan stereotipe tentang muslim, meneguhkan diskriminasi atas nama ras, etnis, agama dan sebagainya.
Apakah Anda punya pengalaman tampil di hadapan komunitas yang kental dengan tradisi timur dengan mengangkat dua isu tersebut?
Seingat saya belum pernah mendapat kesempatan untuk tampil di komunitas tertentu yang kadang dibilang cukup konservatif.
Sebenarnya saya berharap dapat undangan dari Alumni 212. Tapi menarik kan, meskipun juga belum tentu saya terima, bukan karena soal setuju atau tidak setuju tapi 'nervous' saja.
Pada dasarnya kalau tampil diatas panggung yang lebih eksklusif itu adalah pengalaman yang ingin saya dapatkan juga supaya bisa berdialog bersama audiens yang lebih luas.
Paling kalau di pesantren perempuan saya pernah. Ya, meskipun double hati-hati tetapi responnya sangat baik. Artinya, komedi ini kalau kita mengolahnya pas gitu ya, sangat efektif.
Bagaimana pandangan Anda tantang Aksi 212?
Ah ‘no comment’.
Bagaimana pandangan Anda tentang kekerasan atas nama agama dan kekeran perempuan?
Akhir-akhir ini kita melihat di seluruh belahan dunia banyak tindakan-tindkaan kekerasan yang dilakukan atas nama agama. Bukan hanya oleh kelompok Islam tetapi juga kelompok agama lain terhadap suatu agama lain.
Kalau kekerasan terhdapat perempuan tentu situasinya sangat serius. Satu di antara tiga perempuan menurut penelitian yang dirilis UN Women itu ada satu di antara tiga perempuan akan mengalami kekerasan. Ada periode dalam hidupnya mungkin yang akan mengalami kekerasan.
Situasinya sangat serius dan bagi saya pandangan saya terhadap hal tersebut saya kira adalah bahwa saat ini itu ada proses kemandekan berpikir.
Selama bertahun-tahun berkomedi, momen apa yang paling berkesan?
Salah satu momen yang paling berkesan adalah pada saat itu saya berkesempatan tampil di Denmark.
Pada saat itu saya disponsori oleh Wahid Foundation dan kedutaan Denmark di Indonesia. Saya di bawa ke sebuah SMA yang sangat unik, karena 70 persen siswanya itu adalah imigran Timur Tengah baik muslim, Katolik, Kristen yang kebanyakan muslim. Jadi orang asli kulit putih itu hanya sekitar 30 persen.
Itu adalah pengalaman di mana saya merasakan bahwa komedi itu bisa merangkul orang. Saya berbicara pengalaman saya tumbuh besar di tengah keluarga yang kurang lebih konservatif, persoalan islamophobia, dan beberapa hal lainya. Setelah tampil, kepala sekolahnya berbicara kepada saya, dia menyampaikan terima kasih dan mengatakan kalau anak-anak imigran terutama yang muslim yang biasanya pemalu setelah saya tampil, mereka mau datang dan mendekati pembicara dan mengajak berbicara. Menurut kepala sekolah tersebut itu menjadi progres yang sangat luar biasa.
Anda baru saja mendapat predikat sebagai 100 permpuan inspiratif dan berpengaruh di dunia dari BBC. Bagaimana perasaan Anda?
Bagi saya itu 'reminder' pengingat tentang apa yang selama ini saya lakukan dan perjuangkan dan juga penyemangat untuk kedepannya makin banyak berkarya lagi.
Apa misi besar Anda sebagai komika?
Bagi saya misi besar saya dalam berkomedi adalah untuk kemanusiaan. Kalaupun terdengar klise tapi memang itu, kemanusiaan, keadilan dan kesetaraan. Bagi saya, itu semua layak diperjuangkan, juga bagian perjuangan saya, bagian dari ibadah saya.
Siapa tokoh inspiratif yang turut membentuk pikiran dan pandangan Anda sejauh ini yang sedikit berbeda dengan pola pikir keluarga Anda?
Meskipun saya dibesarkan di tengah lingkungan keluraga yang kurang lebih konservatif, saya merasa beruntung memiliki ibu seperti ibu saya. Ibu saya adalah inspirasi pertama saya. Ibu saya adalah satu dari sedikit perempuan yang berhasil berkuliah sampai sarjana di komunitasnya dan di masanya dulu.
Kemudian saya juga beruntung di sepanjang perjalanan saya bertemu dengan guru-guru yang hebat. Saya punya panutan dan dosen perempuan waktu saya kuliah S1 dan S2. Bagi saya, perempuan adalah inspirasi saya, siapa pun mereka. Termasuk juga perempuan-perempuan yang berkontribusi untuk membangun pemikiran saya.
Project terdekat yang akan Anda lakukan?
Kalau project atau rencana terdekat saya bersama teman-teman Perempuan Berhak kami mau menggelar all female stand up comedy show kami yang ketiga.
Selain itu saya bersama suami sedang dalam proses membuat sebuah yayasan yang mudah-mudahan bisa konsisten bekerja di pemberdayaan perempuan melalui seni dan literasi.