Hendra Gunawan: Ilmuwan Matematika dengan Penemuan Rumus Mendunia

Senin, 28 November 2016 | 07:00 WIB
Hendra Gunawan: Ilmuwan Matematika dengan Penemuan Rumus Mendunia
Guru Besar Matematika ITB, Hendra Gunawan. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apakah Anda mengetahui sosok Pythagoras, Andrew Wiles, Isaac Newton,Wilhelm Leibniz, Leonardo Pisano Blgollo, atau juga Euclid? Mereka adalah ilmuwan matematika kelas dunia dan menemukan rumus-rumus.

Penemuan mereka masih dipakai sampai sekarang, teruama Pythagoras dan Isaac Newton. Di Indonesia, ada sosok yang sama seperti mereka, ilmuwan dan penemu rumus.

Tidak banyak ilmuwan Indonesia yang fokus di bidang matematika, jumlahnya sekitar 20-an orang. Salah satu ilmuwan matematika yang paling produktif dan terbaik adalah Hendra Gunawan.

Sampai Oktober 2016, Hendra sudah menemukan puluhan rumus, menerbitkan hampir 100 tulisan di jurnal ilmiah kaliber internasional, dan mendapatkan 20 lebih penghargaan.

Terakhir profesor Hendra mendapatkan Anugerah Komunikasi Indonesia dari Kementerian komunikasi dan Informatika dan Habibie Award sebagai ilmuwan paling produktif.

Mengapa bidang ilmu dan riset yang dilakukan Gunawan penting? Sebab jika tidak ada penemuan rumus-rumus matematika dasar, tidak akan ada benda-benda berteknologi tinggi seperti ponsel pintar, kamera digital dan komputer. Sebab produk digital yang dihasilkan benda-benda itu berasal dari pengolahan dana matematika dasar.

Salah satu penemuan terpenting Gunawan adalah rumus “sudut antara dua subruang”. Rumus ini sudah dirujuk oleh ilmuwan-ilmuwan kelas dunia di bidang biokimia, fisika, grafika komputer, optimisasi, dan vehicular technology.

Suara.com menemui Gunawan di sebuah hotel megah di Lembang, Bandung, Jawa Barat pekan lalu. Banyak cerita seru dari Gunawan, mulai dari penemuan-penemuannya, proses penemuan rumus matematika baru sampai kisah unik pendidikannya.

Berikut wawancara lengkapnya:

Tidak banyak matematikawan yang produktif seperti Anda. Bisa diceritakan, bagaimana awalnya Anda memutuskan mendedikasikan hidup ke bidang matematika?

Banyak yang benci matematika, tapi saya dari SMP sampai lulus dan kuliah langsung memilih bidang studi matematika. Karena merasa, di sana kekuatan saya.

Pada waktu itu, matematika sebagai program studi yang ‘kering’. Saya diterima langsung tanpa tes di ITB. Setelah lulus kuliah S1, saya langsung menjadi dosen matematika.

Lalu tak lama, saya ditugaskan belajar ke Australia dengan mengambil jurusan matematika murni. Saat itu juga tidak banyak yang tetap setia di bidang matematika murni.

Karena banyak yang pindah jalur ke teknik, komputer dan ekonomi. Tapi saya masih di matematika. Setelah pulang ke Indonesia, ternyata matematika murni banyak diperlukan.

Saya tidak tergiur dengan bidang lain yang dari sisi financial lebih menjanjikan. Bahkan propspektif karier juga. Saya hanya ingin tekuni yang saya suka. Buktinya saya bisa hidup nyaman juga saat ini.

Perjalanan pendidikan Anda di Australia sangat unik. Tidak perlu mendapat master, tapi langsung Ph.D. Apa itu benar? Bagaimana ceritanya?

Saya dapat beasiswa dari Bank Dunia. Saat itu proyek beasiswa itu sudah ada di periode terakhir, tinggal sisa pendidikannya 4 tahun. Saya berangkat tahun 1988. Saya daftar sebagai mahasiswa master yang bisa ditransfer ke program doktor atau master leading to Ph.D program.

Idealnya, kuliah master selama 2 tahun dan kuliah doktor 3 tahun. Tapii waktu yang saya punya hanya 4 tahun. Saya pun memanfaatkan peluang dengan bicara langsung ke pembimbing. Pembimbing bilang, saya harus menunjukan dulu kemampuan.

Apa yang Anda tunjukkan?

Saat itu sudah diberkan proyek penelitian Fourier Analysis. Penelitian ini sebenarnya buntu, karena yang saya tidak menemukan solusi untuk menemukan persoalan.

Saya menunjukan hasil itu ke pembimbing, hasilnya saya dipertimbangkan untuk lanjut ke program doktor. Saya kaget, karena penelitian ini tidak berhasil.

Kata profesor itu, saya dikatakan mengerti persoalan yang diteliti. Jadi dia menilai proses, bukan hasil. Tapi saat itu pertaruhan, kalau program doktornya nggak berhasil, saya tidak akan dapat gelar apa pun.

Dalam naskah penghargaan Habibie Award kemarin, Anda disebut sebagai inovator dalam area analisis fourier modern. Bisa Anda jelaskan apa itu fourier modern?

Analisis ini awalnya diperkenalkan seorang matematikawan Prancis, Joseph Fourier (1768-1830). Dia memperkenalkan deret fourier.

Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik untuk menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu. Analisis Fourier merupakan alat yang ampuh untuk memecahkan berbagai masalah, khususnya masalah yang berbentuk persamaan diferensial parsial yang muncul dalam sains dan ilmu rekayasa, dan tentunya untuk menganalisis signal seperti signal suara dan citra.

Deret fourier dipakai untuk memahami persamaan panas. Deret Fourier saat ini memiliki banyak penerapan di bidang teknik elektro, analisis vibrasi, akustika, optika, pengolahan citra, atau juga mekanika kuantum. Teknologi foto dan suara itu diolah dengan kode-kode matematika dalam matriks digital.

Apakah hasil penelitian Anda dipakai di dunia industri?

Saya di bidang matematika murni, tidak berani mengatakan teori itu langsung digunakan oleh industri. Ilmu saya ada di paling dasar untuk sampai berbentuk produk. Jadi temuan ini harus melalui banyak proses bidang ilmu lain.

Misal dibuat algoritma, lalu dijadikan program. Jadi melibatkan banyak bidang ilmu. Tapi kami berkontribusi besar untuk proses menjadi sebuah produk.

Apakah Anda menciptakan dan menemukan rumus-rumus baru?

Iya. Sebagai matematikawan murni, produknya rumus. Rumus ini bisa dalam bentuk dalil atau juga pernyataan. Hasil penelitian saya selalu dalil dann rumus.

Jumlahnya sudah puluhan. Apakah semua rumus menjadi penting dan dipakai, saya tidak mengklaim. Mungkin ada 1 atau 2 yang dipakai orang.

Apakah ada rumus yang dipakai oleh banyak orang?

Salah satunya rumus sudut antara dua subruang. Peneliti yang merujuk paper saya dari berbagai bidang. Di antaranya bidang biokimia, fisika, grafika komputer, optimisasi, dan vehicular technology.

Sekarang saya lagi menciptakan rumus-rumus berikutnya.

Bagaimana proses pembuatan rumus-rumus itu?

Saya hanya memerlukan kertas, pensil, dan bak sampah. Jadi akan banyak kertas yang terbuang. Kalau coretan itu benar, maka akan disimpan.

Berapa waktu yang Anda perlukan untuk menemukan rumus?

Bisa 2 sampai 3 tahun. Kalau paling cepat 1 tahun. Tapi dalam 1 tahun bisa menyelesaikan banyak makalah. Karena saya bekerja dengan tim yang ada di berbagai negara.

Kebanyakan di Indonesia, masuk ke Jurusan Matematika, maka akhirnya akan menjadi guru. Sejauh mana matamatika bisa diaplikasikan untuk kepentingan industri?

Kalau dulu, orang banyak berpandangan seperti itu. Buat apa belajar matematika, paling hanya menjadi guru. Kalau sekarang terbalik, “paling tidak jadi guru”. Jadi bisa mencapai karier lebih tinggi lagi. Tapi bukan bermaksud merendahkan guru.

Matematika, cabang yang sangat luas dan hidup berkembang. Banyak teknologi yang perlu matematika. Salah satunya persenjataan, teknologi dan perbankan. Banyak matematikawan yang mendapat nobel ekonomi.

Apakah Anda pernah terlibat dalam project industri swasta untuk menciptakan sebuah produk?

Belum. Karena industri di Indonesia tidak high tec. Tapi dari mahasiswa teknik elektro banyak yang mengembangkan ke sebuah alat. Misal membantu dokter memahami citra pemotretan. Hanya saya tidak pernah berklien langsung dengan rumah sakit. Saya masih bagian dari tim mereka.

Belum lama ini media sosial dihebohkan dengan posting seorang murid yang protes karena gurunya memberi nilai kecil ke tugas matematika. Sebabnya guru menilai murid itu salah dalam menulis proses pekalian. Hanya berbeda meletakan angka 4x3 menjadi 3x4. Bagaimana pandangan Anda?

Guru itu tidak pada tempatnya mempermasalahkan itu dengan siswa yang masih SD. Konsep itu harus dibangun dengan hati-hati dan tidak memberikan kesan kalau matematika terlalu rijid dan hanya ada satu interpretasi.

Perkalian munculnya dari mana, itu harus dipelajari guru dan memperkenalkan perkalian kepada siswa.

Apakah itu menunjukan kualitas guru matematika yang kurang?

Wapres JK bilang, kualitas guru kita harus ditingkatkan. Menteri Anies Baswedan juga pernah mengatakan itu. Tapi jika niatnya ingin meningkatkan mutu pendidikan, mutu guru harus ditingkatkan.

Peneliaan terbaru apa yang Anda lakukan?

Penelitian baru terbaru lahir dari penelitian yang sudah selesai. Saya ingin mendalami dari sisi mengukur energi, instrument mengukur energi. Kualitas suatu fungsi yang pas itu seperti apa.

Ambisi saya yang baru belakangan dijalankan adalah memasyarakatkan matematika lewat website. Salah satu website yang sudah diluncurkan, bermatematika. Saya punya misi yang baru 3 tahun belakangan ini.

Yang disajikan, tidak hanya penelitian yang terbaru dan rumit. Tapi konsep matematika yang lama, tapi belum banyak juga yang tahu. Siapa tahu ada bibit-bibit unggul matematika Indonesia yang sebelumnya tidak tertarik. Jadi ada anggapan, jadi matematikawan itu keren. Di dunia, banyak matematikawan juga sukses dan menemukan rumus dunia.

Di luar negeri, seperti IBM, Apple, dan industri digital memakai matematikawan sekelas doktor. Saya ingin ‘meracuni’ generasi muda tidak lari dari matematika.

Ada berapa peneliti bidang matematika seperti Anda di Indonesia?

Nggak banyak, 20-an paling. Kalau sekelas dunia, paling di bawah 10 orang.

Anda akhirnya mendapatkan penghargaan sekelas Habibie Award…

Yang lain banyak, tapi penghargaan yang lainnya tidak sebesar Habibie Award. Habibie Award penghargaan paling bergengsi yang pernah saya dapat.

Saya pernah dapat penghargaan dari Kedutaan Besar Australia sebagai alumni terbaik dari sana. Lalu juga dari ITB sebagai matematikawan paling produktif.

Biografi singkat Hendra Gunawan

Hendra Gunawan, ilmuan matematika kelahiran Desember tahun 1964. Saat ini Profesor Hendra adalah guru besar jurusan matematika Institut Teknologi Bandung (ITB). Hendra menyelesaikan gelar sarjananya di ITB. Lalu gelar master dan P.hd-nya dia dapat di University of New South Wales, Australia dengan mengambil studi matematika murni.

Hendra merupakan ilmuan Indonesia berkelas dunia. Dia banyak menerbitkan jurnal ilmiah di kalangan internasional. Selain menjadi pengajar di ITB, Hendra juga menduduki jabatan di organisasi internasional. Di antaranya Editorial Member of East Asian Journal on Applied, Editor-in-Chief of Journal of the Indonesian Mathematical Society, dan Member of Internal Quality Assurance Team formed by Academic Directorate DGHE.

Selama menjadi pengajar, dia sudah meluluskan 36 mahasiswa master dan 12 mahasiswa doktor, serta puluhan sarjana lain. Selama kariernya sebagai peneliti, dia sudah mendapatkan belasan penghargaan, termasuk Habibie Award.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI