Jatmiko : Mengungkap Misteri The Hobbit Indonesia di Goa Liang

Kamis, 28 Juni 2018 | 10:41 WIB
Jatmiko : Mengungkap Misteri The Hobbit Indonesia di Goa Liang
Arkeolog Indonesia, Jatmiko. (Dok Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ilmuwan asal Indonesia, Jatmiko masuk dalam daftar ilmuan paling berpengaruh dalam The World's Most Influential Scientific Minds 2014. Bekerja di tempat sepi dan gelap, tidak membuat arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) itu tak terlihat.

Dunia mengakui penemuan besar Jatmiko di Goa Liang Bua, salah satu dari banyak gua karst di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur di Indonesia. Di sana dia menemukan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis.

Penggalian Homo Floresiensis dimulai tahun 2001 silam, tapi sampai kini masih banyak misteri yang belum terpecahkan.

Saat itu, Homo Floresiensis yang digali di kedalaman 5,95 meter tersebut berjenis kelamin wanita. Usia hobbit itu semasa hidup sekira 25 tahun dengan volume otak 380 cc, tinggi badan 106 cm. Dia hidup 100.000 - 50.000 tahun lalu dari batu dan belum mengenal logam.

Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)
Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)

Suara.com berbincang dengan Jatmiko, pekan lalu. Dia banyak mengungkap hasil penelitiannya.

Berikut wawancara lengkapnya:


Sejak kapan Anda menekuni arkeologi?

Saya sudah lama sudah 25 tahun saya menjadi peneliti. Mulai PNS dan langsung peneliti sejak tahun 1989 kini saatnya sudah pensiun karena umurnya sudah 61

Saya itu sudah malang melintang, dari Aceh, Medan sampai Jawa. Situs-situs tua yang bekaitan dengan prasejarah saya sudah menjelajahi bahkan Ambon, Maluku, Irian. Untuk saat ini saya fokus di NTT karena banyak potensi yang belum terekspose ke luar.

Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)
Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)

Bisa ceritakan, apa saja yang Anda dilakukan saat ini?

Saya sedang melakukan penelitian di Gua Liang di flores. Sekarang ini instansi kami bekerjasama dengan University of Canada, penelitian ini dimulai 28 maret 2018 sampai dengan 10 Juni 2018.

Saya sudah dua bulan berada di Flores. Saya memulai penelitian ini sejak tahun 2001 hingga saat ini.

Di mana tepatnya lokasi penelitian Anda?

Desa Liang Aua, Kecamatannya Raung Utara, Kabupatennya Manggarai. Letaknya barat laut dari ibu kota Maggarai, Kota Ruteng. Sekamir 14 Km.

Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)
Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)

Anda masuk sebagai ilmuan berpengaruh di Dunia, bisa ceritakan awal mula penemuannya dari mana?

Memang kami mendapat pengakuan itu. Kami sering mempublikasi temuan ini di jurnal Internasional. Sudah banyak kami melakukan kajian ilmiah. Adapun untuk riwayat menemukan fosil manusia Mobbit atau Homo Florensiensis itu sejak 2003, lalu kami publikasi dalam majalah jurnal internasional Nature di Amerika.

Namun pada tahun 2004 temuan itu menjadi kontradisksi ilmuan di dunia. Penemuan kami dianggap sudah biasa, berbagai tulisan saling menyanggah. Akan tetapi banyak tulisan yang kemudian mendukung kami.

Persoalan kontradiksi para ilmuan itu ada dua pandangan: ada yang mengatakan temuan kami itu manusia fosil modern, sisi lain ada yang menyatakan temuan kami itu fosil manusia yang sangat unik, kombinasi homo erectus dan manusia modern. Memang sampai saat ini perdebatan para ilmuan masih hangat didiskusikan. Dalam kajian ilmiah hal tersebut memang sangat lumrah terjadi.

Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)
Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)

Apa yang menjadi unik temuan itu?

Kami bicara Fosil Hobbit atau kami menyebutnya Homo Floresiensis, sebelum saya jelaskan lebih dalam, saya mau gambarkan dulu lokasi penelitian yang kami lakukan. Lokasi penelitian ini mempunyai fase hunian yang panjang, tertua dihuni oleh homo Floresiensis itu berada paling bawah periode kehidupannya mencapai 100.000 - 50.000 tahun yang lalu.

Kemudian untuk lapisan atasnya dibatasi oleh lapisan gunung api di Liang Gua ada hunian fase Holosen sampai paleometalik.

Saat dihuni hobbit mulai dari 100.000 tahun sampai awal abad masehi ada hunian di liang gua. Tahun ini kami lagi mencari batas manusia modern dengan homo Floresiensis.

Ada manusia tertua tapi indikasinya masih sedikit.

Kami lagi menelusuri manusia tertua di liang guayang kami prediksi umurnya lebih dari 40.000 tahun hal ini yang menjadi prioritas utama penelitian kami dua tahun ini.

Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)
Goa Liang Bua, lokasi penemuan manusia hobbit yang selanjutnya diberinama Homo Floresiensis. (Dok Pribadi)

Maksudnya diduga ada manusia tertua...

Iya, ini masih kami cari. Kendala kami itu pada data masih minim, kami lagi mengejar itu untuk mencari tahu kaitannya dengan manusia modern tertua yang ada di Liang Goa.

Anda bilang banyak penghuni di Liang Goa. Tapi bagaimana menentukan itu Hobbit atau bukan saat penemuan awal?

Kami punya metode dalam arkeologi yang itu juga melibatkan beberapa ahli yang tidak hanya arkeologi, ada ahli biologi, bioteknologi dan berbagai macam. Kami ambil sempelnya seperti tulang, karbon, arang. Setelah itu kami lakukan cating. Maka dari itu prosesnya tidak bisa dilakukan oleh arkeolog saja. Untuk menentukan umurnya pun harus butuh bidang ilmu lainnya.

Untuk menentukan manusia hobbit, kami melakukan kerjasama dengan Canada dan Amerika. Masing-masing punya ahlinya.

Pada konteks binantang pun beda-beda. Kemaren kami temukan Stegedon-gajah purba ada juga gajah kerdil seukuran kerbau, kemudian ada Giant maramotom yang hanya hidup di Afrika.

Semua itu kami temukan di Liang Goa. Bahkan ada juga kami temukan fosil komodo dragon.

Lalu seperti apa ciri-ciri manusia hobbit itu?

Waktu penggalian ada 7 individu, yang utuh itu mulai dari kepala, tangan dan kaki berjenis kelamin perempuan umurnya dipredisksi 25 tahun, tinggi badannya 106 cm volume otakknya 380 cc. Bisa dikatakan otaknya sangat mugil, di bawah otak simpanse.

Keunik lainnya itu, dalam anatomi fisiknya mirip-mirip manusia purba homo erectus ada kaitannya dengan luci yang ditemukan di Afrika di Etupia yakni manusia tertua umurnya sekamir 3,5 juta tahun lalu. Hal itu ada kemiripannya satu fisik dengan homo Florensiensis.

Anatomi lainnya pergelangan tangan masih menyerupai kera yang mereka pakai untuk memburu dan meramu. Ada ahli antropolog dari canada sedang meneliti kearah situ.

Memang unik sekali Homo Florensiensis ini, walaupun bentuknya kecil mungil tapi dia proposional, dia diibartkan dengan manusia hobbit dalam film lord of dring.

Aktornya masih mungil-mungil pendek bentuknya proposional jadi tidak cacat dan cerdik, demikan pula dengan homo florensiasiensis. Kecerdikannya bisa dilihat dari cara dia yang sudah dapat membuat perlatan dari batu walapun belum mengenal logam.

Selain itu kehidupannya berburu, dia hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Ketika melakukan pemburuan di luar hasilnya itu dibawa ke goa. Kami banyak sekali menemukan ada 20.000 artefak yang berbahan batuan pecah-pecah. Kami mengetahui ternyata bahan bakunya diambil dari sungai yang lokasinya sekamir 200 meter dari Liang Goa.

Mereka ini sangat cerdik karena bisa memilih batu pengganti pisau, dibuat peralatan untuk mendukung kehidupan mereka. Alatnya itu punya sisi yang tajam bahkan sangat tajam kalau batu adesit itu ambyar kalau gamping nggak bisa.

Padahal tempat mereka tinggal itu goa gampig, nah dari mana mereka dapat itu? Mereka dapat di luar dari sungai kemudian dibawa ke goa mereka sudah pintar.

Sependek apa manusia hobbit ini?

Tinggi badannya 106 cm. Kami tahu di situ ada bintang raksasa tingginya 2 meter saat menggalinya. Diruntut pada ukuran fase yang ada di di Liang Goa, untuk lapisan atas ada fosil manusia modern, kami menemukan ada sekamir 14 ada rangka individu manusia komplet, ada logam, ada manik-manik, ada kepingan.

Dalam konteks hobbit, ada hubungannya dengan manusia kerdil flores tengah yang masih hidup sampai saat ini?

Homo Florensiensis yang hidup 50.000 tahun yang lalu sudah punah karena ada bencana letupan gunung api, kami punya bukti dalam penggalian itu ada lapisan abu vulkanik yang sangat tebal hampir 1 meter. Peristiwa ini ternyata memusnahkan kehidupan Homo Florensiensis beserta lingkungan mereka seperi Stegodon, Komodo dragon, tikus, Gaiant Maraboto itu semua sudah punah.

Lalu Setelah fase berikutnya, mulai kehidupan baru di liang gua, nah itu sudah masa Holosen ini beda lagi sebab manusianya sudah masuk fase modern seperti kami-kami ini. Jadi kalau ada yang menghubungkan dengan manusia kerdil di Flores dan di manapun itu tidak benar, karena tak ada rujukan ilmiahnya.

Saat ini, apa yang bisa diupdate dari penelitian itu?

Sampai hari ini datanya masih relative sama dengan tahun sebelumnya. Kami lagi menelusuri manusia modern tertua antara Homo Florensiensis dengan manusia modern seperti kami.

Indikasinya ada manusia tertua lagi, nah itu tadi datanya sangat minim, itu yang sedang kami lacak, belum banyak data yang mendukung, ini belum signifikan data yang kami temukan.

Di Indonesia, bidang arkelogi dan penemuannya kurang gaung. Apakah ada yang kurang dalam perhatian negara?

Pemerintah itu kurang dalam dukungan finansial maupun dari apresiasi dari peneliti kami. Malah kami itu mendapat apresiasi dari luar.

Kemarin teman kami, mendapat penghargaan dari China World Scientis. Bisa dikatakan pihak luar yang memberikan penghargaan kepada kami, saya sendiri dapat penghagaan dari Australia dari Wulonggo University.

Dari penghargaan itu kami diangkat menjadi peneliti di sana, kalau hendak melakukan apapun di universitas itu kami punya hak. Kami dianggap sudah menjadi bagian dari peneliti di sana.

Tak hanya itu motivasi serta dukungan terhadap peneliti itu kurang ada kepedulian dari pemerintah Indonesia.

Mulai ini saja baru heboh, dari empat orang itu yakni pak Thomas, Wahyu mendapat World Scientis. Dari hal itu pemerintah baru heboh semua berkoar ini peneliti masih junior.

Berapa anggaran yang diperlukan untuk membiayai penelitian seperti the hobbit?

Di Liang Goa ini, sebetulnya dengan waktu 2 bulan dengan anggaran kisaran Rp 500 juta. Katakanlah itu bisa mencapai dua bulan lebih. Hal itu sudah masuk hitungan merekrut peneliti luar, mahasiswa kan kami bergantian mengajak perguruan tinggi.

Namun kalau dari pemerintah paling diberikan Rp 200 juta - Rp 300 juta dan itu hanya dua maksimal minggu. Sangat kecil sekali, hasilnya itu sangat kurang, dalam perjalan saja bisa habis.

Kalau saya lihat kebanyakan juga anggaran habisnya untuk administrasi saja untuk sainsnya sangat kurang. Karena finansialnya kurang, kami merekrut SDM yang bagus kan kesulitan kalau seperti itu belum lagi untuk kebutuhan analisis laboratorium, kan kami membutuhkan alat.

Apakah manfaat langsung penelitian Arkeologi bagi masyarakat?

Kalau dalam sisi edukasi untuk pembelajaran ilmu ini untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luar akan apa yang kami temukan sehingga publik jadi lebih tahu, “Oh ternyata ini dulu peninggalan nenek moyang kami,” jadi ini menyangkut kebanggan bangsa kami juga.

Seperti Liang Goa ini, awalnya banyak yang tidak mengenal sejak kami ekspos kini menjadi terkenal. Setiap hari kami melayani turis. Padahal sejak tahun 89 saya di Liang Aoa gak ada yang ke sana. Namun sejak 2004 penemuan kami dipublikasi intenational ini bisa menjadi aset luar biasa.

Kembali ke manusia Hobbit, pernah ada peristiwa geger seoarang anak kecil lari begitu cepat di Sumatera yang terakam oleh komunitas motor croos, apakah hal itu ada hubungan Hobbit?

Nggak ada sama sekali, pembuktiannya sampai sekarang nggak ada, faktanya memang nggak pernah tertangkap.

Mereka sudah punah sekamir 50.000 tahun lalu, ini ada buktinya. Kami menemukan abu vukanik yang sangat tebal. Mereka punah digantikan oleh manusia modern lebih muda. Nah kami tidak hanya melihat dari sisi arkelogi, tapi beberapa ilmu. Kami melakukan pencarian bersama sampai menemukan kesimpulan.

Dari banyak daerah lokasi penelitian yang Anda jajaki, daerah mana yang paling menarik untuk Anda?

Bagi saya paling menarik ini ya Liang Gua ini, secara nyata saya dihargai, bukannya saya ingin dihargai, tapi dari luar banyak yang mendukung saya, bahkan dari Liang Goa saya ditawari menjadi peneliti di Australia tak hanya itu kami banyak ditawari untuk studi lagi.

Demi Liang Goa, saya pernah mengalami tiga kali puasa tiga kali lebaran tidak pulang sampai keluarga marah. Makanya untuk tahun ini saya memohon agar saya bisa pulang saat hari raya.

Kalau seirus mengali Liang Goa mungkin akan banyak temuan baru yang mendunia, kami baru mengali 40 persenya untuk 60 persennya belum di gali. Kalau kami gali semua saya yakin banyak individu yang ditemukan.

Kami inginya ada dua tingga seperti hobbit ditemukan lagi. Kalau selama ini kan cuma satu yang bisa ditemukan, yang lain hanya gigi, tulang jarinya gak lengkap itu. Kami berharap 60 persen hasilnya nanti bisa lengkap. (Somad)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI