Suara.com - Jumlah WNi yang bergabung dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah diperkirakan mencapai lebih dari 500 orang. Memang, tidak semuanya berjuang mengangkat senjata bersama anggota ISIS lainnya. Tetapi, ada juga yang hijrah.
“Kami tidak bisa mengawasi semua WNI yang pergi ke luar negeri dan ketika sudah sampai di negara tujuan lalu berubah pikiran,” kata juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris.
BNPT menerapkan dua strategi dalam mencegah penyebaran ideologi ISIS yaitu hard approach dan soft approach. Saat ini, fokus kepada soft approach antara lain menggandeng tokoh agama untuk memberi penjelasan tentang makna jihad sebenarnya.
Simak perbincangan suara.com dengan juru bicara BNPT Irfan Idris yang dilakukan usai BNPT bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia membahas tentang ideologi ISIS ini.
Semakin banyak WNI yang ingin bergabung dengan ISIS bagaimana BNPT melihat fenomena ini?
Ini sebenarnya bukan tanggung jawab BNPT saja tetapi juga harus diawasi oleh berbagai pihak. Dari yang kami pantau, WNI yang berangkat ke Suriah itu hanya punya dua tujuan yang berjihad dengan ISIS atau hijrah. Kalau perempuan biasanya membantu untuk memasak. Pemimpin ISIS berupaya untuk menambah jumlah warganya dengan berbagai cara serta akan memberikan gaji yang besar. Itulah yang menarik bukan saja WNI tetapi juga warga negara lain di belahan dunia.
Kenapa banyak WNI yang bisa dengan mudah pergi ke Turki atau Suriah untuk bergabung dengan ISIS?
Nah ini yang harus kita cari tahu, mungkin mereka menggunakan paspor palsu dan ada modus baru yaitu ikut dengan rombongan wisata seperti yang dialami WNI yang hilang di Turki setelah memisahkan diri dari rombongan wisata. Yang diperlukan saat ini adalah ketegasan pemerintah, kalau perlu larang semua WNI untuk bepergian ke Turki dan Suriah. Presiden harus membuat aturan yang melarang sementara WNI pergi ke dua negara tersebut. Pemerintah jangan terlalu lunak dalam mencegsh fenomena ini. Karena semangat mereka yang ingin bergabung dengan ISIS sangat besar.
Apakah ada cara yang bisa dilakukan agar WNI tidak mudah terbujuk untuk mau bergabung dengan ISIS?
Strategi kita sebenarnya cukup bagus tetapi perlu waktu. Ini penyakit untuk idelogi tentunya harus kita counter dengan ideologi juga. Ideologi seperti itu harus dilawan dengan ideology Pancasila, perlu pelibatan komponen masayarakat. BNPT melibatkan tokoh-tokoh agama dalam rangka memberikan pencerahan. Karena, kalau tidak tercerahkan maka mereka akan berangkat ke sana. Mereka yang bergabung dengan ISIS ini galau dan masih terus mencari. Mereka yang masih berusia muda masih mencari jati diri dan ditemukan lah ISIS untuk berjihad. Padahal jihad itu luas maknanya.
Strategi kita banyak tetapi strategi yang kita mainkan adalah hard approach dan soft approach. Hard approach tidak cukup berhasil maka kita lakukan pendekatan soft approach seperti pembinaan dan pendampingan. Butuh waktu, strategi dan proses serta anggaran.
Kenapa tidak menerapkan pendekatan hard approach?
Hard approach sudah sejak lama diterapkan, dari era Orde Baru. Tetapi sekarang masyarakat sudah semakin cerdas, tidak bisa lagi kita terapkan. Dan hard approach itu sekarang ada bidang-bidangnya kalau terkait penindakan itu urusan polisi. Hard approach saja tidak cukup, karena setelah selesai menjalani masa hukuman maka akan beraksi lagi. Karena itu, perlu pendekatan soft approach yaitu bagai mana membina mentalnya.
Polisi menyebut ada penyandang dana yang membantu WNI untuk bergabung dengan ISIS, apakah ini orang yang sama dengan yang mendanai kelompok radikal di Indonesia?
Bisa sama dan bisa juga beda. Kita musti membedakan antara simpatisan dengan fanatik. Kalau simpatisan itu biasanya hanya sekadar simpati saja tetapi kalau fanatik itu akan melakukan apa saja untuk bisa bergabung. Data intelijen di polisi tentu lebih akurat kalau kami di BNPT lebih kepada upaya pencegahan. Karena itu, BNPT bekerja sama dengan MUI untuk memberikan pencerahan tentang arti jihad yang sebenarnya. Kita harus imunisasi masyarakat agar tidak terkena virus ideologi ISIS.
Soal 16 WNI yang hilang di Turki, apakah BNPT sudah mendeteksi bahwa mereka akan pergi ke Suriah?
Tidak mungkin kita mendeteksi semua orang yang mau ke luar negeri. Karena, bisa saja mereka pergi ke luar negeri untuk liburan tetapi ita sampai di sana niatnya berubah. Mana bisa kita menebak isi hati orang.