Dahulu saya dilahirkan normal sampai ketika usia tiga tahun saya sakit demam panas, orang tua saya membawa saya ke dokter. Tapi saat disuntik saya malah semakin demam, lemas total dan tak bisa jalan.
Dari sana orang tua saya sudah coba segala pengobatan dari dokter hingga dukun dan segalanya agar saya bisa kembali normal, tapi tuhan berkata lain.
Dengan berjalannya waktu saat saya kecil saya pernah merasa berbeda. Saat duduk di Sekolah Dasar (SD), saat jam istirahat saya selalu di kelas. Sedangkan teman-teman saya main di luar.
Saat saya pulang saya menangis, kenapa saya berbeda? Waktu itu saya belum mengerti, yang saya tahu kenapa saya tidak bisa berlari?
Baca Juga: Asian Para Games, Anies Jamin Fasilitas Jakarta Ramah Disabilitas
Lalu ayah bilang, kamu tak berbeda, kamu spesial. Mungkin kini kamu tak mengerti sekarang, tapi saat kamu tumbuh dewasa. Kamu akan mengerti dengan sendirinya.
Apa yang orang tua katakan benar. Sampai saya tumbuh dewasa saat kelas 6 SD, saya mulai ikut angkat berat. Waktu itu lingkungan saya juga banyak atlet angkat berat. Kakak dulu sering mengajak saya ke gelanggang olahraga.
Lalu saya ketemu pelatih dan diajak latihan. Meski saya berbeda, pelatih sebisa mungkin melatih saya dengan kondisi seperti ini. Saat tiga bulan kemudian, saya diikuti kejuaraan nasional. Saat itu kebetulan diadakan di Bali, dan saya dapat medali emas.
Pada tahun 2007, saat saya duduk di kelas 1 SMP untuk pertama kalinya saya bergabung ke pelatnas di Solo. Pertama kali ikut Asean Para Games di Thailand dan dapat perunggu.
Setelah itu, saat pulang ke Indonesia, saya ingin berlatih terus supaya bisa seperti mereka para peraih medali perak dan emas. Pada 2012 saya juga lolos Paralimpiade di London, Inggris. Tapi saat itu saya belum beruntung, dan hanya masuk lima besar dunia.
Baca Juga: Cita-cita Mulia Ni Nengah, Bangun Gym Gratis Khusus Disabilitas
Tapi ambisi saya tak berhenti, saya janji jika saya lolos Paralimpiade 2016 Rio, Brazil. Saya ingin bekerja keras dan dapat salah satu medali.