Suara.com - Ada perempuan Indonesia yang terlibat langsung di ajang Piala Oscar, penghargaan paling bergengsi di industri film dunia. Dia adalah Irma Hardjakusumah.
Sejak 2002, Irma sudah mulai berkecimpung di ajang Oscar dalam merancang Governors Ball atau pesta yang dilakukan setelah acara pemberian penghargaan kepada para pemenang. Bukan hanya Oscar, Irma juga dipercaya mengerjakan acara pesta di Emmy yang merupakan Oscar di industri televisi.
“Di sini tidak ada jalan pintas. Semua yang mau berhasil harus bersedia untuk kerja keras dan mulai dari bawah,” kata alumni Universitas Indonesia itu.
Irma meninggalkan Indonesia pada 1998, tidak lama setelah kerusuhan melanda negeri ini. Tujuan utamanya adalah mengambil kursus singkat selama enam bulan di bidang design di Los Angeles, Amerika Serikat.
Enam bulan di sana, Irma justru mulai kebanjiran tawaran bekerja. Satu per satu tawaran kerja mulai berdatangan hingga tidak terasa sudah 17 tahun ibu satu anak itu menetap di Los Angeles, Amerika Serikat. Bukan hanya mendapatkan pekerjaan dan prestasi yang melambungkan namanya, Irma juga mendapatkan jodohnya di Negara Paman Sam itu.
Irma (39 tahun) yang menyebut dirinya sebagai seorang desainer multidisiplin itu menjawab pertanyaan suara.com melalui surat elektronik dan juga sambungan telepon internasional.
Kapan pertama kali dipercaya menghandle Governors Ball Oscar?
Pertama kali terlibat sebagai lead designer/set designer itu tahun 2009. Tapi sebenarnya tahun 2002 dan 2003 aku juga terlibat cuma waktu itu hanya sebagai junior designer yang membantu atasanku di Ethos Design.
Bagaimana perasaannya ketika untuk kali pertama menangangi Governors Ball Oscar?
Rasanya cukup surreal. Apalagi waktu pertama kali melihat namaku sendiri di list credit liputan acara Oscar disini. Tapi yang paling mengesankan adalah ketika aku menerima surat terima kasih dari Academy of Television Arts and Sciences (ATAS) pada setiap akhir proyek untuk kontribusiku untuk the Primetime Emmys Governors Ball yang ditanda tangani oleh 3 orang pimpinan komite. Ini seperti koleksi berharga buatku...
Gugup atau justru merasa tertantang ketika mendapatkan pekerjaan di Oscar?
Tertantang. Tapi semua proyek buat aku itu adalah tantangan. Besar, kecil, high profile, low profile. Aku selalu berusaha konsisten. Soalnya orang yang sedang mempertimbangkan untuk memberikan proyek untukku biasanya tidak melihat proyek Oscar saja. Mereka melihat secara keseluruhan. Melihat bagaimana track record aku dengan team member lain (seperti tim lighting, tim truss and rigging, tim audio, dsb), track record aku dalam mendesain yang on-budget. Mereka lebih mencari consistency dan dependability.
Apa sebenarnya tugas utama dalam setiap acara Oscar?
Saya tergabung dalam tim desain Governors Ball. Di dalam tim kami ada saya (set designer), lighting designer, technical director, dan tergantung tema tiap tahun, kadang-kadang kita berkolaborasi dengan tim desain grafis atau seperti tahun lalu dengan tim florist. Biasanya produser (Cheryl Cecchetto dari Sequoia Productions) dan Ball Chair (Jeffrey Kurland dari AMPAS) akan memberikan tema, storyline dan art direction. Biasanya saya yang pertama kali bekerja (di antara tim) untuk mengembangkan tema ke dalam ruang. Dalam fase ini saya akan membuat banyak sekali sketsa konsep, karena tema bisa dikembangkan ke dalam beberapa langgam desain ataupun format ruang.
Seperti ketika tahun lalu mereka memilih tema Starry Night. Saya kembangkan ke beberapa kemungkinan 'ruang'. Pada saat ini kita bisa membicarakan banyak kemungkinan. Salah satu konsep yang saya gambar waktu itu adalah konsep vertical garden dimana semua dinding terbuat dari tekstur tanaman dan setting ruang dibuat seperti taman. Dan itu yang dipilih.
Dari situ saya mulai bekerja dengan tim, untuk 'menyembunyikan' lampu, 'menyembunyikan' speaker, menutupi sisa ballroom yang tidak tertutup set untuk menghasilkan ilusi taman tersebut. Dari situ baru saya membuat gambar kerja atau technical drawing dan spec, yang dipakai untuk fabrikasi. Dan untuk proses install.
Apa kesulitan yang pernah dialami saat merancang acara Governors Ball?
Ballroom yang digunakan untuk acara tersebut tergolong ballroom yang cukup sulit. Langit-langitnya rendah, jadi kita selalu tertantang dalam masalah audio, pencahayaan dan HVAC. Apalagi hampir tiap tahun kita selalu membangun ruang 'parasit' (lantai, dinding dan langit-langit buatan). Jadi setiap ganti desain membutuhkan upaya yang cukup besar untuk mempertimbangkan segala unsur fungsi bangunan tersebut. Seperti dalam set tahun ini. Kita membangun dinding buatan (dalam gaya bangunan underground th 1930-an) yang menutupi setiap inci dinding ballroom. Jadi saya harus membuat 'grill' buatan di beberapa spot untuk tidak menghambat jalur AC.
Loading juga cukup menantang di lokasi ini. Untuk produksi event, sebenarnya yang ideal adalah mengerjakan prefab sebanyak-banyaknya, jadi di lokasi tinggal menyambung-nyambungkan. Namun jalur dari loading dock ke ballroom tidak memungkinkan transportasi benda-benda yang relatif besar. Jadi itu menjadi pertimbangan khusus waktu saya mengerjakan dokumen fabrikasi. Dan sangat menentukan apa yang mungkin dan tidak mungkin dalam mengusulkan desain.
Mana yang lebih tinggi tingkat kesulitannya, memegang acara Governors Ball Oscar atau Emmy Award?
Kalau buat pekerjaan saya, Oscars Governors Ball tingkat kesulitannya lebih tinggi. Sebagian besar karena lokasi dan tipe ballroom/ruangnya. Emmys Governors Ball berlokasi di Convention center, di mana langit-langitnya dua kali lebih tinggi dari ballroom oscars dan truk bisa masuk sampai pintu convention center.
Dari mana biasanya mendapatkan ide sebelum merancang sebuah acara?
Tema dan art direction biasanya diberikan oleh produser dan ball chair. Mereka yang menentukan 'cerita' acara tersebut. Terkadang konsep saya bisa mempengaruhi alur cerita, seperti indoor garden tahun lalu tersebut (karena pada saat itu kita mempertimbangkan beberapa scenery: mulai dari solarium, ruins,dsb), tapi tidak selalu.
Seperti tahun ini, produser saya ingin menampilkan koleksi foto the Academy. Lalu kita mulai proses desain dan saya mengusulkan ruang-ruang yang lebih abstrak dan modern. Tetapi ball chair-nya Jeffrey Kurland sangat menyukai setting zaman 'speakeasy' antara tahun 1920-1930. Akhirnya itulah yang kita kembangkan.
Pernah mengalami kegagalan atau merasa gagal dalam menjalankan pekerjaan? Bagaimana cara memotivasi diri untuk bisa bangkit lagi?
Pernah banget. Tergantung. Kalau kegagalannya berakar pada production (misalnya masalah eksekusi atau logistik) solusinya lebih simpel, yaitu persiapan yang lebih baik. Production biasanya bermasalah kalau terkait waktu (last minute atau sebangsanya). Yang lebih sulit kalau kegagalan itu berakar pada desain. Misalnya keputusan desain yang salah: seperti salah pilih material, atau sesuatu yang luput dari perhitungan. Dan karena sifat ruang yang saya kerjakan itu selalu berubah, setiap proyek punya risiko sendiri-sendiri. Sejalan dengan waktu dan pengalaman, saya belajar untuk memilih 'risiko yang lebih kecil'.
Bagaimana kiat menghadapi kompetitor di industri ini?
Selalu mengembangkan diri. Cari tahu teknologi baru. Jangan sungkan belajar dari profesional lain, seperti tim lighting, tim projection tim AV ataupun dari tukang las, tukang kayu. Konsentrasi untuk menghasilkan karya yang baik, dan jangan terlalu fokus untuk mengalahkan kompetitor. Sering-sering berkolaborasi. Kolaborasi itu membangun hubungan kerjasama, dan terkadang bahkan seorang kompetitor pun bisa menjadi kolaborator yang baik.
Momen apa yang paling tidak terlupakan saat menghandle acara Oscar atau Emmy?
Ketika saya menerima surat terima kasih dari Academy of Television Arts and Sciences (ATAS) pada setiap akhir proyek.
Sebagai designer asal Indonesia, apakah ada perbedaan atau diskriminasi selama tinggal di Amerika?
Tidak pernah. Mereka sangat menghargai pendapat dan talenta masing-masing individu. Mungkin karena memang disini adalah dunia imigran ya.
Apa yang selama ini dilakukan sehingga dipercaya untuk memegang acara acara besar di sana?
Di sini tidak ada jalan pintas. Semua yang mau berhasil harus bersedia untuk kerja keras dan mulai dari bawah. Biasanya saya mendapatkan pekerjaan berdasarkan referral atau review dari orang-orang yang pernah bekerja dengan saya (mouth to mouth). Selama 17 tahun saya berkecimpung di dunia ini Alhamdulillah saya telah mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan bekerja dengan big players in the industry seperti para produser, para ahli lighting, technical directors, berbagai agency dan production houses bahkan end clients seperti Burberry London, Swarovski di Zurich, Patek Philippe di Geneva, dll.
Apa kunci utama bisa meraih sukses di Amerika?
Good work ethic, skilled in your field, great team player dan always keep your words/promises. Atau: jangan menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa kita penuhi.
Sudah belasan tahun tinggal di Amerika, apakah ada rencana untuk 'menaklukkan' Indonesia?
Hahaha...itu sangat menarik. Tentu saja mau.
Hal apa lagi yang masih ingin dicapai dari pekerjaan sebagai designer interior di AS?
Sebenarnya saya adalah seorang desainer multi-disiplin. Saya pernah dipanggil interior designer, exhibit designer, event designer, set designer, museum designer, furniture designer, stage designer, retail designer....dan semua itu sebenarnya tidak salah. Karena saya memang pernah mengerjakan semua itu (cukup rata malah hahaha). Dan saya sangat menikmati cross-disciplinary approach dalam desain. Terutama untuk ruang ruang temporer. Jadi mungkin yang masih ingin dicapai mengerjakan film kali ya?
Masih ada mimpi yang saat ini belum terealisasikan?
Terlalu banyak
Soal honor, apakah juga ada pembedaan antara designer interior dari Asia dengan non Asia?
Di sini ada quote 'You don't get what you deserve. You get what you negotiate.' Dan saya setuju sekali dengan kalimat ini. Seperti yang telah saya paparkan, saya tidak pernah merasakan perbedaan yang berkaitan dengan SARA. Tetapi honor itu berkaitan dengan bagaimana kita menetapkan apa yang kita inginkan dalam masalah kompensasi. Sering sekali saya melihat desainer-desainer berbakat yang tidak berani meminta kompensasi sesuai value mereka. Dan sayangnya sebagian besar dari mereka adalah desainer wanita. Jadi saran saya untuk masalah honor adalah untuk tidak mengharapkan klien menawarkan harga tinggi karena kita tahu kita berbakat.
Tetapi untuk mengetahui kelebihan-kelebihan kita yang bisa menguntungkan klien dan meminta kompensasi yang rasional, yang bisa menguntungkan kita dan menguntungkan klien. Selalu mencari balance di mana honor tersebut masih merupakan win-win situation buat kita dan klien. It is afterall, a business.
Ada saran buat para desainer interior di Indonesia yang mungkin punya keinginan untuk bisa meraih sukses di luar negeri?
Always do good work. Good work will travel far. Good work will get you noticed.