Profesor khusus di bidang ilmu kecerdasan buatan pun masih sedikit…
Saya orang yang ketiga. Pertama dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), kedua dari Universitas Gajah Mada. Mereka juga profesor kecerdasan buatan.
Apa fokus keilmuan Anda?
Saya fokus ke bidang kecerdasan sistem robotic. Saya mengusulkan model computer vision untuk mengenal wajah dan objek. Saat ini saya tengah menggarap robot humanoid, robot berbentuk manusia yang bisa berucap, berbahasa Indonesia dan bisa mengajar.
Ke depan, saya juga lagi mengembangkan sistem drone otomatis. Sebab drone ini sangat diperlukan dan penting untuk Indonesia. Seperti pemantauan, intelijen dan sistem pertanian. Selain itu untuk bidang kesehatan untuk pengiriman bantuan ke daerah terpencil. Dengan drone yang sudah diprogram tujuannya, maka akan cepat sampai.
Apakah pembeda robot ciptaan Anda dengan yang lainnya?
Robotic dunia sangat berkembang pesat. Di Indonesia banyak robot untuk industri, atau untuk sekadar diperlombakan. Sementara saya menciptakan robot untuk komersialisasi. Semisal robot pelayan dan robot guru untuk mengajar manusia.
Disertasi saya menawarkan model sistem robot pelayan yang bisa menghindari halangan dan mengenal pelanggan di sebuah restoran. Pelanggan tinggal memesan makanan dan minuman di mesin, nanti robot itu mengantarkannya sendiri.
Anda juga menciptakan kursi roda yang bisa jalan dengan pikiran…
Betul, kursi roda itu digerakan dengan pikiran. Ini sangat penting untuk masa depan. Saya merancang sistem yang bisa menyadap pikiran manusia. Ke depan, sistem seperti drone pun dikendalikan dengan pikiran. Riset ini berkolaborasi dengan bidang ilmu lain, seperti psikologi.
Riset berbasis pikiran seperti ini sudah berkembang sejak tahun 1980-an, tapi kemampuannya masih terbata. Sementara dalam riset, kami menemukan celah program untuk membaca pikiran dan bisa menggerakan sistem motor maju-mundur dan kanan-kiri.
Bisa Anda jelaskan dengan sederhana mekanisme kerjanya?
Analoginya, jika Anda emosi, maka wajah Anda akan memerah. Sementara jika lagi senang, akan terpancar warna lain.
Ketika manusia berpikir, jaringan di otak akan memancarkan listrik. Ketika Anda berpikir untuk bergerak maju, neuron yang aktif akan berbeda jika Anda berpikir untuk bergerak mundur.
Tegangan listrik yang terpancar itu sangat kecil, tapi oleh sistem yang kami bangun tegangan listrik itu mampu dibaca dan dianalisa. Tegangan listrik itu diolah menjadi sinyal. Lantas sinyal itu diubah oleh sistem menjadi informasi gerakan.
Berapa lama waktu untuk mengembangkan kursi roda itu?
1 tahun.
Sudah sejauhmana pengembangannya hingga kini?
Belum bergerak ke industri. Sebab ini adalah riset berteknologi tinggi dan memerlukan biaya produksi besar. Perusahaan di Indonesia kebanyakan takut rugi dan harus membiayai riset besar jika ingin berinvestasi.
Mereka akan berhitung soal balik modal. Sementara universitas pun tidak mampu membiayainya.
Beda seperti di Cina, inovasi temuan teknologi akan cepat dikembangkan, karena pemerintahnya mensubsidi. Sementara di Indonesia, untuk mendapatkan bahan baku robotic saja pajaknya besar. Sehingga biaya akhirnya terlalu mahal.
Alat-alat bahan baku semua impor…
Tentu, ini barang teknologi tinggi. Yang namanya teknologi tinggi, Indonesia hanya dapat ilmunya. Jika produksi masal, belum tentu ada yang mau memproduksi dengan gila-gilaan.
Jenis bahan baku apa yang impor?
Dalam membuat robot, saya beli sensor untuk penggerak di luar negeri dengan cara impor dari Amerika dan Kanada. Bahkan untuk pembuatan kursi roda berbasis pikiran, semua bahan piranti keras impor dari Australia.
Sementara untuk software buat di Indonesia. Sementara device utama-nya dibeli dari luar. Setelah mendapatkan bahan baku fisiknya, tinggal dirakit.
Untuk mengembangkan software, saya memerlukan banyak staf. Minimal sekali 10 orang, tapi tergantung sistem yang ingin dikembangkan. Sebab software adalah jantungnya.
Anda berstatus profesor, tapi mempunyai sebuah toko online yang khusus menjual suku cadang robot…
Betul. Anda bisa buka www.toko-robot.com. Selama ini masyarakat sulit mendapatkan komponen untuk membuat robot sederhana. Saya menyediakan komponen itu, tentu ini bukan sekadar tujuan jualan. Suatu saat saya ingin publik dari kelas mana pun akrab dengan robot.
Biografi singkat Widodo Budiharto
Widodo Budiharto lahir di Tanjung Pinang pada 27 April 1977. Widodo mendapatkan gelar sarjana Fisika Instrumentasi, Universitas Indonesia pada tahun 1995. Sementara gelar magister komputer dia dapat di STT Benarif Indonesia pada tahun 2003 di bidang Teknik Informatika, dan doktornya didapar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2008.
Widodo termasuk tekhnokrat yang aktif mengembangkan teknologi baru. Dia banyak mendapatkan dana project dari berbagai negara. Di antaranya pernah dapat hibah penelitian dari Universite de Bourgogne (Perancis) pada tahun 2008, visiting Professor Hosei University (Jepang), Sandwich PhD (Jepang), dan hibah Summer School on Images and Robotics (Mexico-France) pada tahun 2009.
Widodo pun aktif menulis dengan melahirkan 35 buku, puluhan jurnal dan paper internasional. Sampai kini Widodo sudah mengembangkan inovasi 9 buah produk diantaranya Kursi Roda Berbasis Pikiran “Ratanggalih” dan robot edukasi “BIMAX”.
Widodo pun membantu masyarakat umum mendapatkan bahan-bahan pembuatan robot. Dia mempunyai situs toko online www.toko-robot.com.