Wilda Yanti: Ratu Sampah, Jadi Miliuner dari Buangan Manusia

Senin, 22 Januari 2018 | 07:00 WIB
Wilda Yanti: Ratu Sampah, Jadi Miliuner dari Buangan Manusia
Wilda Yanti. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Berapa petani yang menjadi parner Anda?

Di satu titik, semisal di Jombang, ada 300 petani. Lahanya sebesar 50 hektar.

Apa tantangan yang Anda hadapi untuk membangun dan mempertahankan perusahaan ini?

Tantangan terbesar saya, saya tidak bisa bicara uang di depan saat berbisnis. Karena perusahaan ini juga berperan untuk membantu masyarakat dan kawasan. Sehingga dalam setiap project pengelolaan sampah di sebuah kawasan bisnis, tidak bisa selalu bicara uang.

Selain itu belum berjalannya regulasi undang-undang persampahan di Indonesia. Kalau itu jalan, gerakan ini akan masif.

Apakah Anda pernah merugi?

Tahun pertama saya merugi.

Sebab di awal membangun perusahaan ini, saya merasa pemerintah bisa membantu program ini. Saya wara wiri menawarkan program ini ke pemerintahan, tapi nggak ada yang jalan.

Akhirnya saya lebih baik menawarkan pengelolaan sampah ini ke hotel-hotel dan mall. Sebab kami mendapatkan keuntungan ganda. Mengelola sampah mereka untuk diambil hasilnya, selain itu mendapatkan pembayaran jasa.

Pernah juga satu kali mengelola kawasan komersil, tapi tidak dibayar. Karena dengan mengolah sampah mereka saja, kami sudah untung dari hasil penjualan pengelolaan sampah itu.

Jakarta menghasilkan 7.000 ton sampah setiap hari. Anda masih kesulitan mendapatan sampah?

Nggak sulit.

Mencari kawasan yang peduli dengan sampahnya dan tidak membuang sampahnya ke TPA, itu yang sulit.

Padahal semua gedung, termasuk apartemen, berkewajiban untuk mengelola sampahnya, tidak membuang sampah ke TPA.

Dari seluruh kawasan pemukiman dan komersil di Jakarta, berapa yang sudah Anda kelola?

Masih secuil.

Masih jauh dari jumlah perusahaan di Jakarta atau di Indonesia yang peduli dengan pengelolaan sampah. Tapi banyak industri yang sadar, jika mereka ingin mendapatkan ISO untuk green building. Mereka harus ikuti mekanisme kami, mereka tidak boleh buang sampah di TPA.

Artinya untuk masyarakat yang ingin membangun perusahaan seperti ini, masih luas pasarnya?

Luas sekali. Banyak yang belum tergarap.

Makanya, kami selalu mengajak bank sampah di komunitas untuk membangun perusahaan seperti kami. Kami sudah sediakan mekanisme sistem secara terstruktur dan jelas.

Sampai kini, berapa besar keuntungan Anda setiap bulan?

Omset tahun 2006 lebih dari Rp10 miliar, itu kotor. Sekarang keuntungan bersih perusahaan kami di atas Rp10 miliar.

Jadi semakin banyak kelompok yang kami bina, semakin banyak keuntungan yang kami dapat.

Sehingga tulang punggung kami, para kelompok bank sampah ke Indonesia. Investasi terbesar kami ada di prose edukasi masyarakat. Saya sendiri turun, bahkan jika mereka inbox ke Facebook saja, saya akan datang.

Berapa jumlah tim Anda di perusahaan?

Tim inti di perusahaan tidak banyak, hanya sekitar 100 orang. Tapi saya masukkan masyarakat di kelompok tertentu untuk pembinaan ke seluruh Indonesia.

Ada tim di berbagai daerah, mereka kami bayar diberikan honor, penginapan, dan transportasi. Jadi kalau digabung dengan tim daerah di lapangan bisa ratusan.

Ke depan, seperti apa konsep perusahaan ini?

Kami ingin mengembangkan argo bisnis.

Kami membina petani. Xaviera Global Synerg mempunyai binaan petani, peternak, dan perikanan. Karena kami juga membuat pelet dari sampah sayuran. Nanti petani itu, menjual buahnya ke kami dengan harga yang bagus. Selanjutnya kami mendistribusikan buah itu ke berbagai supermarket.

Jadi mengolah sampah, tidak harus menjual sampah lagi.

Lahan pertaniannya ada di Bogor, Majalengka, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lombok. Semuanya ada ratusan titik pertanian.

Biografi singkat Wilda Yanti

Wilda Yanti mempunyai kepedulian kebersihan dan pengelolaan sampah sejak muda. Perempuan 44 tahun itu pernah bekerja di perusahaan asing di Indonesia sebagai ahli komputer dan informatika. Jabatan terakhirnya sebagai direktur.

Tahun 2011, dia berhenti bekerja dan fokus mengelola perusahaan pengelolaan sampah pertama di Indonesia, Xaviera Global Synergy. Selain bergerak di jasa pengelolaan sampah kawasan komersial, perushaaan ini bermitra dengan masyarakat dengan membentuk kelompok-kelompok usaha pengelolaan sampah berbasis masyarat.

Xaviera Global Synergy membantu memastikan bahwa Sampah ditangani secara efektif dan ramah lingkungan. Solusi Xaviera Global Synergy termasuk; Pembuatan Pakan Ternak, pembuatan kompos, Pupuk Cacing,bahan bakar, Biogas dan Energi listrik, Juga penanganan air limbah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI