Sampai Kapan Rupiah Terus Melemah dan Dolar Terus Menguat?

Kamis, 18 Oktober 2018 | 08:57 WIB
Sampai Kapan Rupiah Terus Melemah dan Dolar Terus Menguat?
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.608 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (13/8). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dolar Amerika Serikat terus menunjukan keperkasaannya hingga membuat mata uang negara-negara lain lemah tak berdaya dibuatnya. Pastinya ada alasan mengapa dolar AS bisa kian perkasa. Penguatan dolar AS lebih disebabkan oleh kondisi perekonomian negara Paman Sam itu.

Awal mulanya dari salah satu kebijakan Presiden Donald Trump yang memangkas pajak penghasilan perusahaan dari 35 persen menjadi 21 persen. Dengan pemangkasan pajak itu membuat penerimaan negara AS dari pajak turun.

Sehingga, dengan penerimaan negara yang mengalami penurunan dan pengeluaran negara tetap, membuat defisit anggaran AS meningkat. Selain itu ‎penguatan dolar AS pastinya berdampak pada nilai tukar mata uang lainnya.

Salah satunya, adalah mata uang negara berkembang seperti Indonesia, Argentina, serta yang lainnya.

Hal ini karena, perdagangan antara negara berkembang menggunakan dolar AS. Sehingga, jika impor negara berkembang tersebut banyak dan neraca perdagangannya defisit, maka permintaan dolar AS naik, dan ini yang akan membuat ‎dolar semakin perkasa.

Iimbas dolar AS menguat lebih dirasakan oleh negara yang mempunyai perjanjian atau mitra-mitra dagang dengan Amerika Serikat. Namun, mata uang di dunia termasuk rupiah melemah bukan karena penguatan dolar AS semata. Ada alasan lain yang bisa menyebabkan mata uang suatu negara melemah. Contohnya pelemahan yang dialami rupiah. Tentunya, terdapat isu dalam negeri yang membuat rupiah juga melemah.

Misalnya, pada saat defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang tinggi bisa membuat rupiah melemah.

Lalu sampai kapan rupiah akan terus melemah karena dolar AS yang terus menguat?

Suara.com berbincang dengan dua ekonom senior dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih dan Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra. Wawancara dilakukan dalam kesempatan berbeda.

Baca Juga: Fastwork Raih Pendanaan Seri A Senilai 4,8 Juta Dolar AS

Berikut petikan wawancara lengkapnya:

Apa penyebab Dolar AS terus Menguat?

Lana Soelistianingsih: Ya pertama emang isu the Fed. The Fed memang bikin dolar AS menguat karena suku bunga di Amerika naik. Nah itu ada perkiraan bunga-bunga di Amerika naik.

Ariston Tjendra:‎ Kalau alasan pertama bisa dilihat dari yield obligasi AS yang meningkat, tingkat Suku bunga Acuan AS yang naik, penghasilan perusahaan-perusahaan AS yang meningkat. Ini semua dibantu oleh indikator ekonomi AS yang membaik seperti indikator tenaga kerja, rata-rata upah, tingkat inflasi, laju Pertumbuhan GDP, dan lain-lain.

Kalau alasan kedua itu terjadi bila Ada ketegangan politik Global, Krisis ekonomi Global, perang yang berpotensi melambatkan laju ekonomi Global sehingga investor atau pelaku pasar ingin mengamankan aset-asetnya, salah satunya adalah ke dolar AS

Ada lagi....

Lana Soelistianing: Jadi ditambah presiden Trump itu memangkas pajak. Jika pajaknya dipangkas, penerimaan negara turun. Kalau penerimaan turun, pengeluaran tetap, berarti kan defisitnya nambah.

Nah defisit yang nambah itu ditutup oleh utang. Ketika utang naik imbal hasil naik, imbal hasil naik menunjukkan obligasi murah. Jadi pada beli dan pada butuh dolar, kemudian dolarnya menguat. Itu paling besar impactnya utang amerika yang meningkat,

Siapa-siapa saja yang terdampak dari penguatan Dolar AS?

Lana Soelistianing: Sebetulnya yang paling terdampak adalah mitra-mitra dagang AS. Akan tetapi seperti misalnya Argentina, kok dia melemah lebih banyak padahal perdagangannya enggak begitu besar ke AS, tetapi kok pelemahannya lebih besar

Hal ini karena, Argentina isunya bukan hanya dolar AS menguat, tapi isu di dalam negeri masalah. Jadi enggak bisa kalau mata uang non dolar melemah itu karena dolar menguat, tapi ada faktor dalam negeri, seperti Argentina dan Brazil.

Ariston Tjendra:‎ Pasti berlawanan arahnya dolar AS menguat, yang lain melemah.

Tapi per mata uang bisa beda-beda. Dolar AS menguat terhadap mata uang emerging market, bukan berarti dolar AS pasti menguat terhadap major currency

Berarti pelamahan mata uang lain bukan dari faktor dolar AS saja ya...

Lana Soelistianing: Sebetulnya yang dampak langsung itu ya yang punya perdagangan dari AS, ada juga yang perdagangannya tidak terlalu kuat, tapi pelemahannya lebih tajam, karena masalah-masalah dalam negeri

Seperti kita rupiah melemah, memang benar gara-gara dolar menguat, tapi bukan satu-satunya faktor, faktor lain juga yang bisa kita akui dalam negeri

Mengapa dolar AS lebih dominan dibanding mata uang Lain?

Lana Soelistianing: Ya kan mata uang dolar AS menguasai perdagangan seluruh dunia, 80 persen perdagangan di seluruh dunia, itu dari mata uang dolar AS.

Ariston Tjendra: Negara adikuasa, pemakaian dolar AS paling banyak di negara-negara seluruh dunia.

Semua negara?

Lana Soelistianing: Negara manapun juga semuanya mintanya dolar, dagang sama Uni Eropa juga mintanya dolar, dengan dolar di mana-mana likuiditasnya otomatis makin besar kebutuhannya.

Apakah Bahaya dengan penguatan Dolar AS ini?

Lana Soelistianing: Sebetulnya kalau teoritis, dolar AS menguat itu bagus bagi negara punya hubungan dagang dengan Amerika. Karena dia ekspse bisa jadi lebih murah impornya.

Misalnya cina, enggak ada isu perdagangan dolar AS menguat, yuan melemah, seneng Cina. Karena barang cina lebih murah dibanding amerika

Ke depannya, Apakah Dolar AS menguat terus?

Lana Soelistianing: Dolar selama AS m‎encari utang bakal terus menguat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI