Suara.com - Setelah sempat berada di bawah Kementerian Pariwisata, sektor ekonomi kreatif akhirnya dikeluarkan dari Kementerian. Pemerintahan Jokowi-JK membentuk Badan Ekonomi Kreatif, sebuah badan baru yang mendapatkan tugas untuk mengembangkan perekonomian kreatif.
Triawan Munaf ditunjuk sebagai Kepala badan ini. Ayah dari penyanyi Sherina ini memang sudah tidak asing lagi di dunia industri kreatif. Dia sempat berkecimpung di dunia music lalu masuk ke dunia kreatif lalu menjadi pengusaha dan masuk ke dunia politik.
Mantan pencetus kampanye Salam 2 Jari ini mengakui bahwa potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar. Bukan tidak mungkin, di masa yang akan datang justru ekonomi keatif bisa menjadi tumpuan dalam meraih devisa negara. Pekan lalu, suara.com berbincang dengan Triawan Munaf di salah satu café di Jakarta Selatan.
Dia berbicara banyak tentang tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pelaku ekonomi kreatif hingga target yang akan diraihnya selama memegang jabatan sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif.
Kapan Anda pertama kali diminta untuk menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif oleh Presiden Jokowi?
Sebenarnya saya diminta oleh para pelaku ekonomi kreatif untuk mengisi posisi ini. Ketika Pak Jokowi sudah mulai terlihat menang, para pelaku ekonomi kreatif minta ke Pak Jokowi agar ekonomi kreatif dipisah dari Kementerian Pariwisata dengan segala perjalanan Kemenparekraf yang tidak memuaskan mereka. Mereka ingin badan ini bisa bekerja lebih fleksibel, lintas sektoral, tidak berbentuk Kementerian dan di bawah Presiden. Pak Jokowi ternyata juga punya passion yang sama setelah melihat Korea yang maju ekonomi kreatifnya. Beliau berpendapat ekonomi kreatif di masa yang akan datang sangat penting sekali.
Lalu apa sebenarnya tugas dari Badan Ekonomi Kreatif ini?
Nantinya Badan ini akan berdiskusi dengan sub sektor- sub sektor yang masuk dalam kategori ekonomi kreatif dan membahas masalah-masalah apa saja yang mereka alami. Ada 16 sub sektor yang masuk dalam ekonomi kreatif ini. Lalu wacana untuk membentuk badan ini diajukan ke Jokowi dan Jokowi setuju. Lalu ditanya siapa yang akan jadi kepalanya, para pelaku ekonomi kreatif ini mengajukan nama saya. Jadi bukan Jokowi yang minta. Saya memang sudah berada di sekitar Jokowi selama kampanye karena penggagas kampanye Salam 2 Jari kan saya dengan Abdi Slank.
Anda tidak keberatan ketika diusulkan untuk menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif?
Saya sempat bertanya kepada mereka, kenapa saya? Mereka menjawab, tidak ada lagi calon yang lebih pas selain saya. Mereka bilang saya pernah di bisnis, pernah di industri kreatif dan saya kenal banyak orang. Saya anggap ini sebagai amanah. Dan Jokowi sepertinya tidak ada masalah dengan usulan itu. Tapi, sampai sebelum pelantikan saya tidak pernah tanya kapan akan dilantik. Tiba-tiba pada hari Minggu (25/1/2015) lalu saya ditelepon Pak Jokowi dan bilang siap-siap dilantik besok, Senin (26/1/2015).
Apa yang Anda lakukan setelah dilantik di Istana?
Sebenarnya masih banyak sekali tantangan yang saya hadapi. Saya belum punya kantor dan juga belum punya deputi. Ibaratnya sebuah restoran, pengunjung sudah antre di depan tetapi dapur belum ada. Tetapi saya berusaha sebaik mungkin untuk bicara dengan pihak-pihak yang terkait ekonomi kreatif untuk menampung masukan dari mereka.
Sebenarnya apa saja masalah yang dihadapi ekonomi kreatif yang tidak terselesaikan saat masih berada di bawah Kemenparekraf?
Saya tidak tahu apakah ini politis atau tidak tetapi secara nomenklatur, yang namanya nomor dua itu biasanya selalu dinomorduakan. Ekonomi kreatif itu kan di belakang pariwisata, mau tidak mau pariwisata yang lebih didahulukan. Tapi sebenarnya, ekonomi kreatif tanpa badan ini pun sudah jalan sendiri. Kuliner jalan, film jalan, musik juga. Bukan saja ekonomi kreatif akan menyumbangkan dana yang besar untuk negara tetapi nama kita juga bisa berkibar seperti Korea. Brand Indonesia bisa bagus sekali apabila ekonomi kreatif bisa berjalan dengan baik. Satu lagi, dalam menjalankan tugas ini saya tidak bisa membuat everybody happy.
Apa rencana jangka pendek Anda?
Kita akan berupaya mencari satu bidang yang bisa menjadi lokomotif program dan juga champions dari sektor ini. Jadi orang bisa lihat dan sub sektor lain orang bisa terinspirasi.
Dari 16 sub sektor ekonomi kreatif, sektor mana yang bisa dijadikan champion?
Yang sudah besar biasanya, kuliner bisa, film bisa, music bisa, pokoknya yang punya entertainment value. Tetapi bukan berarti seni pertunjukan tidak bisa atau game online. Sekarang ini apps dan game online tengah naik daun. Tetapi tantangannya besar sekali. Pak Jokowi kan berpesan jangan sampai pembuat game online ini baru kecil sudah dijual gamenya ke orang luar. Ini artinya kan kita harus mencari investor dari dalam negeri.
Masalah yang paling kronis dari salah satu sub sektor industri kreatif seperti film dan musik itu kan pembajakan, apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini?
Norwegia, sebuah negara kecil bisa menghilangkan pembajakan sampai 95 persen lebih. Mereka punya sistem dalam lima tahun di mana pembajakan hampir 0 sekarang. Anak-anak muda mereka semuanya membeli dan tidak lagi membajak. Karena itu saya sudah minta Duta Besar Norwegia di sini untuk mendatangkan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan sistem itu. Selain itu, kita harus punya MoU dengan Mabes Polri untuk mengatasi masalah pembajakan. Tetapi memang tidak bisa hanya mengandalkan MoU itu saja dan harus ada sistem tersendiri untuk mencegah pembajakan terus meluas.
Indonesia sudah punya UU Hak Cipta tetapi sepertinya belum bekerja dengan maksimal?
Kita sebenarnya sudah ada Lembaga Manajemen Kolektif Nasional yang dipimpin oleh Bang Rhoma Irama. Itu kalau dijalankan dengan baik pasti bagus karena terkait soal royalti dan lain-lain. Pembajakan halus seperti untuk lagu misalnya itu bisa diatasi dengan lembaga itu. LMKM nantinya akan punya sistem yang bisa melacak apa saja lagu-lagu yang diputar. Jadi nanti kafe atau mal yang putar lagu harus bayar royalty. Jumlahnya kecil kok tapi itu sudah ada di dalam UU dan merupakan hak royalti dari pencipta lagu. Nantinya, Badan Ekonomi Kreatif ingin bisa memberikan jamina kesejahteraan bagi para pencipta lagu salah satunya dengan memberikan hak royalti atas lagu yang mereka ciptakan.
Selain masalah pembajakan, industri film Indonesia juga masih belum bisa menjadi tuan ruman di negeri sendiri. Contohnya, banyak bioskop yang hanya memutar film Indonesia beberapa hari saja, beda dengan film Barat yang masa tayangnya lebih lama, apa solusi Anda?
Solusinya yang buatlah film sebaik mungkin. Kenapa Laskar Pelangi jumlah penontonnya bisa 4 juta atau Petualangan Sherina dulu bisa sampai 2,5 juta. Jadi tidak bisa menyalahkan bioskop yang tidak memutar film Indonesia dalam waktu yang lebih lama. Kalau filmnya bagus, pasti bioskop juga akan memutar lebih lama.
Seberapa besar sebenarnya potensi ekonomi kreatif Indonesia?
Saat ini kan 7 persen dari Produk Domestik Bruto itu sekitar Rp500 triliun. Lima tahun ke depan seharusnya bisa naik dua kali lipat atau 14 persen dari PDB. (Doddy Rosadi/Pebriansyah Ariefana)
Triawan Munaf: Masa Depan Menjadi Milik Ekonomi Kreatif
Doddy Rosadi Suara.Com
Senin, 09 Februari 2015 | 10:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Infinity Loops: Makna di Balik Logo Baru Kemenekraf yang Futuristik
09 Desember 2024 | 14:03 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
wawancara | 07:00 WIB
wawancara | 20:27 WIB
wawancara | 14:44 WIB
wawancara | 14:42 WIB
wawancara | 12:22 WIB
wawancara | 15:10 WIB