Yuliandre Darwis: Melanggar, Saya Langsung SMS Bos Televisi

Senin, 09 Januari 2017 | 07:00 WIB
Yuliandre Darwis: Melanggar, Saya Langsung SMS Bos Televisi
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi menurut anda undang undang penyiaran ini memang banyak bolongnya?

Sangat banyak celah. Karena saat pembuatan undang-undang ini di tahun 2002 tidak berfikir ada pemilihan umum 2004 dan saat ini. Bahkan tidak berfikir bahwa media dimiliki oleh politikus. Bahkan tahun 2014 ada insiden perhitungan cepat yang berbeda.

Saat itu akhirnya KPI hadir dan memberikan rekomendasi mencabut izin dua televisi itu ke Menteri Komunikasi dan Informatika. Karena untuk mencabut stasiun TV harus lewat pengadilan dan harus disepakati oleh dua lembaga yaitu KPI dan Kominfo. Kalau KPI ingin mencabut tapi menterinya tidak mau, tidak akan bisa.

Makanya tahun 2017 ini usia Undang-Undang penyiaran sudah 14 tahun. Saatnya dilakukan perubahan, dan sekarang sudah masuk ke DPR ingin dibahas.

Di mana letak bolongnya UU Penyiaran ini?

Salah satunya soal penambahan kategori iklan politik. Kalau iklan komersil boleh saja 10 kali dalam sehari. Tapi bagaimana kalau iklan politik ditayangkan sesering itu? Itu sudah dianggap memonopoli.

Yang kemarin itu sempat juga kita tegur, akhirnya dari 10 kali dalam sehari, menjadi empat kali dalam sehari. Sebab orang sudah paham iklan itu bicara soal kepentingan kelompok. Tapi jika kita berdebat secara undang-undang, kita kalah.

Anda termasuk yang termuda di komisioner KPI. Bagaimana membangun ketegasan untuk mengawasi lembaga penyiaran?

Posisi tegak sudah kita jalankan ketika beberapa kali program program yang dianggap memang harus ditegur. Bagi kami ini bicara soal sebuah kepentingan atas nama bangsa. Jadi dalam empat bulan ini KPI banyak mengurusi isu-isu strategis. Seperti perpanjangan izin televisi dengan syarat 7 komitmen, salah satunya masalah politik.

7 Komitmen Perpanjangan Izin Penyiaran:

1. Sanggup untuk melaksanakan seluruh ketentuan yang terdapat dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) dan kebijakan KPI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

2. Sanggup untuk menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan serta kontrol dan perekat sosial dalam rangka membangun karakter bangsa,

3. Sanggup untuk menjaga independensi dan keberimbangan isi siaran program jurnalistik, tidak dipengaruhi oleh pihak eksternal maupun internal termasuk pemodal atau pemilik lembaga penyiaran,

4. Sanggup untuk menjaga independensi dan keberimbangan terkait dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum,

5. Sanggup melaksanakan penayangan yang menghormati ranah privat dan pro justitia yang mengedepankan asas praduga tak bersalah secara proporsional dan profesional,

6. Sanggup untuk memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, antara lain berupa penggunaan bahasa isyarat dalam program siaran berita,

7. Bersedia untuk dilakukan evaluasi setiap tahun terhadap seluruh pelaksanaan komitmen dan bersedia untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan evaluasi sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan.

Meskipun undang undang tidak mengatur, tapi kami lakukan.

​Dalam sehari, berapa jumlah temuan KPI terhadap program-program yang melanggar?

Setiap hari mungkin bisa 5 sampai 6 temuan, bahkan lebih. Ketika menemukan sebuah pelanggaran, tidak semua mengirimkan surat teguran. Karena tenaga kita sangat kurang. Yang menonton TV untuk mengawasi program program di KPI hanya 4 sift.

Jadi KPI tidak bisa menunggu ditemukan program-program yang melanggar. Kita harus langsung terjun ke stasiun TVnya. Kami pernah mengadakan pertemuan dengan mereka untuk memberi tahu soal aturan Undang-Undang Penyiaran, tapi hanya 10 orang yang datang. Sementara 10 orang itu tidak mungkin memberitahu kepada ribuan orang karyawan di televisi.

Saya mendapatkan informasi, Anda bisa langsung mengirimkan pesan singkat kepada pemilik media jika ada pelanggaran. Apakah itu betul?

Iya betul. Semua CEO saya kirim pesan dan telepon. Karena ada cara pendekatan yang lebih simpel. Contohnya ketika demo 212 yang berakhir dengan rusuh, tidak ada waktu untuk mengirim surat. Saya langsung mengirimkan SMS kepada direktur utama TV swasta untuk mencegah pemberitaan yang sifatnya provokatif dan menayangkan kerusuhan di banyak tempat.

Saya bilang kembali masukan program utama saat itu, tidak terus-terusan menayangkan tentang demo yang rusuh. Saya bilang juga jangan seolah-olah bikin ada rusuh-rusuh di banyak tempat karena saat itu sudah terlihat damai.

Saya meminta media memperbaiki negara ini dengan cara yang baik dan tidak dengan cara yang otoriter.

Ketika terjadi kejadian seperti itu, harus segera. Karena untuk mendorong masyarakat untuk tidak gaduh. Jadi harus seperti itu. ​

Kadang-kadang pemilik media itu tidak nonton TV, jadi tidak tahu. Ketika saya SMS, mereka akan turun langsung ke pemimpin redaksi dan meminta tayangan dihentikan. Selama ini KPI tidak pernah menghubungi pemimpin redaksi, bahkan produser.

Kami tidak mengenal mereka. Yang dikenal KPI hanya direktur utama. Makanya surat KPI selalu ditujukan kepada direktur Utama.

Makanya KPI harus dekat dengan direktur Utama karena yang kita bina adalah industri. Bayangkan kalau kita ingin menghancurkan industri, tinggal tidak memberikan izin kepada TV. Maka 20.000 orang akan menganggur. Kalau kita block TV itu, ekonomi harus kita pikirkan.

Saat ini TV-TV juga kompak tidak menyiarkan langsung persidangan Ahok…

Sebelum persidangan Ahok kita mengadakan focus group discussion (FGD). Kami udang Komisi Yudisial, Mahakamah Agung, Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Dewan Pers, Menkominfo, dan para pemimpin redaksi. Saya jelaskan dampak jika sidang itu disiarkan.

Biasanya KPI menegur setelah siaran tayang, tapi ini mencegah dulu. Akhirnya tidak menayangkan live saksi-saksi. Agar tidak terjadi pengadilan jalanan seperti sidang Jessica kemarin. TV-TV membentuk opini di medianya dengan menghadirkan para pengamat. Bahkan saksi-saksi dihadirkan.

Komisioner KPI sering dituduh ada kedekatan khusus dengan industri media?

Buktikan kedekatannya seperti apa? Dekat itu memang harus karena kami mempunyai fungsi relugatif, yudikatif dan eksekutif. Karena mereka harus dikasih tahu harus begini lho.

Bayangkan kalau kami selalu dibenturkan terus dengan lembaga penyiaran, tidak akan selesai. Karena masing-masing menempuh jalur hukum. Kedekatan dengan industri harus kita lakukan.

Sebelum mencalonkan, Anda dekati dulu para pemilik TV?

Tidak. Saya tidak pernah. Tapi ada pemilik media yang merupakan kawan lama saya.

Soal blur juga pernah dipersoalkan publik. Bahkan acara kartun diblur…

Yang mem-blur itu bagian quality control di TV. Sementara di bagian ini sering berganti orang di TV. Kita melatih bagian quality control di TV di sekolah P3SPS agar mereka paham. Tapi industri TV itu kan padat karya, mereka kadang susah waktu untuk datang ke KPI.

KPI tidak melarang kartun untuk diblur. Lebay kalau diblur, begitu juga patung-patung. KPI hanya melarang benda-beda yang memancing birahi dan eksploitasi.

Komifo banyak block situs berbau radkal, bagaimana dengan TV?

Kalau TV agak sulit, mereka sifatnya free to air. Masyarakat bisa langsung menegur kalau TV itu mengujar kebencian, mereka akan dibully. Jadi tidak ada TV yang mengujar kebencian.

Dulu ada Radio milik Singapura yang dituduh mengujarkan kebencian dan dituduh menyiarkan soal ISIS di Batam. Tapi setelah dicek KPID, ternyata tidak benar. Radio itu hanya menyiarkan agama Islam.

Tapi kita ada PR juga, karena dalam UU Peniaran lingkup kami adalah TV dan Radio. Bagaimana dengan TV dan radio streaming? Kan kami tidak mengawasi itu.

Aliansi Jurnalis Independen pernah melakukan riset soal rating. Intinya mereka menyarankan dibentuk dewan pengawas rating untuk mengawasi lembaga rating. Anda setuju?

Saya sangat setuju. Tapi di UU kami nggak ada mengatur lembaga pengawas rating.

Bagaimana degan membentuk lembaga rating?

Kalau KPI diberikan kewenangan, boleh juga. Tinggal membangun infrastruktur dan mencari people meternya. Terutama dananya juga harus kuat. TV-TV juga sudah harus digital.

Biografi singkat Yuliandre Darwis

Yuliandre lahir 21 Juli 1980. Dia merupakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) periode 2016-2019. Yuliandre menyelesaian Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran, Bandung. Lalu memperoleh gelar master dan doktor di bidang Komunikasi Massa di Universitas Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam, Selangor, Malaysia.

Yuliandre pernah menjadi doktor ilmu komunikasi termuda. Dia memperoleh gelar doktor di usia 29 tahun.

Yuliandre pernah terpilih sebagai duta muda UNESCO dan mewakili Indonesia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Paris. Selain menjadi akademisi, Yuliandre pernah menjadi pengusaha dan tergabung di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Setelah  menjadi Ketua KPI, usahanya diserahkan ke keluarganya.

Selain menjadi Ketua KPI, sampai 2017 mendatang Yuliandre menjadi Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI). Dia pernah menjadi Staf Ahli Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada 2015. Saat ini Yuliandre masih aktif mengajar di sebagai dosen ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas, Padang. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI