Abdul Basit: Ahmadiyah dan Islam Santun Bertoleransi

Senin, 13 Juni 2016 | 07:00 WIB
Abdul Basit: Ahmadiyah dan Islam Santun Bertoleransi
Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basit. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahmadiyah, salah satu minoritas di Indonesia yang paling banyak mendapatkan intimidasi. Pengikutnya terus diusir karena dianggap berbeda dari ajaran Islam.

Intimidasi terhadap Ahmadiyah yang paling parah terjadi di sebuah pagi pada 6 Februari 2011. Saat itu kelompok intoleran menyerang warga Ahmadiyah di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten. Akibat penyerangan ini, tiga orang tewas mengenaskan.

Belum lagi nasib Jemaat Ahmadiyah yang ada di Transito, Mataram, Nusa Tenggara Barat yang tidak jelas. Mereka mengungsi karena terusir dari tempat tinggalnya.

Setelah itu, intimidasi atas nama agama terus dialami Jemaat Ahmadiyah. Anak-anak dan perempuan menjadi koran. Di Cianjur, Jawa Barat, anak dari warga Ahmadiyah hidup dalam ketakutan karena ancaman di sekolah.

Negara dianggap diam karena diskriminasi dan intimidasi terus terjadi.

Tahun 2016 ini, Ahmadiyah merayakan Khilafat ke 108 Tahun. Pada 27 Mei 1908 adalah hari bersejarah berdirinya khilafat Islam Ahmadiyah. Sudah 127 tahun, ajaran Ahmadiyah menyebar di dunia. Termasuk di Indonesia. Di Indonesia, Ahmadiyah sudah 91 tahun berdiri.

Sampai saat ini penganut Ahmadiyah sudah ada  di 207 negara. Jumlahnya jutaan, khusus di Indonesia jumlah jemaat Ahmadiyah mencapai ribuan. Tak ada angka pasti, kata Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basit.

“Belum lagi yang tidak menunjukan identitas dan simpatisan, jumlahnya banyak sekali,” kata Abdul Basit.

Suara.com menemui Abdul Basit secara khusus di Kampus Khusus Mubaligh Ahmadiyah di Parung, Bogor, Jawa Barat pekan lalu. Panjang lebar, lelaki yang selalu berkopiyah itu bercerita soal keadan terakhir jemaat Ahmadiyah Indonesia di tengah intimidasi yang terjadi.

Abdul Basit pun menekankan jika Ahmadiyah mengajarkan Islam yang sopan, indah dan toleran. Diskriminasi dan intimidasi yang dialami jemaatnya justru menguatkan organisasi yang dia pimpin. Dia mengklaim jumlah pengikut Ahmadiyah terus bertambah.

“Jadi tidak semuaya orang anti dan benci Ahmadiyah,” klaimnya.

Abdul Basit mengajak umat beragama di Indonesia menjunjung tinggi toleransi dan perbedaan. Menurutnya, Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Berikut wawancara suara.com dengan Abdul Basit dalam suasana santai di siang hari:

Di Indonesia, Ahmadiyah sudah 91 tahun berdiri. Sampai saat ini, seperti apa perkembangan organisasi ini?

Kalau di lihat, jumlah jemaat bergerak maju, banyak cabang-cabang baru. Adanya beberapa gelintir masyarakat yang tidak senang dengan Ahmadiyah, tidak membuat orang-orang sulit ingin mengetahui tentang Ahmadiyah. Sebab Ahmadiyah sudah lama masuk ke Indonesia, tahun 1925.

Walaupun pertumbuhan Ahmadiyah tidak terlalu pesat di awal-awal kedatangannya. Tapi saat ini semakin terbukanya informasi lewat internet, orang bisa mencari tahun indormasi Ahmadiyah. Baik informasi negatif maupun positifnya. Mereka juga mencari lewat website resmi kita, dari situlah. Ini yang menjadikan mereka ingin tahu. Jadi tidak semuaya orang anti dan benci Ahmadiyah. 

Apa yang membuat orang-orang mencaritahu tentang ajaran Ahmadiyah?

Orang-orang tertarik dengan gerakan, tujuan, sikap dan cara mengembangkan Islam yang toleran. Banyak konsep-konsep yang kita pelajari dan dipropagandakan, bahwa Islam itu damai. Apalagi dengan situasi yang saat ini, Islam yang carut marut.

Islam itu indah, toleran, sangat menghargai hak kewajiban terhadap sesama manusia. Islam itu kan menekankan kepada 2 hal saja, hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan manusia dengan manusia.

Sebagaimana dilakukan Rasul (Nabi Muhammad), untuk membina hubungan dengan Allah, ahlaknya musti bagus, itu pondasi. Tidak mungkin seorang manusia yang menjalin hubungan dengan Allah, tapi menyakiti sesama manusia. Karena sebelum rasul Muhammad sebelum diangkat jadi nabi, ahlaknya sangat luar biasa.

Kalau ada orang mengaku Islam yang taat tapi bakar gereja, itu ‘Islam-Islaman’. Itu yang banyak terjadi sekarang, banyak pihak yang menggunakan simbol Islam tapi kelakuannya begitu.

Seharusnya semakin orang bertakwa, semakin dia rendah hati, selalu toleran, menghargai orang lain, tidak merasa sombong, dan dia tidak mau merampas hak orang lain.

Rasul begitu toleran, namun banyak tokoh agama Islam dari kelompok tertentu yang mengklaim ajaran Rasul dalam melakukan hal intoleran. Bagaimana tanggapan Anda?

Hal yang menunjukan betapa tolerannya rasul, saat beliau kembali ke Mekkah. Selama masih banyak orang musyrik di sana, berhala-berhala tidak dihancurkan. Sampai tidak ada satu orang pun yang musyrik, barulah oleh para sahabat nabi meturunkan benda-benda berhala itu. Dalam Al Quran disebutkan, jangan kamu mencaci maki sesembahan orang.

Bukan kayak saat ini, apapun dihancurkan atasnama Islam, Islam yang mana itu? Sementara Rasul sangat toleran sekali.

Kita justru kasihan ke mereka, bagaimana mereka harus menjalankan agama itu dengan benar.

Berapakah jumlah Jemaat Ahmadiyah saat ini?

Di Indonesia, Ahmadiyah sudah hampir mempunyai 400 cabang. Jumlah mubaligh Ahmadiyah hampir 250 orang. Banyak masjid-masjid milik Ahmadiyah yang diperbaiki dan bangun kembali. Jumlah jemaat di Indonesia yang tercatat ribuan. Belum lagi yang tidak menunjukan identitas dan simpatisan, jumlahnya banyak sekali. Kalau di seluruh dunia sudah jutaan orang. Jumlahnya banyak di Indonesia, India dan Pakistan. Indonesia termasuk terbanyak di negara Asia. Tapi merata di mana pun, sampai Papua Nugini, Kepulauan Fiji dan Pasifik. Semuanya ada di 208 negara.

Kebanyakan mubaligh Indonesia ditempatkan di beberapa negara Asia, termasuk Papua Nugini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI