Dedi Mulyadi: Saya Diancam dan Dikejar-kejar Pakai Pedang

Senin, 11 September 2017 | 07:00 WIB
Dedi Mulyadi: Saya Diancam dan Dikejar-kejar Pakai Pedang
Dedi Mulyadi. (suara.com/Dendi Afriyan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Salah satu ormas yang pernah bersinggungan dengan Anda FPI, Anda melarang ormas ini masuk Purwakarta…

Saya tidak melarang sama sekali. Tapi saya membangun proporsi dengan mempersilahkan orang untuk eksis di mana pun selama memiliki proporsi untuk kepentingan masyarakat luas. Selain itu mereka tidak mengganggu ketertiban umum, serta tidak meyebar permusuhan dan kebencian.

Jadi saya tidak melarang, karena ruang manusia terbuka.

Apakah Anda tidak takut selalu berbeda pendapat dengan kelompok ormas berkedok keagamaan? Terlebih Anda maju sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat.

Saya tidak takut, karena sampai sekarang saja masih dibully. Dibully di media sosial, diancam fisik, mobil saya dilempari, dikejar-kejar pakai pedang saya pun pernah.

Di mana kejadian itu?

Di salah satu Kabupaten di Jawa Barat, malam hari pukul 24.00 WIB. Saya dikepung oleh 25 orang yang membawa pedang.

Di daerah mana?

Jawa Barat Selatan.

Kemudian pernah juga, mobil saya dicegat siang hari dan dikepung oleh 50 orang.

Mengapa mereka mengepung Anda?

Nggak tahu. Tapi saya anggap mereka saking sayangnya kepada saya.

Bagaimana langkah Anda mengambil hati penduduk Jawa Barat yang mayoritas muslim?

Orang Jawa Barat, 99 persen adalah masyarakat yang sangat toleran. Bukti toleran masyarakat Jawa Barat sejak jaman kerajaan sampai saat ini, sangat terbuka dengan para pedatang. Tidak pernah ada konflik antara pribumi dan pendatang di Jawa Barat.

Yang terjadi justru terbalik, yang berprilaku intoleran adalah para pendatang yang datang ke Jawa Barat.

Siapa pendatang itu?

Nggak usah disebut.

Jadi intoleran itu terjadi karena saking tolerannya orang Jawa Barat. Sehingga dianggap daerah itu tidak berpenghuni. Makanya karena dianggap tak berpenghuni, maka mereka datang membawa atribut kebudayaannya, dan paling berkuasa di daerah itu.

Basis massa Islam di Jawa Barat sangat kuat…

Saya juga Islam. Jadi saya ingin mencoba hilangkan kerangka berpikir basis massa Islam. Stiga seperti itu yang membuat kita salah untuk menilai. Jika dikatakan basis Islam di Jawa Barat kuat, kan memang 90 persen penduduk Jawa Barat adalah Islam.

Tapi di Jawa Barat ini ada beberapa daerah yang memiliki cara pandang Islam politik, bukan Islam kultural.

Islam politik adalah Islam yang terlembagakan dalam institusi politik, misal partai politik. Islam dalam institusi politik di Jawa Barat juga kecil persentasenya.

Anda cek sendiri, parpol yang mempunyai platform agama, menangnya di mana? Hanya di Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya. Karena memang, di sana sudah memiliki sejarah lama. Di zaman orde baru di sana mempunyai basis massa Islam politik kuat, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sementara di tempat lain, partai yang memenangi pemilu adalah Golkar dan PDIP. Artinya para pemilih Jawa Barat adalah pemilih yang cair, yang memahami Islam secara kultural, bukan politik. Tapi cara pandang memahami Islam secara politik, sah saja. Itu hak orang untuk berorganisasi.

Bagaimana Anda memetakan pemilih Jawa Barat di berbagai wilayah dari sisi cara mengambil suara mereka?

Karakter pemilih Jawa Barat hampir rata. Yang membendakan adalah cara penyampaiannya. Pendekatan orang gunung berbeda dengan pesisir. Kalau mendaki orang gunung, diksuis metodologi dialogisnya dengan para tokohnya agak lama. Kalau orang dengan orang pesisir, tidak lama.

Terkait Pilkada Jawa Barat, apakah Golkar sudah 100 persen memastikan mencalonkan Anda sebagai gubernur Jawa Barat?

Kalau bicara apakah fix saya dicalonkan, sudah diputuskan dalam rapat. Tapi ada dinamika politik nasional semakin kuat, sehingga sampai kini masih ada rapat kembali.

Siapa yang akan menjadi wakil Anda kelak?

Tergantung mitra koalisi Golkarnya. Jika mitra koalisinya PDIP, akan diserahkan ke PDIP. Kita tidak boleh mengintervensi keputusan partai politiknya orang lain.

Sosok wakil seperti apa yang diperlukan untuk mengimbali Anda?

Sedikasihnya saja. Karena setiap manusia mempunyai potensi dan bakat, tergantung mengelolanya. Memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu juga pandai berbagi, pasti kompak.

Artinya Golkar sudah resmi berkoalisi dengan PDIP?

Belum resmi, karena belum ada MoU. Tapi komunikasi politik, rapat bersama, dan membangun koalisi untuk pilkada Jabar serentak sudah dijalankan.

Sejauhmana dampak penyatuan koalisi Golkar-PDIP?

Secara psikologis, jika menyatu akan mempengaruhi psikologi penduduk Jawa Barat.

Siapa lagi partai yang akan bergabung dengan Golkar di koalisi Jawa Barat?

Sejauh ini baru PDIP. Hanura juga mau kerjasama. Saya juga mendengar PAN membuka ruang untuk kerjasama.

Di antara 2 calon lawan Anda, Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar, yang kemungkinan akan kuat adalah Deddy Mizwar. Sebab dia dari petahana dan didukung partai besar. Apakah Anda merada Deddy Mizwar lawan yang kuat?

Dalam berpolitik, saya tidak pernah lihat lawan. Ngapain memelihat kompetitor? Yang harus dilihat adalah relasi, yaitu publik. Karena relasi dengan publik, marilah berbaik dengan publik untuk mengambil hari. Bagi saya ini bukan rivalitas tapi kemampuan daya jelajah kami.

Antara Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil, mana lawan Anda yang paling berat?

Lawan saya bukan Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil, lawan saya adalah diri sendiri. Yaitu sifat malas, sifat putus asa dan sifat yang tidak membangun rasa optimis untuk merebut publik Jawa Barat yang jumlahnya 31 juta itu.

Saya tidak menganggap mereka lawan. Daya jelajah saya yang harus ditingkatkan. Komunikasi politik saya harus terus berjalan. Kemampuan imajinatif saya pun harus terus berjalan kepada mereka (publik).

Apa yang Anda lakukan untuk persiapan Pilgub Jawa Barat tahun depan?

Saya sudah dari dulu bergerak, dari kecil sering bertemu orang, berkelompok dan bersahabat. Jadi sudah mengerti dan mengetahui masalah Jawa Barat. Bahkan sudah mengerti apa yang diperlukan masyarakat Jawa Barat.

Saya sudah sejak 2013 keliling. Sejak terpilih menjadi bupati 2 periode, sudah banyak berkomunikasi dengan masyarakat Jawa Barat. Saya sudah ke Sancang sampai Ujung Genteng.

Bahkan saya sudah sampai ke ujung Jawa Barat. Saya sudah membuat 73 lagu yang melambangkan sisi-sisi daerah yang dikunjungi.

Bahkan saya membuat lagu untuk Papua, dan mau dikasih uang Rp40 juta oleh Wali Kota Jayapura.

Jadi saya sangat ngerti, karena orang datang ke rumah saya dari berbagai daerah. Mereka membawa makanan, bahkan ikan yang beratnya sampai 10 kg. Ikan ikut dibawa oleh kepala desa yang datang dari pesisir selatan Jawa Barat. Ikan itu hasil mincing.

Jadi politik bukan lagi persoalan posting di media sosial. Tapi harus ada relung mausia yang harus diisi dan itu tidak bisa mempengaruhi seberat apapun isu yang sedang menerpa saya. Kalau saya ada dalam hati mereka, mereka tidak akan pernah berpaling.

Apa kiat Anda untuk menjadi pemimpin Jawa Barat yang bisa dicintai masyarakatnya?

Menjadi pemimpin yang original. Dia harus mengerti bagaimana kehidupan nelayan di pesisir Jawa Barat. Dia harus menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan juga kebudayaannya.

Secara alami, saya pernah menjalani itu semua. Saya lahir dari kakek yang seorang nelayan, hidup di pesisir pantai. Saya juga menjadi penggembala domba, ke sekolah naik sepeda, mengambil kayu bakar, nyambut rumput.

Saya juga pernah berjualan es di sekolah. Saya hidup di lingkungan pesantren dengan para santri cukup lama. Saya juara dakwah di masa SMA.

Ketika masuk dalam lingkungan perburuhan, saya pernah menjadi karyawan kontrak di perusahaan. Pernah membuat organisasi buruh dan menjadi memimpin organisasi cabang HMI.

Saya juga pernah menjadi kuli pemikul bata merah. Saya mengeri kultur Jawa Barat karena saya menjadi bagian hidup dari mereka.

Tinggal jumlah pertemuan saja, jumlah pertemuan saya masih terbatas. Karena jumlah desanya banyak. Jumlah desa di Jawa Barat kurang lebih 5.952 desa. Sebanyak 1.000 desa sudah saya temui.

Biografi singkat Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi merupakan sarjana hukum yang kahir di Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, 11 April 1971 lalu. Dia anak bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana adalah seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang dipensiunkan muda pada usia 28 tahun akibat terkena racun tentara Belanda.

Sementara ibunya, Karsiti adalah aktivis Palang Merah Indonesia. Ia adalah seorang politikus yang dalam usia muda (37 tahun) sudah menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Dilantik pada tanggal 13 Maret 2008. Sebelum jadi Bupati, Dedi Mulyadi menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta pada periode (2003-2008) bersama Lily Hambali Hasan. Pada Pilkada 2013, Dedi Mulyadi terpilih kembali menjadi Bupati Purwakarta untuk periode 2013-2018 berpasangan dengan Dadan Koswara.

Dedi Mulyadi menempuh masa SD hingga SMA di kota kelahirannya, Subang. Mulai dari SD Subakti (1984), SMP Kalijati (1987), dan SMA Negeri Purwadadi (1990). Selanjutnya pendidikan tingginya diselesaikan di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman Purwakarta dengan meraih gelar Sarjana Hukum (1999).

 (Suwarjono/Pebriansyah Ariefana/Ruben Setiawan/ Dendi Afriyan)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI