Kak Seto: Melindungi Anak Perlu Orang Sekampung

Senin, 25 Mei 2015 | 07:00 WIB
Kak Seto: Melindungi Anak Perlu Orang Sekampung
Pemerhati Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bagaimana usulan soal pencabutan hak asuh orangtua yang berbuat kekerasan kepada anak sendiri?

Iya memang seperti itu. Dengan UU Perlindungan Anak, negara itu melindungi anak. Jadi tidak bisa, jadi anak ini bukan hak orangtua, tapi hak anak untuk tumbuh berkembang dengan sehat. Kalau ada anak yang hidup di lingkungan orangtua dengan kekerasan, itu harus diselamatkan. Tidak bisa dibiarkan saja. Karena ini bukan hak dari orangtua. Kita bisa mencabut hak kuasa asuh dari orangtua kalau melakukan kekerasan.

Anak-anak kan butuh asuhan dari orangtua...

Bukan dari orangtuanya, tapi anak butuh asuh dari orang dewasa yang mencintai mereka. Ini bukan hubungan darah atau tidak. Kalau orangtua pelaku kejahatan yah nggak mungkin dong. Sekali pun anak-anaknya masih kecil. Sejauh anak itu bilang nggak mau tinggal sama orangtuanya, nggak bisa dipaksa itu. Mereka bisa diasuh sama panti asuhan, atau siapa pun yang ingin mengasuh. Nanti pencabutan hak asuh anak oleh pengadilan. Banyak yang sudah terjadi.

Media juga menjadi sorotan karena banyak yang menampilkan sosok anak korban kekerasan, Anda sependapat?

Media belum ramah anak. Saya selalu menyampaikan jangan sampai terjadi kekerasan untuk yang kedua kalinya terhadap anak yang dilakukan media. Berita ini seksi, tapi hormati hak anak. Makanya jangan banyak media datang ke rumah aman di Cibubur.

Takutnya ada yang numpang top. Makanya saya pernah datang tengah malam. Anak ini sudah korban kekerasan, jangan diekspose. Pemberitaan itu bisa membuat mereka stress lagi. Makanya media harus sementara mundur. Biarkan mereka menikmati masa tenang.

Bagaimana solusi jangka pendek untuk melindungi anak-anak dari korban kekerasan?

Segera bentuk Satgas Perlindungan Anak di setiap RT. Saya waktu itu kampanye di Jawa Timur, saya bilang sama Wakil Gubernurnya, coba jadikan Jawa Timur menjadi provinsi pertama yang seluruh di kabupaten dan kota yang RT/RW-nya punya Satgas Perlindungan Anak. Kata dia oke, tapi nggak tahu deh terjadi apa nggak.

Bupati Banyuwangi sama Jember juga katanya oke akan direalisasikan, sampai saya bilang kalau saya sanggup untuk membimbing, tapi belum ada. Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak juga perlu membuat buku saku saja soal inti perlindungan anak. Bagikan saja ke RT/RW. Tapi itu sekadar usulan saja.

Kalau dari sisi perundang-undangan, apakah ada yang kurang untuk melindungi anak?

Undang-Undang ini sudah sangat bagus. Tinggal implementasinya aja, jangan cuma sekadar wacana tingkat atas. Harus dibangun dari bawah. Republik ini akan bubar kalau kekerasan kepada anak tidak dihentikan. Jika tidak mereka akan tumbuh menjadi pemimpin yang penuh dengan kekerasan.

Apa dampak nyata dari seseorang yang di masa kecilnya hidup dengan kekerasan?

Saya mewawancarai anak-anak pelaku bulying, pelaku tawuran, anak yang membunuh temannya sendiri, itu semua adalah korban kekerasan. Khususnya pelaku bulying. Ayah galak, ibu galak, kadang dalam sebulan sekali itu ada anak-anak yang lari ke saya karena nggak betah di rumah. Mereka mau tinggal di rumah saya.

Untuk mencegah kekerasan anak di keluarga, bagaimana solusinya?

Palajari parenting, bagaiamana cara mendidik anak. Kita harus tegas, tapi tidak dengan keras. Saya di rumah, kalau malah hanya diam. Jadi anak nggak tersakiti hatinya. Utamakan dialog, bisa bekerjasama. Jangan berharap anak itu jadi penurut. Tapi yang bisa bekerjasama. Mendidik anak jangan menjadi bos, tapi jadikan anak sebagai sahabat.

Saya pernah diprotes, karena sedikit waktu untuk anak. Makanya sekarang saya kalau pergi harus ada izin dari anak-anak. Saya juga mempunyai jadwal kegiatan. Di hari-hari itu jadwalnya harus ada untuk anak-anak. Saya tulis di kertas.

Bagaimana melatih agar calon orangtua tidak mudah emosi?

Coba setiap pagi, berdiri di depan kaca dan tersenyum. Terus lakukan itu. Mulai hari dengan senyuman. Daripada cemberut, tegang, stress. Setelah itu kalau mau ngomel, ngomelnya bisa nggak sambil nyanyi. Di dekati dengan nada indah. Kalau anak diomelin, anak selalu melawan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI