Jeffrey Polnaja: Ride For Peace, Indonesia Bukan Negara Teroris

Senin, 01 Mei 2017 | 07:00 WIB
Jeffrey Polnaja: Ride For Peace, Indonesia Bukan Negara Teroris
Jeffrey Polnaja.(dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kang JJ atau Jeffrey Polnaja bukan lelaki biasa. Dia menjelajahi hampir 100 negara di dunia dengan sepeda motor sendirian. Tentu, dengan modal sendiri dan untuk menyebarkan perdamaian.

Kisah Jeffrey itu menjadi perbincangan di berbagai negara, sebab orang seperti dia tidak banyak. Dia satu-satunya manusia di dunia berkeliling dunia untuk misi perdamaian dan orang pertama Indonesia yang berkeliling dunia dengan sepeda motor.

Dia usianya yang ke 55 tahun, lelaki asli Bandung itu masih menjelajah, namun 2 tahun belakangan dia hanya keliling Indonesia. Kang JJ menyebarkan ‘virus’ semangat untuk keluar dari zona nyaman. Bagi dia zona nyaman adalah racun yang membuat manusia terkekang dan tidak mengenal dunia luar.

“Ketika kita di zona nyaman, hidup ini kayak sia-sia saja. Ayo berani keluar,” kata Kang JJ.

Pantas saja Kang JJ bicara itu, sebelum menjadi ‘bukan lelaki biasa’, Kang JJ adalah pengusaha sukses. Dia miris dengan aksi teror di dunia dan cap Indonesia sebagai negara teroris. Dia menjual perusahaannya dan mulai mengumpulkan uang untuk ongkos berpetualang. Dengan modal sendiri, Kang JJ pun melintasi Asia, Amerika, Alaska, Eropa, Jepang, sampai ke Indonesia di kurun waktu 2006 sampai 2015.

Dia datang ke negara paling Indah, sampai negara yang tengah dilanda perang. Di sana lelaki berkepala pelontos itu bicara dengan ribuan orang yang dia temui, untuk menunjukan jika Indonesia itu negara yang damai.

Cerita seru itu direkam hanya sepotong-sepotong selama ini. Suara.com berbincang dengan Kang JJ untuk merekam detil pengalamannya selama berkeliling dunia lewat misi Ride for Peace.

Setelah menyebarkan perdamaian, apakah dunia sudah damai? Ada 100 negara lagi yang dia belum kunjungi. Ke mana lagi dia akan menjelajah?

Berikut wawancara lengkapnya:

Sampai kini sudah berapa negara yang Anda jelajahi dengan sepeda motor?

Sampai saat ini 97 negara. Amerika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Australia. Total jarak 420.000 km. Saya pakai BMW R 1150 GS.

Anda keliling dunia untuk misi perdamaian. Apakah Anda sudah merasakan dampak dari penjelajahan itu?

Kalau dampak global, tidak ada.

Tapi dampak kecil-kecil saja di satu daerah yang saya kunjungi. Saya persetasi ke penduduk sekitar, mereka senang dengan kedatangan saya dan ingin bersahabat.

Misi perdamaian ini didedikasikan untuk semua, termasuk diri saya. Semua perjuangan saya di jalan, meninggalkan keluarga, pekerjaan bertahun-tahun. Itu semua didedikasikan untuk perdamaian.

Saya tidak datang ke sebuah negara untuk mengubah politik setempat menjadi damai. Tapi kita kasih satu pandangan tentang Indonesia sebagai negara yang damai. Saya bertemu orang-orang di negara konflik seperti Afghanistan, mereka bilang, "this is my dream”. Mereka ingin juga keliling dunia untuk menyerukan perdamaian global.

Saya bukan hanya keliling dunia, tapi menyampaikan pesan hidup dengan ketenangan.

Anda memahami konsep perdamaian hingga memutuskan keliling dunia…

Kurang lebih 16 tahun lalu, 2001 ketika terjadi penyerangan menara kembar WTC di Amerika Serikat (9 September), saya tengah nonton TV sama anak. Ketika kejadian, anak saya teriak, kita semua kaget. Kita tidak menyangka pesawat menabrak gedung itu, tapi ternyata itu terjadi beberapa kali. Saat itu anak saya usia 10 tahun dan 14 tahun.

Anak saya bilang, “dad, kita setiap hari diingatkan untuk peduli dengan kawan dan menyayangi keluarga. Tapi lihat ini, dikehidupan nyata orang-orang saling membunuh. Itu pasti sengaja, ribuan orang meninggal.”

Kita diam semua saat itu. Lalu anak saya bilang, “dad do something.”

Tapi apa lah saya ini hanya pebisnis dan suka naik motor.

Tapi kata dia, “daddy kan suka naik motor, why don’t u  ride, ride for peace.”

Saya pikir anak seusia itu lupa begitu saja dengan ucapannya, tapi ternyata mereka ingat terus dan terus menagih tiap hari.

Bahkan setelah 9-11, ada pemboman di Bali tahun 2002 dan disusul Bom Bali 2. Setelah itu berlanjut dengan aksi-aksi teror dan kekerasan kelompok radikal.

Itu pemicunya, sampai akhirnya naik motor untuk misi perdamaian.

Saya bukan orang pertama di dunia, tapi di Indonesia. Orang pertama yang berhasil berkendara dengan jarak terjauh, Emillio Scotto asal Argentina. Dia menempuh 735.000 km degan Honda Gold Wing GL1100.

Saya mulai petualangan pertamanya pada tahun 2006 dengan melintasi kawasan Asia, Timur Tengah, Afrika dan Eropa.

Motor Anda sempat hilang…

Iya, waktu itu dicuri saat saya menginap di Hotel BackStage, Leidsegracht 114, Amsterdam 3 Mei 2012. Saat itu saya harus pulang untuk perbarui dokumen. Sampai saat ini belum kembali. Tapi sudah ada titik cerah, sudah ketemu. Tinggal dikembalikan dari sana. Tapi saya sudah ada motor 2 unit.

Apa yang Anda rasakan ketika putaran pertama roda motor memulai berkeliling dunia?

Ketika saya berpetualang dan berjalan, mungkin di awal-awal menjelajah untuk kesenangan, menunjukan identitas diri, atau juga ada orang menjelajah untuk menunjukan dirinya hebat. Tapi ketika sampai level tertentu, saya memaknai pejelajahan itu sebagai makna kehidupan dan menghargai kebesaran sang pencipta. Setelah bicara soal Tuhan, maka kita akan bicara soal damai. Bukan lagi bicara soal “Aku”.

Dalam perjalanan, banyak yang tanya, apakah tidak bosan dan kangen rumah? Saya rasakan itu, tapi dari awal sudah yakin ada di jalur yang benar. Saya banyak belajar dari awal perjalanan. Apalagi, saya orang Indonesia pertama yang melakukan itu, tidak ada contoh. Jadi selama perjalanan learning by doing.

Tiap hari pagi-pagi menyiapkan mental kita sebelum perjalanan, berpikir hari ini akan menjadi surga atau negara. Apapun bisa terjadi di jalan, dan hadapi saja. Kalau pun hari itu jadi ‘neraka’, maka akan belajar banyak dan dapat makna kehidupan.

Saya bisa saja terus berada di zona nyaman sebagai pengusaha, tapi tidak seru. Begitu kita keluar dari zona itu, kita akan berdamai dengan rasa takut dan berdamai dengan diri kita.

Anda bertemu dengan banyak orang selama perjalanan. Bagaimana Anda menjelaskan soal misi Anda?

Saya menghubungi jurnalis setempat sebelum akan ke negara itu. Untuk memberikan informasi soal misi ini. Selain itu saya juga bertemu dengan orang-orang di jalan secara satu persatu, saya cerita dengan mereka.

Awalnya direncanakan waktunya, tapi akhirnya tidak selalu terencana, ikuti roda saja. No where tour.

Apa yang Anda sampaikan tentang Indonesia ke masyarakat dunia?

Ingat nggak Indonesia sempat mendapatkan cap sebagai negara teroris? Bom di mana-mana. Ini salah satu bentuk menunjukan pada mereka. Saya bertemu langsung dengan orang-orang di negara lain dan berbincang, akhirnya mereka beranggapan, kamu tidak seperti yang saya pikirkan, Indonesia ternyata bersahabat.

Saya akhirnya banyak punya sahabat di seluruh belahan dunia. Itu berawal dari hanya bicara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI