Apa penelitian Anda saat S1?
Saya meneliti menggunakan zeolit alam dengan dimodifikasi menggunakan nano partikel sebagai katalis untuk mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bakar seperti premium atau juga pertamax. Bahan bakar itu disebut gasoline.
Penemuan itu sudah aplikatif dalam skala laboratorium. Untuk diproduksi massal harus melibatkan ahli di bidang lain, seperti teknik mesin.
Apa pentingnya penemuan itu?
Untuk value added (nilai tambah). Banyak limbah plastik tak terpakai yang dibuang menjadi sampah, bahkan limbah laut paling banyak sampah plastik yang berasal dari daratan. Sementara saya berpikir, ini harus diatasi dengan memberikan nilai tambah ke limbah itu, yaitu dijadikan bahan bakar kendaraan bermotor.
Apakah ini penemuan terbaru?
Tidak, ini hanya lanjutan dari penemuan-penemuan sebelumnya. Saya membuat lebih baik konversi itu.
Lalu apa saja yang Anda teliti untuk S2 dan S3?
Di tahap ini, saya membuat material katalis sendiri yang namanya Zeolite Socony Mobil–5 (ZSM-5). Kelebihannya, material ZSM-5 sudah banyak dipakai industri petrokimia, seperti Pertamina. Material ini berbentuk serbuk dan digunakan dalam jumlah besar, sampai berton-ton perhari dalam sebuah kilang.
Materal katalis jenis ini dibuat dari silika dan alumina.
Masalahnya, sampai kini proses membuat meterial katalis ZSM-5 itu melewati suhu yang sangat tinggi di atas 150 derajat celcius dan menggunakan reaktor logam. Selain itu di proses sintesa itu membutuhkan molekul organik tetra propyl ammonium dalam jumlah banyak.
Dalam proses akhirnya, zeolit itu harus dibakar yang menghasilkan CO2 dan H2O yang berbahaya karena menghasilkan banyak emisi.
Sementara penelitian yang saya lakukan, bisa membuat ZSM-5 dengan suhu yang rendah, sekitar 90 derajat celcius. Sehingga bisa menghemat energi sangat signifikan. Karena temperaturnya rendah, pembuat bisa menggunakan reaktor plastik, bukan logam.
Selain itu, molekul organik yang digunakan lebih sedikir, hanya ¼ dari kebutuhan tetra propyl ammonium biasanya. Setelah jadi, performa ZSM-5 ini jadi lebih baik daripada katalis yang sering dipakai di industri. Jadi mempunyai keuntungan besar.
Biaya produksi penemuan saya jauh lebih kecil.
Penemuan ini Anda yang menemukan pertama kali?
Iya, saya yang pertama kali menemukan. Penemuan ini sudah dipublikasi di artikel jurnal ilmian internasional.
Apakah sudah dikembangkan ke taraf industri?
Belum, kami sedang kerjasama dengan dengan laboratorium dari Teknik Kimia ITB. Kami mau mengembangkan sampai tahap industri. Tapi membutuhkan waktu lama, sampai bisa dinikmati masyarakat banyak.
Berapa jumlah dana yang diperlukan untuk membuat penemuan Anda ini dipakai di industri?
Sangat besar. Saya belum pernah menghitung. Karena harus bekerjasama dengan bidang lain.
Negara mana yang sudah melakukan pengolahan minyak buminya yang efisien?
Industri petrokimia Indonesia sebagian besar mengimpor kebutuhan katalis dari Jerman dan Amerika. Jika Indonesia bisa punya bahan katalis nasional, bisa memberikan nilai tambah untuk negara.
Indonesia bisa mandiri secara energi. Tapi selama ini Indonesia belum memproduksi katalis, masih membeli.
Apakah Indonesia mempunyai bahan dasar pembuatan katalis?
Punya, dan melimpah.
Tahun 2015, saya diundang ke University of Bath di Inggris Raya untuk memberikan seminar atau kuliah singkat tentang material yang dibuat itu. Inggris tertarik dengan penemuan ini.
Jadi bagaimana caranya, sekarang Indonesia melihat ini sebagai kebutuhan penting untuk dikembangkan. Karena teknologi konversi minyak bumi menggunakan katalis penemuan saya belum dipakai di mana pun.
Apakah sudah ada negara lain yang tertarik mengembangkan penemuan Anda?
Resepnya saya rahasiakan. Saya maunya yang mengembangkan Indonesia, di dalam negeri. Ngapain kasih ke orang luar?
Bagaimana respon pemerintah Indonesia dengan temuan Anda ini?
Kami harus tunjukkan hasilnya dulu, karena masih dalam tahap laboratorium. Kita mau meningkatkan skalanya. Kalau sudah dalam tahap skala yang lebih besar atau pilot, bisa ajukan ke pemerintah.
Jika proses pembuatan katalisnya lebih murah, apakah bisa mempermurah harga BBM?
Mungkin saja. Karena untuk memproduksi materialnya lebih murah.
Pernah menghitung?
Tidak pernah. Tapi analogi sederhananya, penurunan suhu pengolahan katalisnya lebih rendah, sehingga menghemat listrik. Biaya pembelian molekul organik hanya menggunakan seperempat dari penggunaan saat ini.
Secara perhitungan kasar, kita sudah bisa lihat signifikan lebih murah.
Biografi Singkat Grandprix
Grandprix Thomryes Marth mendapat gelar doktor ilmu kimia pada 6 September 2017 di usia 24 tahun. Gelar Grandprix ukir sejarah baru dalam dunia pendidikan Indonesia lantaran prestasinya ini tercatat memecahkan rekor MURI sebagai pemegang gelar doktor termuda di Indonesia.
Lelai asli Kupang ini lulusan S1 Kimia Universitas Indonesia dan melanjutkan S2 dan S3 pada program studi yang sama di ITB. Disertasi yang membuat dia lulus sebagai doktor termuda se-Indonesia, dia mengangkat topik tentang zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5. Dibimbing oleh Dr. Rino Mukti, Dr. Veinardi Suendo, Prof. Ismunandar, dan Dr. I Nyoman Marsih sebagai promotornya. Grandprix telah menerbitkan 9 publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional.