Sejauhmana ketertarikan penonton dunia dengan budaya Indonesia?
Mereka sangat senang menonton hal-hal yang berbau Indonesia. Saya pernah mengajak kameraman dari Amerika ke Indonesia. Dia bilang di seluruh dunia, tidak ada yang seperti Indonesia.
Ada satu cerita, saat kami sedang menyetir dan melihat di pinggir jalan ada acara pernikahan. Kami berenti. Kami meminta izin untuk mengambil gambar acara pernikahan itu. Dan itu mengejutkannya bagi dia, karena kami diizinkan untuk mengambil gambar di sana. Mungkin kalau di Amerika, belum tentu boleh mengambil gambar di acara pernikahan.
Anda juga sering membawa makanan untuk diberikan ke kru saat syuting…
Iya benar, saya juga sering men-share kehidupan dan kebudayaan di Indonesia, bukan hanya gamelan. Saya juga suka membawa kopi dan camilan asal Indonesia ke Amerika.
Semua tim produksi saya pernah mencicipi itu. Mulai dari kacang pedas sampai keripik singkong. Makanya dari segala sisi, saya senang men-share tentang Indonesia, termasuk nilainya.
Bicara soal film Indonesia, apakah Anda mempunyai film favorit Indonesia?
Saya banyak menonton film Indonesia, tapi tidak semua. Film-film itu bagus, seharusnya banyak sutradara Indonesia yang go internasional. Talent di sini banyak, tapi pada nggak percaya diri.
Satu kali teman saya bertanya tentang film yang dia buat, apakah film ini bagus? Aku bilang, submit saja (ke festival film internasional), kita nggak akan tahu kualitas filmya kalau nggak disubmit. Kalau gagal, itu nasib. Kalau menang, itu akan sangat bagus. Film saya saja puluhan kali ditolak.
Misalnya, saya syuting si Sukabumi, kami kolaborasi dengan 500 orang dari Indonesia. Sebagian dari Jakarta dan Sukabumi. Mereka sangat berbakat untuk ke internasional, tapi harus percaya diri.
Sejauh mana film bisa mempromosikan keberagaman?
Menurutku sangat besar, kan di Indonesia banyak gampang untuk share film lewat sosmed. Banyak setting-setting yang bisa gambarkan di indonesia.
Anda sudah 10 tahun berkarir menjadi sutradara, apakah Anda mengkhususkan gendre dalam membuat film?
Buat aku, yang penting cerita bagus karena itu pondasi film. Gendre nggak penting, yang lebih penting itu cerita. Nanti gendre mengikuti. Aku banyak film action, tapi juga banyak film drama.
Ke depan, apa tema film yang akan Anda buat?
Aku ingin banyak syuting di Indonesia agar negara ini lebih dikenal. Aku syuting di Indonesia baru tahun ini saja. Aku merasa pengalaman syuting di Indonesia sangat bagus, tim aku juga senang banget syuting di Indonesia.
Biografi singkat Livi Zheng
Livi lahir pada 3 April 1989. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Ken. Pada usia empat tahun, ia dan keluarganya berpindah ke Jakarta. Ia dan Ken berpindah ke Beijing ketika ia berusia 15 tahun, dan ke Amerika Serikat ketika ia berusia delapan belas tahun.
Dari beasiswa yang didapat dari Shi Cha Hai Sports School, Livi kemudian melanjutkan SMA di Beijing. Disana, ia lebih memperdalam olahraga Wushu. Pada tahun 2007, selepas lulus SMA, Livi pindah ke Amerika Serikat untuk mengambil kuliah S1 jurusan Ekonomi di Universitas Washington. Setelah menyelesaikan kuliah S-1nya di Universitas Washington, untuk memperdalam kemampuan ilmu perfilman, Livi memutuskan melanjutkan kuliah S2-nya di Universitas Carolina Selatan dengan mengambil jurusan Cinematic Arts.
Livi memulai karir sebagai sutradara pada tahun 2012. Namun untuk mencapai ini, sungguh tidak mudah. Ia sempat mengalami penolakan sebanyak 32 kali atas naskah skenario film yang ia susun. Pelan-pelan seiring waktu, Livi mulai membangun tim produksi sendiri Hingga saat ini Livi Zheng telah memproduseri 4 film Hollywood, diantaranya ‘The Empire's Throne’,’ Legend of The Best’, ‘Brush with Danger’, dan yang akan rilis tahun depan yaitu ‘Untitled Action Thriller’.
Salah satu karya film miliknya, ‘Brush with Danger’ masuk menjadi salah satu seleksi nominasi Oscar 2015. Film ini bersaing dengan film-film box office seperti Hunger Games dan Interstellar.
Livi juga baru saja menyelesaikan empat proyek di Indonesia, antara lain film iklan berformat film pendek "Life is Full of Surprises" dan "Second Chance" yang proses syutingnya dilakukan di Sukabumi, Jawa Barat. Dalam film "Life is Full of Surprises" yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 itu, Livi mengkombinasikan adegan bola api, cambuk api dan pencak silat sebagai adegan pembuka.