Raymond Tjandrawinata: Melihat Potensi Obat Herbal di Indonesia

Senin, 17 Oktober 2016 | 07:00 WIB
Raymond Tjandrawinata: Melihat Potensi Obat Herbal di Indonesia
Raymond R Tjandrawinata. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saya merasa beruntung masuk ke Industri.

Apa masalahnya di industri? Tahun 1996 saya belajar macam-macam dan menilai, ini adalah tempat saya untuk mengembangkan dan menemukan obat baru. Saat itu banyak melakukan uji klinis di Amerika. Saya meluncurkan obat baru untuk pasar Amerika.

Lalu tahun 2000, saya pulang dan melihat potensi Indonesia besar bukan main dan belum didayagunakan. Tahun 2003, saya memprakarsai membuat laboratorium riset di Dexa Medica.  

Mungkin Dexa satu-satunya perusahaan obat yang melakukan riset di Indonesia. Karena investasinya sangat mahal.

Apa produk yang Anda kembangkan di Amerika saat itu?

Lebih mengembangkan produk dari kimiawi, latarbelakang pendidikan saya farmakolog molukuler. Ada beberapa bahan alam yang saya pelajari, tapi tidak dalam. Namu ada paradigma yang sama dan bisa diaplikasikan ke bahan apa saja. Termasuk bahan alam.

Mengapa Anda tidak memilih profesi sebagai dokter? Sebab farmakolog saat itu belum populer…

Saat itu memang profesi ini belum banyak. Tapi saat saya S1, saya suka bermain di laboratorium. Di S2 lebih suka lagi dengan berbagai eksperimen, sampai merasa itu lah tempat saya hidup. Saat itu saya mempelajari produk poliamin.

Poliamin adalah bahan natural yang ada di dalam tubuh manusia, tapi ternyata kanker sel itu memproduksi secara banyak. Sehingga saya mencaritahu bagaimana cara mengurangi kanker sel dengan cara mengurangi jumlah poliamin. Itu saya pelajari sampai disertasi.

Itu memberikan kepuasan saat saya menemukan suatu yang baru. Karena hasilnya kelihatan. Kemudian saya juga melakukan penelitian saat postdoctor study, saya meneliti prostaglandin. Saya mempelajari kanker prostat, jika prostaglandin dikurangkan maka kanker prostat berkurang. Begitu terjun ke perusahaan farmasi, hasil penemuan itu terlihat dan digunakan oleh dokter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI