Lalu, bagaimana Anda bisa bahasa Ibrani? Kursus atau kuliah bahasa?
Saya otodidak.
Saya sedikit kembangkan belajar bahasa Ibrani dari orang-orang israel yang ada di pusat kebudayaan di Mesir. Saya tekuni dengan kursus 6 bulan.
Selama ini saya berdiri sendiri, belum ada yang bisa. Tapi sudah kelihatan ada beberapa murid yang bisa saya andalkan.
Ada 2 murid yang bisa jadi asisten saya di masa depan.
Bagaimana latar belakang murid Anda? Apakah ada yang keturunan Yahudi?
Saya mempunyai murid beragama Islam 7 orang, dari 90 jumlah murid. Sisanya kristen. Ada yang Yahudi satu orang.
Dia orang Indonesia yang selalu takut menyebut identitasnya.
Mengapa mereka ingin belajar bahasa Ibrani?
Ada yang berlatar belakang berbisnis yang sering ke Israel. Ada yang berkepentingan ingin membaca teks Alkitab dalam bahasa aslinya yang kebanyakan berlatar belakang agamawan.
Anda membuka, semacam kursus pendidikan bahasa. Apakah membutuhkan fasilitas tertentu, semisal izin?
Dalam hal ini, kursus ini tak ada fasilitas.
Saya berterimakasih pada International Commission on Radiological Protection (ICRP), terutama Ibu Siti Musdah Mulia (direktur ICRP) yang menyiapkan tempat. Dipinjamkan agar saya bisa mengembangkan bahasa Ibrani di Indonesia.
Baru bulan ini saya secara resmi membuka, mengumumkan kepada publik umum. Sebelumnya saya bergerilya, saya harus mengajar satu per satu dengan pelan-pelan.
Menariknya dari gerilya, saya menemukan beberapa orang yang sudah menunggu puluhan tahun untuk belajar bahasa Ibrani. Ada yang menyatakan sudah 10 tahun menunggu guru bahasa Ibrani yang bisa mengajarkan.
Bahkan ada yang sudah pernah minta saya mengajarkan di salah satu Pesantren di Jawa Barat.
Apakah kursus Anda berizin?
Kami menggunakan ijin ICRP, jadi nggak khawatir dengan ancaman.
Berapa biaya untuk membayar Anda agar bisa mengajarkan bahasa Ibrani?
Tidak ada persyaratan khusus. Persyaratan hanya ingin belajar.
Biaya sebenarnya sangat akomodatif dan sangat terjangkau. Kursus ini tidak seperti khusus komersial lain.
Kami ingin memberikan pendidikan bahasa.
Bagi publik Indonesia, bahkan dunia, Israel dianggap sepert musuh. Dalam pandangan muslim secara umum, bahkan dimusuhi. Apalagi publik Indonesia. Apakah Anda pernah mendapatkan ancaman karena mengajarkan bahasa Israel?
Ancaman serius, belum ada. Tapi ancaman itu dalam bentuk canda dan olokan.
Ancaman fisik belum ada. Kalau ada yang mengkritik, saya ajak dialog. Barangkali mereka belum melihat dan mengerti yang sebenarnya saya ajarkan. Saya sampaikan itu.
Anda perlu diingat, bahwa saya bukan sekadar mengajar bahasa Ibrani, saya juga pengajar bahasa Arab dan Inggris.
Dan ada yang perlu ditekankan bahwa saya anak pesantren tulen, saya adalah santri. Norma-norma seorang santri tulen biasanya sukar untuk mengubah tradisi yang sudah pernah dianut dan dipelajari.
Saya sejak kecil sudah di pesantren. Pendidikan dasar sudah tertanam di jiwa saya.
Selain di sini, Anda mengajar di tempat lain?
Saya mengajar di beberapa tempat pada kelompok-kelompok tertentu. Saya tidak mengajar di kampus karena lebih suka independen, lebih fleksibel mengatur waktu. Karena saya juga banyak menulis buku.
Salah satunya ‘Belajar Sendiri Membaca Bahasa Ibrani’.
Menurut Anda, apa untungnya orang Indonesia belajar bahasa Ibrani?
Bahasa Ibrani sangat penting hadir di Indonesia, setidaknya dia menjadi satu perbandingan, tandingan bahasa Arab di Indonesia sehingga kita mampu membaca 2 literatur dari Arab dan Israel. Sehingga terjadi perbandingan untuk mendapat hasil yang seobjektif mungkin.
Sebab kalau melihat sudut pandang Timur Tengah dengan satu tools dari Arab saja, akan rancu melihat persoalan. Bagaimana melihat Israel dan Arab selama ini berkonflik? Bukan cuma itu, di sana banyak budaya tinggi yang bisa kita gali dan pelajari.
Apakah pekerjaan Anda hanya guru les bahasa?
Saya bekerja sebagai country menajer salah satu penerbangan di Indonesia. Saya juga melakukan riset-riset kecil. Sebelum di Kaeral, saya pernah di Amerika. Sekarang masih tetap sebagai country manajer perwakilan salah satu perusahaan penerbangan milik swasta berbendera Thailand untuk Indonesia, Jet Asia.
Bagaimana tempat Anda bekerja melihat profesi Anda ini?
Dari perusahaan tahu soal itu dan tidak mempersoalkan. Sahamnya 50 persen milik orang Palestina-Amerika.
Apakah Anda interaksi intens dengan kelompok Yahudi di Indonesia?
Cuma beberapa orang saja tentang bahasa Ibrani. Ada yang bisa, kebanyakan tidak bisa. Mereka mungkin lebih khawatir atau belum percaya dengan apa yang saya bawa di Indonesia.
Karena memang awalnya saya tidak dipercaya, “kok ada anak santri bisa melakukan hal seperti ini.”
Jadi, sampai detik ini masih ada resisten baik dari kelompok Yahudi, Kristen, maupun Islam. Semua tidak mempercaya bahwa apa yang saya bawa, saya bisa melakukannya.
Biografi Singkat Sapri Sale
Sapri lahir di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dibesarkan di Malang, Jawa Timur, untuk belajar tradisi Islam di pesantren. Dia pernah belajar di Pondok Pesantren Darrut Tauhid, Malang. Namun, pada awal era 1990-an, ia kali pertama mulai tertarik mempelajari Ibrani dan kebudayaan Israel. Ketika itu, Sapri masih berstatus mahasiswa Sastra Arab di universitas prestisius Mesir, yakni Al Azhar University.
Setelah lulus Al Azhar, Sapi bekerja sebagai pegawai di Jet Asia Airways, tapi gairahnya untuk menekuni Ibrani dan Israel tetap ada. Sekarang Sapri menjadi salah satu petinggi di maskapai asal Thailand itu.