Suara.com - Pascareformasi Taruna Ikrar menjadi salah satu aktivis mahasiswa yang menghantarkan Indonesia menjadi negara demokrasi yang seutuhnya. Sebagai ‘petinggi’ Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikrar muda hampir terjun ke dunia politik. Namun dia menolaknya.
Ikrar memilih menjadi ilmuan bidang kedokteran dan malang melintang sekolah di negara orang. Dia ke Jepang dan Amerika Serikat. Pilihan Ikrar tak jadi politisi tepat, sekarang dia jadi peneliti kelas dunia sampai dicalonkan mendapatkan Nobel Prize bidang kedokteran.
Sekarang Ikrar berkarir di California sebagai ilmuan, pengajar dan dokter di 4 rumah sakit. Ikrar sudah menemukan 63 penemuan dan mempunyai 3 hak paten di bidang kedokteran.
Penemuannya tidak sembarangan. Dia berhasil membuat alat yang mencegah manusia mengalami gangguan jiwa. Yang terbaru, Ikrar menemukan cara agar proses recovery lebih cepat.
Menjadi dokter jenius di negeri orang dengan banyak fasilitas dan penghargaan, tidak membuat mantan wakil presiden Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional itu lupa dengan tanah air. Ikrar akan mengaplikasikan semua penemuannya di Indonesia. Di Ikrar Advanced Medicine Indonesia, Ikrar akan mengaplikasikan 63 penemuannya. Dia akan bangun di Makassar, Jakarta dan Bali. Selain itu, di Amerika dan India.
Berbincang dengan suara.com pekan lalu, Ikrar banyak cerita tentang penemuan-penemuannya yang membuat dunia takjub.
Berikut wawancara lengkapnya:
Apa kegiatan Anda di California?
Saya baru diangkat jadi dekan di School of Biomedical Sciences, National Health University, California. Ini salah satu universitas terbaik di dunia. Lumayan banyak tugas-tugasnya.
Saya juga bekerja di 4 rumah sakit di California. Di antaranya di University of California Medical Centre, dan Nature Health Centre. Jadi banyak sekali aktivitas saya, tapi ini asik.
Spesialisasi Anda adalah mempelajari otak manusia…
Iya. Saya pernah mengenyam pendidikan sebagai dokter umum, selanjutnya mengenyam pendidikan sebagai ahli obat-obatan. Lalu double degree, Ph.D dan cardiologist license sebagai ahli jantung. Terakhir saya selesaikan sebagai ahli otak.
Ketiga spesialisasi saya itu jika digabungkan menjadi ahli vaskularisasi otak atau ahli otak dan pembuluh darah.
Saya juga melanjutkan penelitian tentang penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kelainan otak.
Pernah lihat orang yang lumpuh dengan tiba-tiba? Orang ini lumpuh tiba-tiba dan butuh 2 sampai 3 tahun sampai akhirnya meninggal. Nama penyakit ini amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Ini penyakit yang sangat ditakuti.
Anda dikenal luas karena membuat penemuan optogenetic laser stimulation. Apa ini?
Itu alat untuk pemetaan otak. Bagian otak manusia sangat rumit, maka perlu alat untuk pahami bagiannya. Laser photostimulation ini salah satu sub-nya disebut optogenetic. Di otak terdapat 100 miliar sel syaraf.
Setiap 1 sel syaraf itu punya koneksi kurang lebih 10 ribu. Sehingga jika dikalikan, kurang lebih jaring-jaring di otak jumlahnya 1.000 triliun.
Koneksi ini menentukan kemampuan seseorang, misalnya untuk berpikir, tingkah laku, dan segala macam atau Behavior. Otak manusia lebih kompleks dibanding seribu komputer super yang dibangun di lapangan bola.
Jadi otak itu bukan hanya mengatur soal kecerdasar, tapi juga berfungsi mengatur seluruh pergerakan tubuh. Jika salah satu jaringan terputus, maka jantung berhenti berdetak atau juga jaringan pencernaan terganggu.
Sekarang apa hubungannya dengan penemuan kami? Alat yang kami temukan tadi bukan hanya mampu memetakan bagian otak yang besar dan dilihat oleh mata, tetapi juga bisa memetakan resolusi koneksi 1 syaraf dengan syaraf yang lain.
Saya ingin mengaplikasikan ilmu tentang otak ini dan bisa diaplikasikan untuk mengobati beberapa penyakit. Semisal penyakit parkinson. Parkinson ini menyerang karena sistem dopamine-nya terlalu tinggi. Bahasa mudahnya, otak dalam hal ini tidak singkron.
Untuk mengsinkronkan itu, maka perlu implant atau sistem syaraf yang bisa diatur berdasarkan cahaya. Sehingga jika sistem perangsangnya terlalu cepat, maka kita bisa buat soft dengan alat optogenetic itu. Alat ini bisa menyembuhkan penyakit itu.
Apakah alat ini ditemukan oleh Anda untuk yang pertama kali?
Di dunia science, ilmuan bertumpu pada penemuan-penemuan sebelumnya. Hanya saja penemuan sebelumnya hanya dilakukan pengujian di tingkat bakteri.
Sementara kami orang pertama yang menggunakan itu aplikasinya ke tubuh mahluk hidup, termasuk manusia. Artinya penemuan ini lanjutan dari sebelumnya.
Saya meneliti dan menemukan alat ini dengan tim. Masing-masing ilmuan ada keahlian di bidangnya. Tapi kontribusi terbedar ada di saya. Proses penelitian ini dilakukan selama 5 tahun, dari tahun 2010.
Alat ini bisa mencegah gangguan jiwa…
Benar. Tapi untuk aplikasi langsung ke manusia masih membutuhkan waktu. Karena otak ini komplikasinya terlalu luar biasa rumit.
Apakah alat ini sudah tahap dikomersilkan di rumah sakit?
Belum komersilkan, tapi alat petaannya sudah dikomersilkan. Tapi alat ini sudah masuk tahap uji klinik ke manusia. Uni klinik itu butuh waktu. Namun di tahap ketiga ini kami sudah masuk ke multi centre. Penggujian terhadap manusia sudah dilakukan di beberapa tempat, misalnya di Jepang.
Terakhir dilaporkan ke Food and Drug Administration (FDA) atau Badan POM Amerika untuk menuju proses pengobatan yang sebenarnya. Sehingga agar alat ini bisa digunakan untuk manusia, prosesnya panjang dan tidak mudah.
Saya menargetkan 3 tahun ke depan alat ini bisa digunakan ke manusia. Kita sebagai ilmuan tidak ngoyo riset ini cepat-cepat aplikatif. Karena orietasi tidak ke bisnis.
Berapa total penemuan yang Anda dapat?
Penelitian saya sangat didukung oleh pemerintah Indonesia. Penelitian itu sangat menantang. Penemuan yang saya dapatkan sekitar 63 jenis.
Penemuan itu berbeda-beda. Ada 3 cabang utama penemuan itu, neuroscience, pharmacology, dan Kardiologi.
Dari puluhan penemuan itu, mana yang penting dan harus diseriuskan?
Bahan penelitian itu penting semua. Tapi saat ini, kami tengah kembangkan optogenetic khusus untuk penyakit ALS karena penyakit ini sudah 200 tahun tidak ketemu obatnya dan orang hanya menunggu kematian.
Kami juga lagi berusaha mengembangkan untuk mencegah Age-related macular degeneration (AMD). AMD ini kondisi medis kronik yang tidak dapat diperbaiki dan menyebabkan hilangnya penglihatan sentral karena kerusakan macula, atau bagian tengah retina.
Bahasa Indonesianya, Degenerasi Makular Terkait Usia yang penyebab utama kebutaan pada usia 50 tahun ke atas. Ini menakutkan sekali, dan bisa kita cegah. Alat ini masih diteliti.
Saya termotivasi mengaplikasikan ilmu ini ke Indonesia, makanya saya tengah membangun Ikrar Advanced Medicine of Indonesia. Ini rencana dibangun di Makassar, Jakarta dan Bali. Saya juga akan kembangkan multi centre di India, begitu juga Amerika. Tempat ini akan mengaplikasikan semua penemuan saya.
Sejak di California, Anda banyak menghasilkan penemuan. Di mana modal risetnya?
Biaya penelitin itu sangat besar. Saya dapatkan dari pemerintah Amerika. Pemerintah Indonesia gila-gilaan dalam memberikan bantuan penelitian atau funding, jumlahnya jutaan dolar.
Kedua, sumbernya dari filantropi pengusaha-pengusaha besar. Selain itu dari institute kita sendiri.
Apakah Anda memberikan jaminan penemuan ini akan berhasil saat mengajukan dana penelitian?
Tidak. Ini berdasarkan ide dan reputasi saja. Dananya tidak harus dikembalikan, outputnya penemuan baru dan paten.
Berapakah hak panen yang Anda pegang?
Saya punya 3 hak paten. Pertama, alat pemetaan otak atau Laser photostimulation. Kedua, optogenetic. Ketiga kita masukan Advanced Medicine.
Sebenarnya ada satu lagi yang ingin saya patenkan soal partical theraphy. Tapi tidak akan saya patenkan karena untuk pengembangan penemuan lebih maju. Dalam riset, kami menemukan partikel sangat luar biasa yang ukurannya 200 nanometer dan 1.000 nanometer.
Ternyata ini mempunyai prinsip membuat regenerasi sel-sel itu bisa hidup kembali dan berkembang memperbaiki jaringan yang rusak. Temuan ini aplikasinya sangat luar biasa.
Jika saya patenkan, harus dilaporkan isi penemuannya dan setiap orang bisa copy dan kembangkan. Saya lebih memilih simpan penemuan ini dan langsung diaplikasikan ke orang, dan langsung terasa dampaknya.
Apa yang luar biasa dari penemuan soal partical theraphy ini?
Seseorang yang habis menderita kelumpuhan karena otaknya rusak, maka dengan menggunakan injeksi tertentu ke otaknya, bisa merangsang pertumbuhan sel-sel baru.
Sehingga kelumpuhan itu bisa recovery atau pemulihan, dan yang luka itu mengalami perbaikan. Proses pemulihannya lebih cepat daripada saya tanamkan sel biasa.
Seperti film science fiction, X-Men. Tubuh Wolverine bisa sembuh sendiri setelah dilukai…
Iya kira-kira begitu. Canggih kan?
Anda sempat dinominasikan mendapatkan Nobel Prize 2016 untuk bidang kedokteran. Bagaimana ceritanya?
Saya banyak terlibat di penelitian otak, saraf, dan jantung. Penemuan saya diajukan oleh University of California mengisi peluang nominasi Penghargaan Nobel Kedokteran 2016.
Seleksinya sangat ketat, harus bersaing dengan 250 lebih ilmuwan yang telah dinominasikan untuk Penghargaan Nobel 2016 dalam bidang kedokteran.
Akhirnya yang dapat Yoshinori Ohsumi, ilmuwan biologi dari Jepang. Tapi untuk menjadi nominasi pun sudah sangat bagus. Tidak sembaragan untuk didaftarkan jadi kandidat Nobel.
Anda sudah 15 tahun di Amerika, dan memutuskan tidak berkarir di Indonesia. Apa yang membuat Anda betah?
Saya sudah 17 tahun tinggalkan tahun kampung halaman. Tapi saya tuntaskan pendidikan spesialis, termasuk ke Jepang. Saya juga selesaikan pendidikan di Italia. Kalau di Amerika, hanya 10 tahun.
Dulu saya aktivis nasional saat mahasiswa, saya melakukan kerja keras untuk reformasi. Dulu saya ketua pengurus besar HMI bersama Anas Urbaningrum tahun 1997-1999. Karena saya pendiam dan dihabiskan sebagai ilmuan, makanya saya tinggalkan ke Indonesia.
Padahal saat itu saya dicalonkan masuk DPR dari utusan Golkar, saya tingkat kedua nasional. Tapi saya dapat beasiswa, lebih baik saya lanjutkan sebagai ilmuan dan tidak melanjutkan karir politik. Keahlian saya di bidang science dan bukan jadi penguasa.
Setelah sekitar tahun 2006 saya ke Amerika dan menyelesaikan post doctoral 2 tahun kemudian. Saat itu ingin kembali ke Indonesia dan mengajar. Tapi saat itu juga saya mempunyai karir yang berkembang di Amerika, menghasilkan paten yang pertama.
Sehingga karena ini semua menantang, saya bertahan di Amerika sebagai akademisi di salah satu universitas di dunia dan banyak menghasilkan Nobel Prize. Saya ingin kembali ke Indonesia, tapi tubuh saya di Amerika.
Makanya mulai tahun ini saya mengembangkan Advanced Medicine di Indonesia.
Kapan Anda akan full kembali ke Indoesia?
Susah untuk full di Indonesia. Di Amerika tugasnya besar. Sebenarnya pemerintah Amerika sudah sering meminta saya untuk pindah warga negara. Tapi saya tidak mau, cukup permanent residence saja.
Apakah Anda merasa akan terhambat jika pulang ke Indonesia? Salah satu peneliti terbaik Indonesia dan penemu alat pembasmi kanker, Warsito Purwo Taruno memutuskan kembali ke Polandia karena penemuannya tidak bisa diterapkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia melarang penemuannya dipraktikan.
Saya beda dengan Warsito. Warsito seorang engineer, saya dokter dan punya izin praktek di Amerika, Indonesia, India dan Jepang. Saya dokter untuk manusia, bukan mesin. Saya farmakologis, pakar obat-obatan.
Selain saya menemukan alat, tapi juga bisa mengaplikasikan secara medis.
Kelemahan DR Warsito, dia tidak punya keahlian untuk praktik kedokteran dan mengaplikasikan ke pasien. Dia bisa melakukan riset, tapi tidak boleh melakukan Clinical trials. Dia bukan medical doctor.
Saya pernah bicara dengan Warsito. Saya katakana seharusnya dia cukup berada di belakang mengembangkan teknologinya. Jangan ambil alih tugasnya dokter.
Biografi singkat Taruna Ikrar
Dr Taruna Ikrar, M.D., M.Pharm., Ph.D. adalah senior specialist dan peneliti utama Division Neurobiology, School of Medicine, University of California, Amerika Serikat. Dia baru diangkat dekan di sana.
Ikrar lahir di Makasar, 15 April 1969. Ikrar menyelesaikan pendidikan dokternya di Universitas Hasanuddin, Makassar (1997). Sementara pendidikan Master Farmakologi (M.Pharm.) diselesaikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta pada tahun 2003. PhD (Philosophy of Doctor) dengan keahlian ilmu penyakit jantung (cardiology) diraih di School of Medicine, Nigata University, Japan, pada tahun 2008, dan menyelesaikan Postdoctoral Scholar di Departmental of Neurosciences, University of California, Amerika Serikat (2010).
Pada tahun 2009, Taruna bersama timnya berhasil menemukan “High Resolution and Fast Functional Mapping of Cortical Circuitry Through a Novel Combination of Voltage sensitive dye Imaging and Laser Scanning Photostimulation” dengan nomor paten: 2009-623-1. Karya ilmiah internasionalnya lebih dari 56 publikasi di berbagai jurnal ilmiah bereputasi internasional.
Dia juga pakar internasional di bidang farmasi, jantung, neurosains, elektrofisiologi. Dialah dokter pertama dari Indonesia yang sukses menerbitkan karya ilmiahnya di Jurnal Nature, bersama Kuhlman SJ, Olivas ND, Tring E, Xu X, dan Trachtenberg JT berjudul “A disinhibitory microcircuit initiates critical period plasticity in visual cortex” tahun 2013.
Ikrar pernah menjadi Wakil Presiden I4 atau Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (International Indonesian Scholars Association) periode 2011-2015.
Ikrar akan mengaplikasikan temuannya lewat lembaga medis yang dia bangun, Advanced Medicine. Advanced Medicine mengobati dengan Cells Therapy, Growth Factors Stimulation, Particles Therapy, Nano-Therapy, dan Gene-Therapy. Advanced medicine bisa mengobati Cerebral Palsy, Parkinson Disorder, Post Stroke Rehabilitation, Emphysema, Ejection Fractions,Gangguan Cardiovascular dan Jantung, Diabetes Miletus, Autisme, Erection Dysfunction, Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), Kidney Failure, Penyakit Degeneratif, dan Regenerative Geriatric.