Taruna Ikrar: Dokter Jenius, Punya 63 Penemuan, Hampir Raih Nobel

Senin, 24 April 2017 | 07:00 WIB
Taruna Ikrar: Dokter Jenius, Punya 63 Penemuan, Hampir Raih Nobel
Taruna Ikrar. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Apakah Anda memberikan jaminan penemuan ini akan berhasil saat mengajukan dana penelitian?

Tidak. Ini berdasarkan ide dan reputasi saja. Dananya tidak harus dikembalikan, outputnya penemuan baru dan paten.

Berapakah hak panen yang Anda pegang?

Saya punya 3 hak paten. Pertama, alat pemetaan otak atau Laser photostimulation. Kedua, optogenetic. Ketiga kita masukan Advanced Medicine.

Sebenarnya ada satu lagi yang ingin saya patenkan soal partical theraphy. Tapi tidak akan saya patenkan karena untuk pengembangan penemuan lebih maju. Dalam riset, kami menemukan partikel sangat luar biasa yang ukurannya 200 nanometer dan 1.000 nanometer.

Ternyata ini mempunyai prinsip membuat regenerasi sel-sel itu bisa hidup kembali dan berkembang memperbaiki jaringan yang rusak. Temuan ini aplikasinya sangat luar biasa.

Jika saya patenkan, harus dilaporkan isi penemuannya dan setiap orang bisa copy dan kembangkan. Saya lebih memilih simpan penemuan ini dan langsung diaplikasikan ke orang, dan langsung terasa dampaknya.

Apa yang luar biasa dari penemuan soal partical theraphy ini?

Seseorang yang habis menderita kelumpuhan karena otaknya rusak, maka dengan menggunakan injeksi tertentu ke otaknya, bisa merangsang pertumbuhan sel-sel baru.

Sehingga kelumpuhan itu bisa recovery atau pemulihan, dan yang luka itu mengalami perbaikan. Proses pemulihannya lebih cepat daripada saya tanamkan sel biasa.

Seperti film science fiction, X-Men. Tubuh Wolverine bisa sembuh sendiri setelah dilukai…

Iya kira-kira begitu. Canggih kan?

Anda sempat dinominasikan mendapatkan Nobel Prize 2016 untuk bidang kedokteran. Bagaimana ceritanya?

Saya banyak terlibat di penelitian otak, saraf, dan jantung. Penemuan saya diajukan oleh University of California mengisi peluang nominasi Penghargaan Nobel Kedokteran 2016.

Seleksinya sangat ketat, harus bersaing dengan 250 lebih ilmuwan yang telah dinominasikan untuk Penghargaan Nobel 2016 dalam bidang kedokteran.

Akhirnya yang dapat Yoshinori Ohsumi, ilmuwan biologi dari Jepang. Tapi untuk menjadi nominasi pun sudah sangat bagus. Tidak sembaragan untuk didaftarkan jadi kandidat Nobel.

Anda sudah 15 tahun di Amerika, dan memutuskan tidak berkarir di Indonesia. Apa yang membuat Anda betah?

Saya sudah 17 tahun tinggalkan tahun kampung halaman. Tapi saya tuntaskan pendidikan spesialis, termasuk ke Jepang. Saya juga selesaikan pendidikan di Italia. Kalau di Amerika, hanya 10 tahun.

Dulu saya aktivis nasional saat mahasiswa, saya melakukan kerja keras untuk reformasi. Dulu saya ketua pengurus besar HMI bersama Anas Urbaningrum tahun 1997-1999. Karena saya pendiam dan dihabiskan sebagai ilmuan, makanya saya tinggalkan ke Indonesia.

Padahal saat itu saya dicalonkan masuk DPR dari utusan Golkar, saya tingkat kedua nasional. Tapi saya dapat beasiswa, lebih baik saya lanjutkan sebagai ilmuan dan tidak melanjutkan karir politik. Keahlian saya di bidang science dan bukan jadi penguasa.

Setelah sekitar tahun 2006 saya ke Amerika dan menyelesaikan post doctoral 2 tahun kemudian. Saat itu ingin kembali ke Indonesia dan mengajar. Tapi saat itu juga saya mempunyai karir yang berkembang di Amerika, menghasilkan paten yang pertama.

Sehingga karena ini semua menantang, saya bertahan di Amerika sebagai akademisi di salah satu universitas di dunia dan banyak menghasilkan Nobel Prize. Saya ingin kembali ke Indonesia, tapi tubuh saya di Amerika.

Makanya mulai tahun ini saya mengembangkan Advanced Medicine di Indonesia.

Kapan Anda akan full kembali ke Indoesia?

Susah untuk full di Indonesia. Di Amerika tugasnya besar. Sebenarnya pemerintah Amerika sudah sering meminta saya untuk pindah warga negara. Tapi saya tidak mau, cukup permanent residence saja.

Apakah Anda merasa akan terhambat jika pulang ke Indonesia? Salah satu peneliti terbaik Indonesia dan penemu alat pembasmi kanker, Warsito Purwo Taruno memutuskan kembali ke Polandia karena penemuannya tidak bisa diterapkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia melarang penemuannya dipraktikan.

Saya beda dengan Warsito. Warsito seorang engineer, saya dokter dan punya izin praktek di Amerika, Indonesia, India dan Jepang. Saya dokter untuk manusia, bukan mesin. Saya farmakologis, pakar obat-obatan.

Selain saya menemukan alat, tapi juga bisa mengaplikasikan secara medis.

Kelemahan DR Warsito, dia tidak punya keahlian untuk praktik kedokteran dan mengaplikasikan ke pasien. Dia bisa melakukan riset, tapi tidak boleh melakukan Clinical trials. Dia bukan medical doctor.

Saya pernah bicara dengan Warsito. Saya katakana seharusnya dia cukup berada di belakang mengembangkan teknologinya. Jangan ambil alih tugasnya dokter.

Biografi singkat Taruna Ikrar

Dr Taruna Ikrar, M.D., M.Pharm., Ph.D. adalah senior specialist dan peneliti utama Division Neurobiology, School of Medicine,  University of California, Amerika Serikat. Dia baru diangkat dekan di sana.

Ikrar lahir di Makasar, 15 April 1969. Ikrar menyelesaikan pendidikan dokternya di Universitas Hasanuddin, Makassar (1997). Sementara pendidikan Master Farmakologi (M.Pharm.) diselesaikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta pada tahun 2003. PhD (Philosophy of Doctor) dengan keahlian ilmu penyakit jantung (cardiology) diraih di School of Medicine, Nigata University, Japan, pada tahun 2008, dan menyelesaikan Postdoctoral Scholar di Departmental of Neurosciences, University of California, Amerika Serikat (2010).

Pada tahun 2009, Taruna bersama timnya berhasil menemukan “High Resolution and Fast Functional Mapping of Cortical Circuitry Through a Novel Combination of Voltage sensitive dye Imaging and Laser Scanning Photostimulation” dengan nomor paten: 2009-623-1. Karya ilmiah internasionalnya lebih dari 56 publikasi di berbagai jurnal ilmiah bereputasi internasional.

 Dia juga pakar internasional di bidang farmasi, jantung, neurosains, elektrofisiologi. Dialah dokter pertama dari Indonesia yang sukses menerbitkan karya ilmiahnya di Jurnal Nature, bersama Kuhlman SJ, Olivas ND, Tring E, Xu X, dan Trachtenberg JT berjudul “A disinhibitory microcircuit initiates critical period plasticity in visual cortex” tahun 2013.

Ikrar pernah menjadi Wakil Presiden I4 atau Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (International Indonesian Scholars Association) periode 2011-2015.

Ikrar akan mengaplikasikan temuannya lewat lembaga medis yang dia bangun, Advanced Medicine. Advanced Medicine mengobati dengan Cells Therapy, Growth Factors Stimulation, Particles Therapy, Nano-Therapy, dan Gene-Therapy. Advanced medicine bisa mengobati Cerebral Palsy, Parkinson Disorder, Post Stroke Rehabilitation, Emphysema, Ejection Fractions,Gangguan Cardiovascular dan Jantung, Diabetes Miletus, Autisme, Erection Dysfunction, Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), Kidney Failure, Penyakit Degeneratif, dan Regenerative Geriatric.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI