Tapi setelah era Bung Karno, terutama pada rezim Soeharto, pendidikan justru dikomersialisasikan. Alhasil, iklim intelektualnya berubah. Tak ada yang berani berpolemik, mengkritik.
Kalau polemik itu kan, dalam suasana intelektual, harus dijawab dengan polemik juga. Tapi ketika era Orde Baru tidak, malah dibalas dengan represi. Misalnya, kantor Pramoedya Ananta Toer pernah digranat. Intelektualitas dibalas kekerasan.
Anda dan banyak mahasiswa lain era Bung Karno disekolahkan ke luar negeri, apa gratis? Apa tujuannya?
Baca Juga: Italia Tahan Imbang Belanda 1-1
Gratis, tidak ada beban ketika itu. Banyak negeri-negeri sahabat dan sehaluan ketika era Bung Karno menawarkan kepada rakyat Indonesia untuk bersekolah di negerinya secara gratis.
Misalnya, pernah pemimpin Komunis Uni Soviet ke Indonesia, berpidato di Universitas Gadjah Mada, berjanji membangun universitas persahabatan rakyat seluruh dunia, namanya lupa, tapi singkatannya AAA.
Dulu, setiap mahasiswa yang belajar di luar negeri, diharuskan pulang ke Tanah Air, berbakti kepada negara dan rakyat.
Tapi, ketika Bung Karno turun, banyak dari mahasiswa Indonesia di luar negeri tak mau pulang. Kenapa? Karena tak mau menuruti kemauan penguasa.
Apa ada ‘pembersihan’ mahasiswa-mahasiswa lulusan luar negeri era Bung Karno?
Baca Juga: Negara Ini Sulap Air Limbah Daur Ulang Jadi Bir, Minat?
Iya, ada itu “pembersihan” mahasiswa yang disuruh belajar Bung Karno ke luar negeri. Atau secara umum pembersihan terhadap kaum intelektual kritis.