Suara.com - Nama Lalu Muhammad Zohri segera melambung begitu dia sukses meraih medali emas dalam nomor lari 100 meter di ajang IAAF World U20 Championships (Kejuaraan Dunia Atletik U-20) 2018, pertengahan Juli lalu. Media-media memberitakannya, berbagai pihak menyampaikan bukan saja sanjungan tetapi juga hadiah dan bonus.
Zohri bahkan kemudian dapat kesempatan berjumpa secara khusus dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor --di mana ia sempat berkendara berdua dengan Kepala Negara. Lantas, bagaimana perasaannya saat ini, dan apa rencananya ke depan? Bagaimana pula Zohri mengenang masa-masa awalnya berlatih atletik?
Berikut petikan wawancara Suara.com dengan Lalu Muhammad Zohri beberapa waktu lalu:
Bagaimana kisahnya bisa merintis menjadi atlet lari?
Baca Juga: Edy Rahmayadi : Hadiah Kemerdekaan RI dari Timnas Indonesia U-16
Itu terjadi pada 2015 ya, saat saya duduk di kelas 3 di SMP 1 Pamenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dari sana saya mulai disuruh berlatih oleh guru olahraga sekolah saya, Bu Rosida namanya.
Pertama kali disuruh kejuaraan itu kejuaraan antar-sekolah. Jam istirahat atau saat pelajaran olahraga, setiap hari saya disuruh latihan.
Saat itu saya berlatih, berlatih, dan berlatih terus. Karena Bu Rosida itu menceritakan kepada saya mengenai senior saya, tentang Sudirman Hadi yang sering ada di pemberitaan, koran, televisi, sering bertanding ke mana-mana.
Dari sana saya mulai berlatih, satu bulan mau pertandingan Kejuaraan Daerah di Mataram.
Dari situ saya berpikir dan didukung sama Bu Rosida. Dia bilang, "Sebenarnya kamu itu bisa. Dari postur tubuh kamu, dari cara kamu berjalan, dan gerak-gerik, kamu itu punya potensi untuk bisa menjadi atlet lari."
Baca Juga: Juarai Piala AFF U-16, Fakhri : Terima Kasih Masyarakat Indonesia
Sampai akhirnya seorang Lalu Muhammad Zohri bisa masuk ke Pelatihan Nasional (Pelatnas) PB PASI?
Saya kan mengikuti Kejuaraan Daerah di GOR Mataram. Di sana saya turun di nomor pertandingan 100 dan 200 meter putra. Dari sana saya mendapatkan medali emas di kedua nomor itu.
Akhirnya, usai menjalani ujian nasional di sekolah di SMP 1 Pamenang, Lombok Utara, saya langsung dipanggil PPLB NTB pada 2016.
Dari sana saya berlatih lebih giat, lebih ada peningkatan. Lalu setelah itu, saya diturunkan untuk mengikuti berbagai lomba. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) antar-PPLP 2016, nomor 100 meter juara 3, nomor 400 meter juara dua. Kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) Jawa Tengah 2017, medali perak. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 2017, tujuh medali emas.
Setelah saya banyak mendapat juara di kejuaraan-kejuaraan itu, akhirnya saya dipanggil ke sini, ke Pelatnas PB PASI.
Awalnya kamu kan suka sepak bola. Bu Rosida mengatakan butuh 2,5 tahun untuk meyakinkan kamu terjun menjadi atlet atletik. Bagaimana ceritanya?
Waktu kelas 1 dan 2 SMP, saya memang sudah disuruh untuk berlatih atletik. Namun saat itu saya lebih mementingkan sepak bola.
Lalu Bu Rosida bilang kepada saya, "Kalau karier kamu di sepak bola bisa menembus Mataram, saya pertaruhkan telinga saya." Waktu itu dia bilang seperti itu.
Dan memang benar kata-kata Bu Rosida. Di turnamen antarkampung saja, saya tak pernah lolos, tak pernah menjadi juara.
Akhirnya terpikir, memang jalan saya mungkin di atletik. Dari bakat juga kan saya dibilang memang memiliki.
Kamu memandang Bu Rosida seperti apa?
Bu Rosida adalah sosok yang luar biasa. Dia adalah orang yang punya kemauan yang sangat kuat. Dia tidak pernah mau menyerah untuk men-support seseorang.
Di laman berikutnya, Lalu Muhammad Zohri bicara soal motivasi, juga target dan rencananya ke depan, termasuk soal Olimpiade 2020...
Sebagai yatim piatu, bagaimana seorang Lalu Muhammad Zohri bisa terus bersemangat untuk menjadi yang terbaik di olahraga atletik, khususnya lari?
Saya sebelum latihan, saya punya target sebenarnya. Saya berpikir harus punya tujuan. Percuma jika latihan terus-menerus dan tidak mendapatkan hasil. Hanya rasa capek saja yang didapat.
Itu yang membuat saya semangat latihan. Kita harus menanam target dan tujuan.
Dari awal ke PB PASI, langsung lari 100 meter atau dicoba ke nomor lain?
Tidak. Saya sejak bergabung di PPLP NTB itu sudah mengikuti spesialis di lari 100 meter.
Terkait keikutsertaan di estafet 4x100 meter putra, saya juga tidak terhitung baru. Karena dulu di PPLP juga pernah ikut di estafet.
Sehabis juara di Finlandia kamu dapat banyak hadiah. Tanggapannya?
Saya tak memikirkan semua itu sekarang, mungkin untuk nanti saja. Untuk menjadi PNS atau TNI, saya belum memikirkan lebih jauh. Memang ada banyak tawaran, tapi saya belum mau ambil. Saya masih berpikir-pikir dahulu.
Terganggu tidak dengan banyaknya pemberitaan di media massa tentang kamu, dan dipanggil ke mana-mana?
Sebenarnya tidak juga sih. Namun ada juga saat saya sedang istirahat, waktu latihan, dipanggil dan diwawancarai, itu kadang-kadang memang mengganggu. Tapi sebenarnya tidak masalah juga sih.
Setelah juara, nama kamu melambung. Apa nasihat yang diberikan oleh kakak kamu?
Pastinya ada. Kakak saya bilang, saya tak boleh menjadi sombong. Kakak bilang saya harus tetap menjadi Zohri yang dulu, yang biasa-biasa saja.
Saya kalau pulang ke kampung halaman juga biasa-biasa saja, tidak seperti atlet. Saya bermain seperti biasa saja dengan teman-teman. Saya memang gaul kalau di kampung, tapi ya, biasa-biasa saja.
Sebelum ke Finlandia, kamu mengikuti training camp lebih dulu di Amerika Serikat bersama pelatih Harry Marra. Apakah itu sangat berpengaruh pada penampilan kamu?
Berpengaruh. Dari sana saya dapat ilmu yang banyak. Pelatih memperbaiki hal-hal yang masih salah dari saya, seperti keluar dari start block, ayunan tangan yang salah. Pokoknya banyak yang saya pelajari dari sana (Amerika Serikat).
Setiap latihan kamu harus pasang target. Untuk kali ini di Asian Games, apa target pribadi seorang Lalu Muhammad Zohri?
Ya, targetnya sih, semoga saya bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Itu saja sih. Karena saya melihat juga musuh-musuh yang akan turun larinya ini gila-gila ya, hehehe.
Grogi main di Asian Games pertama kamu?
Saya takut sih tidak, ya. Mungkin saya sudah belajar banyak hal di Pelatnas. Saya diajarkan yang namanya unifikasi, agar bisa tetap fokus, tidak tegang saat di lapangan. Jadi, tak ada (grogi). Saya siap tampil nanti.
Tanggapan terkait lawan-lawan di Asian Games untuk lari 100 meter putra, bagaimana? Catatan waktu pelari negara lain bahkan ada yang di bawah 10 detik?
Kan saya tidak ditargetkan di nomor lari 100 meter. Jadi mungkin saya hanya bisa menargetkan untuk memperbaiki catatan waktu saya saja, atau memperbaiki teknik. Hanya itu saja sih.
Melihat lawan seperti itu, saya sih biasa-biasa saja, tak ada beban. Doakan saja saya bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Target kamu setelah berhasil menjadi juara di Kejuaraan Dunia Atletik U-20, dan sekarang ikut Asian Games 2018?
Saya masih ingin terus meningkatkan kemampuan saya. Perjalanan karier saya masih panjang. Semoga saya bisa mengikuti Olimpiade 2020 di Tokyo.
Ada ritual khusus sebelum bertanding?
Saya baca doa saja sih, kalau sebelum bertanding.
Kalau ada klub sepak bola yang merekrut, apakah kamu tertarik bergabung?
Cukuplah untuk saat ini. Itu hanya cita-cita saya dahulu saja. Untuk sekarang, saya ingin berdiam di dunia atletik saja. Hehehe.
Apa hobi kamu selain menjadi pelari?
Dulu saya hobinya ya, sepak bola. Selain itu, hobi saya olahraga saja. Saya juga suka mendengar orang mengaji.
Dulu kan kamu mengidolai Sudirman Hadi, sekarang Lalu Muhammad Zohri malah jadi idola bagi banyak anak-anak lain. Apa pesan kamu untuk mereka, khususnya untuk kampung kamu sendiri di NTB?
Ya, semoga kalian di sana jangan cepat menyerah. Latihanlah yang giat, semangat. Jika kalian mau berlatih dengan semangat dan punya target yang besar, ya, semoga kalian bisa berprestasi, dan bisa lebih dari apa yang saya capai saat ini.