Harapan saya kepada pemerintah Indonesia agar kurikulum dirombak, supaya sama dengan negeri lain. Selain itu, perlu ada pelajaran wajib karya sastra besar yang dibaca oleh murid SMP dan SMA tanpa ada sensor.
Kenapa demikian? Menurut saya karena mempelajari sastra satu bangsa mengetahui perjalanan suatu bangsa itu. Dengan membaca novel, cerpen, sajak, maka mereka akan mengetahui bagaimana proses bangsanya terbentuk.
Saya di Australia, sejak kelas SMP sudah membaca novel, lalu membuat resensi. Amerika, Singapura, Malaysia sama. Hanya Indonesia yang tak ingin membaca sastra.
Penguasa tak ingin rakyatnya membaca sastra. Mengapa penguasa tak ingin melihat rakyatnya membaca karya Pram dan sastra pada umumnya? Ini pertanyaan besar yang perlu dijawab.
Baca Juga: Jadi Bintang Utama Serial TV Amerika, Iko Uwais Ukir Sejarah
Di luar negeri, pengarang besar harus dibaca siswa di tingkat SMP, SMA. Banyak yang memberikan buku Pram untuk dibaca.
Kalau Anda mengunjungi laman Amazon.com, akan menemukan buku-buku terbitan untuk guru, supaya mereka bisa mengajarkan “Bumi Manusia” kepada murid setara SMP dan SMA.
Di Australia, Amerika Serikat, sampai Filipina, buku-buku Pramoedya diajarkan ke siswa sekolah. Hanya satu negara besar yang tak mengajarkan karya Pram ke generasi muda terpelajarnya: Indonesia.