Eni Lestari: TKI Asal Kediri Menembus Tembok Sidang PBB New York

Senin, 03 Oktober 2016 | 07:00 WIB
Eni Lestari: TKI Asal Kediri Menembus Tembok Sidang PBB New York
TKI asal Kediri di Hong Kong, Eni Lestari. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertengahan September 2016 lalu, Indonesia dibuat ‘menganga’ dengan munculnya seorang tenaga kerja Indonesia asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur di depan sidang Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-71, New York. Dia bicara di depan sidang itu.

Nama TKI itu, Eni Lestari Andayani Adi. Eni bicara tentang Migran dan Pengungsi atau High Level Summit on Migrant’s and Refugees. Jadi, Eni tidak hanya bicara tentang nasib TKI yang bekerja di sektor informal di luar negeri. Eni juga bicara soal kasus diskriminasi tenaga kerja migrant dunia dan nasib pengungsi dunia.

Sejak 1999, Eni bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Hong Kong. Uniknya, selain menjadi aktivis migrant internasional, Eni masih menjadi PRT. Di dunia aktivis, Eni saat ini menjadi Ketua International Migrants Alliance (IMA).

IMA adalah aliansi global pertama migran dan pengungsi yang mengorganisir organisasi massa migran dan pengungsi, serta lembaga-lembaga yang mendukung penuh pemberdayaan buruh migran dan pengungsi di tingkat internasional. IMA didirikan pada tahun 2008 atas kesepakatan beberapa kita dan gerakan massa yang mengorganisir atau melayani migran, pengungsi dan keluarganya.

Ternyata, di kancah Internasional, bicara di depan orang berdasi di PBB bukan pertama kali.

Dia pernah mendapatkan kesempatan bicara di PBB dalam forum negosiasi MDGs. Berbicara di High Level Meeting on the implementation of the post-2015 development agenda pada September 2015. Berbicara sebagai perwakilan CSO di Asia Pacific Regional Forum on Sustainable Development (APFSD).

Mendapatkan dukungan CSO terbesar untuk berbicara di pembukaan Development Summit 2015 tapi President of the General Assembly memilih Amnesty International. Selain itu Berbicara di Sesi Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Pengungsi dan Migran.

Suara.com mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Eni di Indonesia. Dia datang dari Hong Kong untuk bertemu dengan organisasi buruh migrant di Indonesia. Dia juga sempat bertemu dengan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri untuk menyuarakan kebutuhan buruh migrant Indonesia.

Berikut wawancara suara.com dengan Eni Lestari di berbagai tempat di Jakarta:

Bagaimana awalnya Anda bisa bicara di PBB kemarin?

Saya bicara di pembukan Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Migran dan Pengungsi atau High Level Summit on Migrant’s and Refugees ke-71 di New York, Amerika Serikat, 19 September 2016 lalu.

PBB membuka pemdaftaran pembuka untuk siapapun, KTT itu bisa dibuka siapa saja, saya termasuk daftar. Awalnya coba-coba, karena saya tidak punya harapan besar bisa bicara di PBB. Apalagi PBB tempat orangnya berdasi, bukan seperti saya, TKI yang jadi PRT. Jadi nggak berharap akan diterima saat masukan aplikasi itu.

Sebanyak 500 orang dipilih oleh sebuah komisi seleksi. Mereka memilih 30 orang, setelah itu nama-nama tersebut dibawa ke ketua sidang. Ketua sidang mempunyai dewan seleksi lagi yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai bidang. Mereka merekomendasikan saya untuk berpidato di pembukaan.

Secara garis besar, apa yang Anda sampaikan di PBB kemarin?

Saya menuntut Hak untuk mengakui kehadiran migrant dan pengungsi sebagai aktor yang bisa bicara sendiri. Makanya saat itu saya bilang, “tolong dengar kami, jangan bicara migrant tanpa migrant.”. karena selama ini di negara mana pun, banyak yang bicara migrant tanpa menghadirkan migrant.

Apakah mereka memberi tahu alasan memilih Anda?

Mengapa saya dipilih, mungkin karena lembaga yang saya wakilkan itu lembaga internasional yang berbasis di Hong Kong. Saya Ketua International Migrants Alliance (IMA).

Lembaga ini ada di 32 negara dan mempunyai 180 anggota orgaisasi. Saya juga sudah beberapa kali ngomong di PBB. Itu yang membuat mereka percaya, saya bisa bicara di depan sidang itu. Menurut salah satu staf, mereka sudah riset kiprah aku.

Saya bicara di PBB bukan keberuntungan, tapi proses yang sudah panjang.

Berangkat dari pengalaman saya pribadi, saya punya pengalaman dan 20 orang teman TKI Indonesia. Saya keliling dari kamar ke kamar lain, ngomong untuk membentuk perkumpulan. Yang penting mereka akan tahu mereka punya pilihan lain kalau lagi kena hukum. Sejak itu, pendidikan hukum ketenagakerjaan cara pemberdayaan.

Oktober 2000, saya dengan 5 buruh migrant lain membentuk ATKI. Berdirinya ATKI ini pintu masuk untuk pemberdayaan. Pendidikan hukum ketenagakerjaan dan menciptakan mekanisme pertolongan pertama bagi buruh migran sebagai pintu pemberdayaan.

Setelah itu mulai melakukan kegiatan-kegiatan lain seperti kampanye, sosial kebudayaan, advokasi, solidaritas, dan sebagainya. Kita juga bergabung menjadi anggota Asian Migrants Coordinating Body (AMCB) atau aliansi organisasi migran lintas kebangsaan di Hong Kong.

Sejak itu gerakan kami terus meluas. ATKI membentuk cabang Makau, Taiwan, dan ATKI Indonesia. Tiap tahun saya berjuang, saya percaya akan kekuatan persatuan TKI. Ini sebagai satu kunci perubahan.

Sementara PBB selama ini kan tidak pernah menyentuh akar rumput, jadi orang-orang yang bicara di PBB harus high level. Saya kaget, kenapa saya terpilih. Sebab saya datang dari kelas yang paling bawah. Saya shock aja.

Saat itu juga hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi…

Saat itu saya pesimis bisa bicara langsung dengan Menlu. Tapi ternyata Bu Retno menunggu saya di bawah. Setelah itu saya ditemui dengan Pak JK. Mereka mengapresiasi saya.

Anda sudah pernah bicara di PBB sebelum ini. Apa saja?

Sudah. Saya pernah mendapatkan kesempatan bicara di PBB dalam forum negosiasi MDGs. Berbicara di High Level Meeting on the implementation of the post-2015 development agenda pada September 2015. Berbicara sebagai perwakilan CSO di Asia Pacific Regional Forum on Sustainable Development (APFSD).

Mendapatkan dukungan CSO terbesar untuk berbicara di pembukaan Development Summit 2015 tapi President of the General Assembly memilih Amnesty International. Selain itu Berbicara di Sesi Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Pengungsi dan Migran.

Bagaimaa awalnya IMA terbentuk?

IMA adalah aliansi global pertama migran dan pengungsi yang mengorganisir organisasi massa migran dan pengungsi, serta lembaga-lembaga yang mendukung penuh pemberdayaan buruh migran dan pengungsi di tingkat internasional. IMA didirikan pada tahun 2008 atas kesepakatan beberapa kita dan gerakan massa yang mengorganisir atau melayani migran, pengungsi dan keluarganya.

IMA mengkampanyekan hak pekerja pumah tangga termasuk kasus-kasus besar dan tuntutan ratifikasi konvensi ILO 189, serangan dan kekerasan terhadap imigrasi dan rakyat berkulit warna di AS. Melawan pencurian gaji dan perdagangan manusia, kontrol perbatasan di Kanada dan negara-negara maju lain, penangkapan dan deportasi migran tidak berdokumen, pelayanan dan perlindungan oleh negara pengirim, krisis pengungsi di Europe, dan banyak lagi kebijakan pemerintah dan privat yang mengeksploitasi migran, imigran dan pengungsi.

Selama ini kami pakai dana mandiri. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI