Jeffrey Polnaja: Ride For Peace, Indonesia Bukan Negara Teroris

Senin, 01 Mei 2017 | 07:00 WIB
Jeffrey Polnaja: Ride For Peace, Indonesia Bukan Negara Teroris
Jeffrey Polnaja.(dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Apa misi Anda dalam berbagi pengalaman itu?

Mereka yang mendengar pengalaman saya tidak harus mengikuti jejak saya untuk naik motor keliling dunia. Saya hanya ingin anak-anak muda berani meraih mimpi. Jangan takut orang bilang tidak mungkin.

Dulu saja saya berangkat dengan tidak ada sponsor, hanya orang terdekat saja memberikan sumbagan atua modal.

Tapi 99 persen, orang bilang itu bullshit, tidak pernah ada orang Indonesia keliling dunia naik motor, apalagi modalnya besar.

Anda tidak ada sponsor untuk berangkat pertama kali…

Sponsor itu belakangan ada. Tapi awalnya tidak ada. Saya menjual perusahaan. Setelah itu, saya membuat yayasan Ride For Peace yang menerima sokongan dana dari mana pun.

Tapi awalnya, selain menjual perusahaan, saya juga dapat sumbangan dari perorangan. Tapi jalan di negara orang itu tidak akan cukup. Saat itu di fase pertama tahun 2006-2009.

Tadinya mau lanjut kembali, teryata istri saya hamil  dan teman-teman minta saya menulis buku, maka ditunda. Tahun 2012 saya jalan lagi karena anak sudah besar.

Anda juga melewati kawasan perang di Timur Tengah. Bagamana bisa Anda lolos?

Saya lihat korban perang langsung. Anak-anak dan perempuan di Afghanistan ketakutan. Saya menyisir ke pinggiran negara, karena sudah tahu dari penduduk setempat kawasan yang terdampak perang.

Tapi sebenarnya, cuaca ekstrem paling jadi tantangan. Sebagai penduduk negara tropis, cuaca kelewat dingin di Alaska jadi tantangan. Malam hari bisa sampai suhu beku, tapi siangnya panas sekali sampai 50 derajat celcius.

Saya berjalan di salju tebal. Di sini kemampuan kendalikan keseimbangan motor dipakai. Bayangkan saja, jalan disalju yang licin dan ambles. Beda saat berjalan di lumpur.

Bagaimana dengan perawatan motor selama perjalanan?

Sebelum berangkat, saya harus tahu karakter motor dan mesin. Harus sangat tahu persis. Karena perjalanan ini sendiri. Sebelum berangkat diperiksa dulu, paling sering mengalami pecah ban. Selama perjalanan itu saya ganti ban sekitar 40 kali karena sudah tipis.

Konsumsi bahan bakar juga diatur…

Jelas, makanya ada teknik bagaimana mengendalikan motor. Paling tidak saya punya target konsumsi BBM 1 liter menjelajah 10 km. Jadi sehari bisa habis 50-an liter BBM.

Bahan bakar ini menguras biaya juga…

Salah satunya. Selain itu biaya makan. Tapi masing-masing negara mempunyai harga BBM yang berbeda. Paling murah di Arab Saudi, sekitar Rp2.000 perliter. Yang mahal di Eropa dan Amerika. Tapi pernah juga motor saya mengalami kerusakan parah dan menguras biaya perbaikan sampai 3.000 dolar AS di Meksiko.

Usia Anda sudah tidak lagi muda, 55 tahun. Anda masih touring dengan motor?

Masih. Tapi saya tidak merasa sudah tua. Seseorang sudah tua jika dirinya sendiri merasa sudah tua. Saya merasa masih muda dan olahraga dan melakukan hal tak terbatas. Meski fisik tidak sekuat dulu.

Bagaimana Anda untuk menjaga kesehatan dan tetap fit sampai kini?

Saya menjaga pola pikir, pola makan dan pola hidup. 90 persen penyakit itu datang dari pola pikir, misalnya selalu malas dan selalu merasa sakit. Berpikir positif dalam hidup sangat penting.

Makan juga perlu dijaga, jangan setiap hari makan daging kambing. Yang penting berimbang saja antara makan sehat dan tidak sehat. Lainnya jangan banyak begadang dan tidak banyak minum alkohol. Intinya seimbang saja.

Di dunia ada 190-an negara. Ada 100 negara yang belum Anda dikunjungi. Apakah Anda akan tuntaskannya?

Saya tidak ada target. Saya punya keluarga, dan tidak boleh egois. Tapi dalam 1-2 tahun ini saya akan kembali ke jalan. Mungkin ke Australia saja.

Saya juga keliling Indonesia untuk berbagi inspirasi. Agar setiap orang berani meraih mimpi. Jangan tunggu jadi orang kaya dulu untuk meraih mimpi. Meraih mimpi mulai dari sekarang, mulai 0 km. Yang penting konsisten. Selama proses, maka akan mendapatkan banyak pelajaran.

Jika ada orang Indonesia yang ikuti jejak Anda berkeliling dunia, apa saja yang perlu disiapkan?

Salah satunya bikin SIM internasional di Mabes Polri, lalu mengurus dokumen ekspor-impor tempolary motor di Ikatan Motor Indonesia (IMI). Ketika kita masuk ke negara orang dengan motor, kita dianggap impor motor, setelah keluar negara dianggap ekpor motor. Begitu seterusnya keluar masuk motor.

Motornya juga harus bermesin besar.

Berapa modal yang dibutuhkan untuk berkeliling dunia naik motor?

Kalau modalnya cuma duit, nggak bisa. Karena pasti akan cepat habis di jalan. Yang terpenting mental dan kemampuan manajemen selama di jalan. Mengatur makan sampai pengeluaran uang. Selain itu skill tambahan. Kemampuan ini bisa dijual saat di jalan.

Saya menjual kemampuan fotografi. Di setiap tempat, saya foto dan saya jual. Itu sebagai tambahan modal uang. Saya juga presentasi di komunitas negara setempat, saya dibayar 3.000 euro di Eropa per 2 jam bicara.

Apa saat ini ada orang Indonesia yang ikuti jejak Anda?

Ada, tapi dalam skup kecil di Asia. Lalu banyak juga anak-anak muda melakukan eksplore Indonesia. Karena negara ini sangat luar biasa dan luas sekali. Sayang kalau tidak dijelajahi.

Kita akan melihat sisi lain dari Indonesia yang banyak dikatakan sebagai negara intoleran. Tuduhan intoleran hanya terjadi di kawasan kecil. Kalau menjelajah, kita akan menemukan nilai moral yang lebih baik. Yang diperlukan, antara sesama tidak mengganggu dan tidak menyakiti.

Hobi berkendara motor beberapa tahun terakhir sangat digandrungi oleh warga kota besar. Mereka toring antar kota. Tapi banyak juga bikers yang ugal-ugalan di jalan, meski mereka anggota klub motor tertentu. Menurut Anda mengapa ini terjadi?

Biasaya itu bikers pemula yang baru punya motor bagus dan besar. Egonya masih tinggi dan merasa ‘super’. Tapi bikers yang pengalaman dan suka jalan jauh, ego-nya mulai terkikis dan sadar soal sikap jalanan.

Safety riding itu sebenarnya bagaimana kita bisa kontrol diri sendiri. Mau ikut safety riding sampai 10 kali, kalau nggak bisa kontrol diri maka nggak akan pengaruh. Tetap saja arogan.

Biografi singkat Jeffrey

Jeffrey Polnaja lahir di kota Bandung, Juni 1962. Sejak muda dia sudah suka berpetualang. Mulai dari mendaki gunung, terbang layang, menunggang kuda dan lintas alam dengan motor.

Pada tahun 1978 ia bergabung dengan Aviantara Aero Club, sebuah klub terbang layang dan berhasil meraih terbang solo menggunakan pesawat layang tandem maupun single seater buatan Schweizer Aircraft, Amerika. Pada tahun ini pertama kali ia berkendaraan jauh seorang diri, menunggangi sepeda motor Honda CB100 dari Bandung melintas seluruh Pulau Jawa sampai ke Pulau Bali. Tahun 1989 ia bergabung dengan klub berkuda Bala Turangga dan meraih beberapa piala di kejuaraan nasional, dengan spesialisasi Lompat Rintangan.

Tepat 23 April 2006 Jeffrey memulai perjalanan keliling dunianya dari Jakarta mengendarai BMW R1150GS Adventure dengan tema Ride For Peace. Ia menjelajah Asia, Afrika Utara, Eropa. Pada 29 November 2008 ia kembali ke Indonesia untuk menerima Lifetime Achievement Award dari Ikatan Motor Indonesia (IMI). Sejak IMI berdiri seratus tahun yang lalu, baru dua orang yang di anugerahkan penghargaan prestisius ini.

Dia menulis buku Wind Rider, setelah itu dia kembali ke Eropa menemui sepeda motor tungganggannya dan kembali melanjutkan perjalanan. Dimulai dari Paris menjelajah trans Siberia, dilanjutkan ke Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Jeffrey Polnaja juga tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang bergabung dalam organisasi Internasional Jupiter's Traveller, sebuah organisasi di bawah naungan Ted Simon Foundation yang berpusat di Inggris untuk mewadahi para penjelajah dari seluruh dunia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI