Suara.com - Seorang perempuan asal Bandung berusia 24 tahun dengan berat badan 47 kg dan tinggi badan 147 cm mampu mengangkat beban seberat 200 kg. Dia adalah Sri Wahyuni, atlet angkat besi nasional kelas internasioal.
Di tengah sepinya kabar olahraga angkat besi Indonesia, Yuni, sapaan akrab mojang Bandung itu mencuri perhatian publik. Dia meraih medali perak di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan mencatatkan angkatan total 192 kg di nomor putri 48 kg.
Tapi, bukan hanya kemarin. Sejak usia 13 tahun menggeluti angkat besi, Yuni sudah berulang kali dapat medali emas di pertandingan lokal dan nasional.
Kini, Yuni menjadi andalan Indonesia untuk memenangkan cabang angkat besi di Asian Games 2018. Emas, target Yuni di sana.
Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, saat tampil di kelas -48 kg putri Olimpiade 2016 di Riocentro Pavilion, Rio de Janeiro, Brasil, (6/8) [AFP/Go Chai Hin]
Pekan lalu, suara.com menemui Yuni di tempat latihannya bersama atlet angkat besi nasional lainnya di Markas Komando Pasukan Marinir II di Jakarta Pusat. Di sana Persatuan Angkat Berat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) meminjam tempat latihan angkat besi tentara untuk berlatih menyiapkan diri di Asian Games 2018 tahun ini.
Yuni banyak bercerita awal mula menekuni angkat besi, sampai waktu dia akan pensiun. Yuni juga punya kisah unik di balik medali yang dia dapatkan.
Berikut cerita lengkapnya:
Bagaimana cerita awal Anda menggeluti angkat besi?
Awalnya dari adik dulu yang menggeluti angkat besi di Kabupaten Bandung. Saya selalu ikut kalau dia latihan, sampai akhirnya Saya pun ikut angkat besi.
Sejak kapan Anda mulai latihan angkat besi?
Sejak usia 13 tahun. Saat itu mengangkat beban 7,5 kg. Sampai sekarang rekor saya bisa angkat 200 kg.
Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Sejak usia 13 tahun Anda ikut angkat besi. Bagaimana tanggapan lingkungan sekolah dan teman sekitar?
Awalnya mereka merasa saya aneh ikut olahraga angkat besi. Ngapain juga ikut angkat besi? Kan perempuan. Tapi Saya bilang, ya sudah lah biar saja, nanti juga kalau Saya juara mereka pada diam.
Bagaimana sosok Sri di rumah? Apakah memang Sri sosok yang tomboy?
Nggak. Saya perempuan biasa kayak yang lain. Nggak ada istilah keturunan genetik yang kuat. Orangtua juga nggak ada yang kuat.
Mengapa mau ikut olahraga angkat besi dan serius jadi atlet?
Saya tertarik saja, karena jarang perempuan jadi atlet angkat besi, biasanya lelaki. Rasanya, perempuan juga bisa menjadi atlet angkat besi, karena sama-sama kuat. Akhirnya pun senang dan keluarga pun mendukung.
Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Apakah ada kendala saat awal-awal ikut angkat besi?
Banyak, susah mengangkat karena belum tahu teknik angkatannya. Tapi kan diajarkan oleh pelatih sampai bisa angkat berat puluhan, bahkan ratusan kilogram.
Apa yang menjadi kesulitan di awal?
Angkat besi kuncinya di teknik angkatan. Sementara awal-awal ikut latihan, Saya nggak pernah angkat besi. Ternyata ketika sudah tahu tekniknya jadi enak dijalankan. Lagi pula ini olahraga yang tidak biasa.
Sebelum ikut angkat besi, angkat air saja susah banget. Sekarang malah enteng dan tidak terasa angkat air di ember beberapa banyaknya air pun.
Soal angkat besi bukan kuat atau tidak, tapi teknik yang dipakai untuk mengangkat besi. Sehingga bisa angkat beban besi melebihi berat badan diri sendiri.
Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Misal saja untuk jenis angkatan clean and Jerk, lutut tidak boleh ditekuk dan tangan harus mampu angkat bebas sampai ke atas dengan lurus. Sebab di angkatan ini secara langsung tanpa adanya jeda dan beban pun harus diangkat dari lantai. Keseimbangan badan sangat diperlukan.
Selain itu ada juga teknik snatch yang mengangkat beban dalam 2 tahap. Kalau digambarkan, tahap pertama angkat beban pertama dengan kondisi jongkok, lalu beban kedua dalam kondisi berdiri. Atlet harus menahan beban dalam beberapa detik dengan posisi tegak berdiri.
Apakah pernah cidera dalam mengangkat beban?
Nggak terlalu banyak terkilir, sejak awal angkat besi hanya rasakan pegal-pegal badan. Kalau merasa pegal, justru nggak boleh berhenti latihan. Harus diteruskan latihannya.
Kalau berhenti latihan justru malah makin sakit pegalnya. Jadi membiasakan otot lentur untuk bisa mengangkat beban. Jika otot tegang, nggak akan bisa angkat beban ratusan kilogram.
Sebab antara tangan, kaki dan pinggang semua dipakai untuk mengangkat.
Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani. (AFP)
Kapan Anda juara pertama kali?
Usia 19 tahun saat ikut Sea Games 2013 di Myanmar. Tapi sebelumnya saya ikut berbagai pertandingan di tingkat kabupaten, provinsi, lalu nasional. Lalu saya ikut PON Samarinda 2008.
Sebagai anak muda yang terus mendapatkan juara, apakah saat itu merasa puas?
Sampai sekarang kalau setelah bertanding, biasa saja. Colling downnya cepat, tidak dibawa stres.
Anda dikenal publik secara luas setelah mendapatkan medali perak di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan mencatatkan angkatan total 192 kg. Bagaimana cerita Anda bisa mendapatkan medali itu? Adakah latihan khusus?
Target medali saat itu, emas. Cuma kemarin, saya memang kurang keras latihannya.
Cuma, kalau di lihat keseluruhan pola latihan Saya sama saja seperti biasa.
Saat itu memang, saya ada proses penurunan berat badan. Sehingga angkatannya tidak stabil. Kalau berat badan Saya 51 kg, mungkin angkatannya bisa lebih dari itu. Saat itu berat badan Saya 47 kg. Sehingga kelasnya diturunkan, seharusnya berat badan Saya minimal 48 kg.
Apakah Anda puas dengan perolehan di Olimpiade?
Setiap hari Saya semangat, nggak pernah kendor. Sekarang saya inginnya lebih dari itu. Karena saya tipe orang yang tidak mudah puas. Bagi saya, juara itu nomor 1, bukan nomor 2.
Pertama kali ikut Sea Games, Saya dapat emas. Itu setelah Sea Games sebelumnya, Indonesia tidak menurunkan atlet angkat besi perempuan, padahal atletnya banyak.
Indonesia belum melihat angkat besi sebagai olagraga utama yang diandalkan seperti sepakbola atau juga bulu tangkis. Bagaimana penilaian Anda?
Saya pun melihat atlet angkat besi jarang terekspose seperti bulu tangkis. Sehingga tidak banyak orang tahu. Selain itu jumlah pertandingan bulu tangkis banyak dalam sebulan.
Sementara dalam satu tahun, hanya ada 3 sampai 4 kali pertandingan angkat besi kelas internasional.
Sementara, angkat besi kan sama saja seperti atlet cabang lain yang menyumbang medali di Sea Games atau Asian Games.
Apakah keadaan seperti itu juga terjadi di seluruh negara di dunia?
Yang seperti itu hanya terjadi di Indonesia.
Kalau di negara lain, angkat besi justru yang utama dilihat. Dua negara itu misalnya Thailand dan Cina. Tapi Cina lebih mengutamakan angkat besi. Atlet angkat besi Cina sangat banyak, sehingga mereka lebih siap dalam mengikuti pertandingan-pertandingan internasional.
Bagiamana dengan keadaan atlet angkat besi Indonesia?
Jumlahnya banyak, tapi dari sisi total angkatan, belum ada yang di atas saya. Sehingga atlet yang diajak untuk bertanding hanya mereka yang mendekati kemampuan angkatan dari saya.
Jumlah atlet yang banyak, tapi tidak banyak atlet angkat besi yang terlibat di kancah internasional. Apa sebabnya?
Dari kemauan diri sendiri si atlet. Sementara penjaringan bibit atlet ke sekolah kan sudah banyak dan sering dilakukan.
Apa yang sulit dari menumbukan minat menjadi atlet angkat besi?
Soal kemauan yang tidak bisa dipaksakan. Meski ada dukungan dari orangtua, jika anaknya nggak mau, nggak akan bisa dia jadi atlet hebat.
Selain itu atlet dan pelatih harus satu tujuan, dan menguatkan.
Hal lain soal sikap setelah juara, ada atlet yang baru juara sudah sombong. Itu tidak bisa diperlakukan di dunia angkat besi. Bahkan atlet di luar negeri, meski sudah dapat emas di Olimpiade, masih bersikap menunduk.
Setelah juara tidak bisa terlalu banyak refleshing, harus ingat waktu. Karena atlet juga digaji oleh negara.
Lalu, bagaimana ritual Anda setelah mendapatkan juara?
Selama jadi atlet, semua harus teratur. Mulai dari istirahat sampai makan harus tepat waktu.
Saya sendiri memang sudah disiplin dalam hidup sehari-hari sebelum jadi atlet angkat besi. Semisal, Saya nggak suka kotor dan sampah yang berserakan.
Olahraga angkat besi dilihat sebagai olahraga orang-orang kuat. Bagaimana sosok Anda sendiri?
Aslinya, saya orang yang pendiam dan feminim. Sukanya pakai rok dan jarang pakai celana. Seringnya pakai rok, begitu juga saat kuliah.
Seperti apa pola latihan Anda?
Setiap hari, pagi dan sore. Sekali latihan, 3 jam.
Bagaimana soal pemilihan menu makanan Anda?
Makanan memang agak lebih, tapi tidak berlebihan. Sarapan pagi sarapan 2 lembar roti atau nasi dan kopi. Lalu makan siang, daging, ayam, sayur dan nasi.
Kalau latihannya berat, porsi daging ditambah, karena keringat banyak keluar. Begitu juga makan malam.
Hanya saja, berat badan harus dijaga agar tidak naik atau turun. Karena ditentukan perkelas.
Anda menyebut rekor angkat besi Anda sampai 200 kg. Bagaimana trik Anda melakukan itu?
Kalau di angkat besi mengutamakan teknik dan keindahan dalam mengangkat. Kalau tekniknya bagus, angkatannya juga bagus. Kami juga mempunyai kuda-kuda, cara menggenggam, dan posisi pinggang dalam mengangkat.
Titik berat harus di kaki dan tangan, jika tidak akan cidera. Makanya pemanasan sangat penting dalam sebuah pertandingan.
Anda pernah mengalami cidera saat bertanding?
Pernah.
Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, saya cidera tapi tidak ada yang tahu. Saya cidera kaki, tangan dan pinggang. Rasanya saat itu sakit sekali, tapi nggak saya rasakan.
Saya lebih melawan rasa sakit, karena ambisi Saya besar nggak mau kalah dengan yang lain.
Apakah setelah itu Anda memeriksakan diri?
Saya nggak mau periksa, makanya pelatih pun aneh dengan sikap saya.
Di Asian Games nanti Anda pun diturunkan dan diandalkan meraih medali. Negara mana yang menjadi saingan terberat Anda?
Saya nggak pernah pikirkan lawan terberat atau juga yang termudah, karena tinggal angkat saja. Sementara yang mengatur strategi adalah pelatih.
Nanti saya ikut kelas 48 kg putri.
Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) mengeluarkan daftar atlet-atlet angkat besi dari beberapa negara yang terbukti menggunakan obat terlarang atau doping. Cina salah satu negara yang kena hukuman yang menyebabkan atletnya tidak boleh bertanding selama 1 tahun, termasuk di Asian Games tahun ini. Apakah Anda merasa saingan Anda berkurang?
Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 kemarin juga saya tidak bersaing dengan Cina.
Tapi saya merasa, jika nggak ada Cina tidak akan seru dan nggak greget. Karena Cina menjadi negara dominan di angkat besi.
Kalau Cina ikut bertanding, justru saya makin senang karena jadi ada lawan.
Artinya target emas nanti optimis...
Insya Allah, doakan saja lah. Saya sih optimis.
Selain menjadi atlet, apakah kegiatan Anda?
Saya masih kuliah S1 di Universitas Bhayangkara jurusan hukum. Saya dapat beasiswa sampai S2 di sana.
Sampai kapan Anda akan menjadi atlet angkat besi?
Di angkat besi, usia tidak dibatasi, asal masih kuat mengangkat. Kalau Saya setelah ikut Olimpiade Tokyo 2020, sudah.
Mengapa mau berhenti setelah itu?
Karena mau ngapain lagi? Olimpiade itu yang tertinggi. Meski Saya masih bisa untuk jadi atlet karena masih mampu. Tapi Saya stop di usia 26 tahun.
Apakah setelah pensiun akan jadi pelatih?
Nggak. Saya mau bekerja. Saya sudah CPNS, tapi belum tahu akan ditempatkan dibagian apa.
Setelah tidak jadi atlet, paling saya merasakan tidurnya jadi enak. (seraya tertawa). Karena sebagai atlet capaian tertinggi adalah mendapatkan emas di Olimpiade.
Mengapa tidak ingin jadi pelatih angkat besi?
Susah dan ribet. Misalnya mendidik 10 anak tapi nggak ada yang nurut, susah juga.
Biografi singkat Sri Wahyuni
Sri Wahyuni Agustiani lahir di Bandung, 13 Agustus 1994. Dia merupakan atlet angkat besi, kelas 48 kg dari Kabupaten Bandung.
Sri termasuk atlet yang banyak mendulang medali. Di antaranya Perak Kejuaraan Asia di Astana Kazakhstan (total angkatan 106 kg), Emas Islamic Solidarity Games (ISG) III Palembang (total angkatan 184 kg), Emas SEA Games Myanmar (total angkatan 188kg), Emas Kejuaraan Dunia Junior Kazan Rusia (total angkatan 187 kg), Emas Kejuaraan Dunia Junior untuk angkatan clean & jerk (total angkatan 106kg), Perak Kejuaraan Dunia Junior untuk angkatan snatch (total angkatan 81 kg), Perunggu Kejuaraan Dunia Angkat Besi Almaty, Kazakhstan untuk angkatan clean & jerk (total angkatan 176kg), dan Perak Asian Games Incheon Korea Selatan (total angkatan 187kg).
Prestasi terbesar Sri saat ini mendapat medali perak angkat besi Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan mencatatkan angkatan total 192 kg (angkatan snatch 82 kg dan clean & jerk 107 kg).