Ali M. Ya'qub: Waspada Dosa yang Terbungkus Ibadah

Senin, 22 Juni 2015 | 07:00 WIB
Ali M. Ya'qub: Waspada Dosa yang Terbungkus Ibadah
Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Musthafa Ya'qub. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pak JK pernah menyatakan jika masjid sebaiknya tidak menggunakan kaset atau perekam orang mengaji. Suaranya tidak boleh diperdengarkan lewat pengeras suara di masjid. Apakah itu pernyataan benar?

Masalah itu ada sejak Buya Hamka masih hidup. Jadi masalahnya bukan soal baca Quran-nya. Tapi soal gangguannya itu. Kalau baca Quran di  kamar sendirian dan didengar sendirian, tak apa. Tapi bagaimana jika pukul 02.00 dinihari? Banyak orang tidur. Apa mengganggu itu bukan sebuah kedzoliman? Ini setan membungkus kedzoliman dengan ibadah. Di daerah terpencil banyak sekali yang seperti itu. Setan membungkus memaksiatan dengan ibadah, manusia nggak tahu itu. Muslim yang baik, bukan muslim yang mendzolimi orang lain. Mendzolimi dari percakapan dan perbuatan.

Lainnya, misal cara membangunkan sahur pakai gendang dan piring dengan keliling kampung. Itu ganggu. Nah ini maksiat yang dibungkus ibadah juga. Membangunkan orang sahur itu okay, tapi masa pukul 02.00 dinihari.

Mereka yang melakukan itu semua banyak yang mengatasnamakan syiar agama...

Apa syiar itu? Apa mendzolimi manusia itu syiar? Di mana syiarnya? Nah agar tidak terjadi yang seperti ini, seharusnya ada aturannya. Tapi Kementerian Agama sudah ada. Tapi dalam bentuk imbauan saja. Nah itu nggak ada sanksi. Kecuali bentuk UU, polisi bisa turun tangan.

Aksi radikal juga kerap terjadi pada Ramadan. Seperti razia tempat hiburan, pendapat Anda?

Iya itu alasan syiar juga tapi mendzolimi orang. Itu di balik kata syiar, mereka mendzolimi orang lain.

Termasuk teraweh yang sampai menutupi jalan, itu dzalim. Ganggu orang lain. Sampai tutup jalan. Apakah menutup jalan sampai orang tidak bisa lewat, itu bukan dzalim? Apakah itu syiar?

Bisa kan salat di masjid tanpa mandzalimi orang? Waktu untuk salat teraweh itu sampai subuh. Waktunya sangat panjang. Tapi mengapa salat dibatasi waktu sampai pukul 21.00 dan dimulai setelah salat Isya. Salat taraweh bisa dilakukan pukul 01.00 dinihari. Seperti di Maroko, salat taraweh di sana 2 kali. Sore ada dan pukul 02.00 dinihari juga ada. Itu biar nggak ganggu jalan. Di Indonesia belum ada yang kayak begitu. Ini harus dibiasakan.

Anda mengumpulkan 17 kesalahan yang selalu dibenarkan dalam ramadan, apa saja itu?

Ini saya kumpulkan berdasarkan pengamatan dan bedah hadist. Karena selama ini banyak hadist palsu yang berhubungan dengan Ramadan. Ke-17 kesalahan itu, pertama, soal penetapan Ramadan menggunakan metode hisab, bukan ruk'yat. Jadi timbul perbedaan terus.

Lalu ada anggapan maksiat tidak boleh saat Ramadan. Padahal maksiat itu memang tidak boleh sepanjang tahun. Ini membuat pemahaman keliru. Kalau polisi mau razia, jangan cuma Ramadan tapi sepanjang tahun dong.

Anggapan lain kalau puasa tak boleh berbohong. Memang kalau nggak puasa, boleh berbohong? Selain itu anggapan bahwa semua dosa diampuni, itu salah. Tidak betul itu, yang diampuni itu hanya dosa-dosa kecil. Ada juga beranggap ibadah sunah sama dengan wajib. Keenam, anggapan jika melaksanakan ibadah wajib, maka pahala akan dilipatkan sampai 70 kali.

Ada lagi anggapan tiap malam ada keutamaan. Padahal tidak, hanya malam-malam tertentu. Lalu menghidupkan malam Ramadan dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Membatasi jumlah salat taraweh hanya 11 rakaat juga keliru. Padahal salat itu tidak pernah dibatasi. Hadist yang menyebut Nabi Muhammad salat 8 plus 3 itu dan dilanjutkan di rumah, hadisnya palsu.

Ada anggapan turunnya Al Quran di malam 17 Ramadan, itu salah. Nabi mengatakan 24 Ramadan. Di Ramadan kecenderungan mendahulukan yang sunah dan meninggalkan yang wajib. Semisal taraweh, awalnya ramai. Setelah itu sepi di akhir-akhir Ramadan.

Lalu ada yang menganggap salat witir itu hanya ada saat Ramadan. Pemborosan juga ada dalam Ramadan. Misal kalau mau beli karpet harus tunggu Ramadan, beli mobil tunggu Ramadan. Ramadan itu banyak diskon khusus, dan merangsang konsumerisme. Lalu ada anggapan bergembira datangnya Ramadan akan menghapus dosa dan dijauhkan api neraka. Pembagian Ramadan menjadi 3 periode juga saya perhatikan ini keliru. Kalau rasul itu cuma bagi dua, 20 hari pertama dan 10 hari kedua. Terakhir anggapan setan terbelenggu saat Ramadan.

Bagaimana dengan saur on the road?

Itu tidak boleh, sangat bermasalah. Yang diberi juga tidak puasa, kadang diambil lauknya saja kok. Itu untuk mencari popularitas saja. Memberi sahur harus membawa kru, harus dipotret dan disiarkan. Memberi itu bagus sekali, tapi harus dengan cara yang benar juga.

Profil Ali Musthafa Ya'qub

Ali Mustafa Yaqub lahir di Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952. Ali dibesarkan dalam lingkungan Pesantren sejak 1966. Dia mendalami agama pertama di Pondok Pesantren Seblak Jombang sampai tingkat Tsanawiyah 1969. Setelah itu dia nyantri di Pesantren Tebuireng Jombang. Ali banyak belajar agama dari kyai sepuh. Di antara Idris Kamali, Adlan Ali, Shobari dan Syansuri Badawi.

Tahun 1976 Ali berkuliah di Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia. Kemudian dia melanjutkan ke Universitas King Saud, Jurusan Tafsir dan Hadis. Kini Ali aktif mengajar di Institut Ilmu al-Quran (IIQ), Institut Studi Ilmu al-Quran (ISIQ/PTIQ), Pengajian Tinggi Islam Masjid Istiqlal, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) al-Hamidiyah, dan IAIN Syarif Hidayatullah. Tahun 1989 dia mendirikan Pesantren Darus-Salam di desa kelahirannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI